Kayla, seorang ibu muda dari satu orang anak berusia 3 tahun, dan istri dari seorang pria bernama Azzam. Ditengah himpitan ekonomi dan juga tekanan dari ibu mertua, Kayla harus berjuang sendiri mencukupi kebutuhan anaknya karena pekerjaan Sang Suami yang hanya sebagai security tidak mampu menutupinya. Selama menjalani biduk rumah tangga, banyak sekali kejanggalan yang Kayla rasakan terhadap Azzam. Bahkan banyak berita yang beredar jika Azzam seorang petualang wanita, namun Kayla masih berusaha menepisnya. Hingga akhirnya datang seorang wanita yang diakui Azzam sebagai istri kedua. Kayla merasa terpukul, kesetiaannya sebagai istri berbalas pengkhianatan dari Azzam. Kayla tidak terima, dia merasa harus berontak memperjuangkan hidupnya juga anaknya. Kayla tidak mau harga dirinya terus-terusan diinjak oleh Azzam dan keluarganya, ditambah lagi sekarang ada wanita yang memaksa ingin menjadi satu-satunya dalam hidup Azzam. Namun di saat Kayla sudah memantapkan hatinya, Azzam bersikeras tidak mau melepaskan Kayla.
View More"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam. Maaf, cari siapa ya Mbak?" tanya ku ketika seorang wanita mengucapkan salam."Mas Azzam-nya Ada?" tanyanya. Aku tertegun sesaat lamanya. Ku perhatikan wanita yang kini berdiri di hadapan ku."Heh! Ada tamu bukannya disuruh masuk malah bengong ajah!" tegur Mama mertuaku cukup mengejutkan."Eh? Iya, maaf, Mah. Mari silahkan masuk, Mbak!" sambutku meskipun hati diliputi sejuta pertanyaan yang memantik rasa penasaranku. Aku menebak jika itu saudara jauh dari keluarga Mas Azzam suamiku. Karena Aku sendiri tak memiliki saudara kandung atau saudara yang cukup dekat apa lagi mau mencari jauh-jauh untuk mendatangi yang berbeda kabupaten."Kayla, buatkan minum saja sana! dari pada bengong kaya gitu," omel Mama. Wanita itu itu menyambut tamu dan mengajaknya masau lalu duduk di kursi ruang tamu."Baik, Mah!"Aku pun berjalan menuju dapur berniat untuk membuatkan minuman untuk tamu sesuai perintah nyonya ratu.Ketika aku masih sibuk di dapur. Terdengar Mama ngobrol dengan tamu itu menyebut nama Mas Azzam juga Nama ku."Tia, kenapa nggak ngabarin dulu kalau mau kesini? Kan bisa di jemput sama Azzam. Pastinya Azzam juga nyuruh si Kayla pergi dulu kalau tahu kamu mau ke sini, Nak.""Permisi!" ujarku menyela obrolan keduanya. Ku letakan dua cangkir teh manis di atas meja serta setoples kue untuk jamuannya.Aku memllih kembali ke dapur karena harus segera memasak. Sebentar lagi Mas Azzam pulang dari tempat kerjanya dan belum ada masakan yang tersaji di meja. Bisa kena amukan lelaki arogan itu, pikirku.Saat aku fokus dengan tugasku di dapur. Aku dikejutkan kembali oleh lengkingan suara Mama memanggil. Dengan tergesa aku kembali menemui Mama. Tetapi aku melihat wanita itu tersenyum sinis menatapku. "I-iya, Ma!" Singkat Aku menjawab dengan tubuh dan bibir bergetar sehingga suaraku terbata karena gugup sekaligus penasaran."Kamu cepat telepon Azzam suruh pulang sekarang juga!" pinta Mama."Tapi, ma!""Nggak usah banyak tapi-tapi! Cepetan suruh balik dulu! Ada tamu penting gitu!" perintah Mama penuh penekanan. "Baik, Ma!" sambutku cepat.Aku tergesa melangkah ke kamar berniat untuk mengambil ponsel. Aku hanya mengirim pesan singat saja melalui aplikasi hijau dan kebetulan kulihat Mas Azzam sedang Onlien.[ Mas, kamu cepat pulang! Ada tamu penting ]Setelah itu lekas ku matikan ponsel dan ku taruh kembali di atas nakas.Kembali ku lanjutkan aktifitas memasak.Sepanjang aku mengerjakan tugasku. Hati aku terus berpikir ada hubungan apa Mas Azzam dengan tamu itu?Tidak berapa lama. Aku mendengar suara Mas Azzam sudah ada di depan rumah. "Assalamu'alaikum." "Wa'alaikum salam, eh ... tuh! Azzam sudah pulang, Tia!" kata Mama. Aku yang masih di dapur hanya menyimak saja. Jikapun aku menghampiri mereka. Sudah tentu Mas Azzam dan Mama akan memarahi dengan segala hinaan yang sudah terbiasa aku dengar. "Bundaaa ... "tiba-tiba Daffa anakku yang baru berusia 3 tahun kurang berlari mendekat. "Eh? anak Bunda, dari mana, Sayang?" Sambutku riang seraya merentangkan tangan untuk memeluknya. "Abit dali lumah kakak celin, Bun." Jawab Daffa dengan logat cadel. Yang di maksud celin adalah anak dari tantenya Mas Azzam yang rumahnya tak jauh dari rumah mama mertua. "Keyla!"Terdengar Mas Azzam memanggil. Segera aku berjalan mendatangi sebelum ia marah dan memaki sesuka hati. "Sini duduk! Daffa sini sama Ayah!" ujar Mas Azzam. "Nda au!" tolak bocah itu. Ya, Daffa memang kurang dekat dengan ayahnya. Daffa juga selalu bilang ayah jahat, ayah tium-tium tante Ia. Rupanya yang dimaksud tium adalah ayah suka cium-cium tante Tia. Kini sedikit terjawab salah satu pertanyaanku tadi. Hari-hariku memang bekerja di toko baju milik tetangga rumah mertua. Daffa aku titipkan di adik iparku. "Daffa ... main di kamar dulu ya! Bunda mau ada perlu sama Ayah. Nanti Daffa main lagi sama Bunda," pujukku. Bocah itu mengangguk setuju. "Muuaahh ... Dedek ayang Bunda," ujar Daffa sembari mencium pipiku. "Bunda juga," balasku singkat dan tersenyum menatap kepergian Daffa yang masuk ke kamar. Mama mertua juga Mas Azzam dan wanita bernama Tia hanya terdiam melihat kami berdua yang saling sayang. "Mau ngomong apa, Mas?" tanyaku. Mataku terus menatap wajah wanita bernama Tia yang tiba-tiba agresif pada Mas Azzam yang duduk di sampingnya. "Duduklah dulu kalau suami mau ngomong! Dan dengerin baik-baik! Jangan kampungan terus gaya kamu," ujar Mama bernada sinis. Padahal dia sendiri pun hidup di kampung hanya gayanya saja yang sok orang kota besar dan sok paling kaya. Aku hanya terdiam. Mataku terus mengawasi pergerakan tangan dua manusia lawan jenis itu yang terus saling menggenggam. Bibir Tia juga terus mengukir senyuman dan menatap wajah Mas Azzam semakin dalam. Kuperhatikan juga bibir Mas Azzam yang monyong-monyong macam ikan lohan. "Kayla, Kenalkan. Ini Tia istri kedua Mas. Mas sudah menikahi dia setahun yang lalu," ujar Mas Azzam tegas dan lantang. "Apa, Mas?"Daffa menjalani hari-harinya di kota Bandung ditemani Yulia dengan tenang. Sesekali ia video call dengan Aska yang super bawel kalau abangnya tak ada kabar.Putra sulung Kayla pun kini sudah tahu kalau hubungan ayah kandung dan ibu sambungnya mengalami kemajuan yang lebih baik. Sebagai anak sudah dewasa, Daffa tak akan menghalangi mereka selagi keduanya menemukan kecocokan satu sama lain.Hingga di malam itu. Daffa tengah membaca buku dikejutkan dengan kedatangan Azzam ayahandanya.Sementara Yulia belum pulang dari acara pengajian tak jauh dari kompleks itu."Ayah, kok malam-malam ke sini, ada apa? Gimana kabar nenek?" Heran Daffa dengan dahi sudah melipat."Hmm ... kabar nenek baik, Nak. Ayah ke sini mau ada perlu sama mama Yul, boleh?" tanya Azzam ragu-ragu. Ia merasa tak enak hati sekaligus malu pada anak bujangnya."Ciyee ... yang lagi kangen sama calon istri," celetuk Daffa menggoda ayahnya.Sadar mendapat candaan dari putranya, Azzam menggaruk tengkuk yang tak gatal. Wajah Azza
Sebulan kemudian setelah Kayla benar - benar pulih dari rasa traumanya.Proses persidangan Bayu telah dilakukan. Dia juga telah dijatuhi hukuman penjara selama sepuluh tahun. Yulia pada akhirnya benar-benar menggugat cerai suaminya itu dan sudah siap menjalani hidup sendirian mengingat usia tak muda lagi jikapun memutuskan menikah ke dua kali.Sementara Azzam telah kembali ke Bandung dan siap menyambut Daffa untuk menuntut ilmu di kota kelahiran ayah kandungnya.Malam itu, Kayla baru saja membereskan semua pakaian Daffa yang akan di bawa ke Bandung."Abang, Bunda pesan, jaga diri baik-baik. Jangan sampai salah pergaulan. Harus ingat niat awal yaitu nuntut ilmu yang bermanfaat untuk masa depan.""Jangan kecewakan Bunda dan ayah ya," sambung Kayla lagi. Daffa yang tengah memainkan laptopnya hanya mengangguk dengan pandangan lurus ke layar yang menyala di hadapanya."Sayang, udah malam. Daffa pasti capek. Biarkan dulu dia istirahat," tegur Ashraf yang tiba- tiba muncul di ambang pintu ka
"Mbak Yuli!" Kaget Azzam melihat kedatangan Yulia."Mama, kenapa ke sini? Emang ayah Ashraf udah balik lagi?" heran Daffa pun bertanya."Belum. Tapi ada Aska sama Om juga nenek kakeknya," jawab Yulia. Rupanya keluarga Ashraf datang membesuk Kayla."Oh, terus kenapa Mama malah ke sini?" Kembali Daffa bertanya sebab tak tahu alasannya."Ya Mama nggak enak lah. Kan Mama bukan bagian keluarga mereka," kata Yulia.Karena merasa kangen dengan Aska, Daffa akhirnya pamitan pada Azzam untuk menemui adik sambungnya. Daffa janji akan menemui kembali ayahnya itu."Kamu hati-hati ya, Nak!" pesan Azzam disambut anggukan kepala Daffa.Kini tinggallah Yulia dan Azzam saja di ruangan itu. "Mbak Yul, gimana kabarnya?" Azzam berbasa basi.Dalam diam, Azzam merasa kasihan dengan Yulia. Melihat kelakuan Bayu di luar dugaan. Azzam baru tahu kalau sifat Bayu seperti itu. Dan Azzam pun baru menyadari kalau ternyata Bayu menaruh hati pada mantan istrinya."Zam, saya minta maaf atas kesalahan suami saya ya," u
Ashraf keluar dari kamar rawat Bayu dengan nafas memburu. Wajahnya merah padam karena amarah belum terlampiaskan. Seandainya tak ada polisi, sudah pasti Bayu tinggal nama saja.Tak ingin memperlihatkan amarah di depan keluarga, Ashraf memilih menenangkan diri dulu di taman rumah sakit. Ia pun menelepon Farhan menanyakan kondisi kantor. Setelah merasa tenang, Ashraf kembali ke kamar Kayla.Di lain sisi, Bayu tertawa semakin keras, merasa puas sudah mengaduk-aduk emosi Ashraf. Namun tak lama ia berteriak histeris. "Bangsat! Lepasin gue!"Bayu terus saja menyumpahi semua orang yang kini memalingkan wajah darinya. Dengan kondisinya yang seperti itu, tak membuat Bayu sadar. Ia justru semakin membenci mereka."Diam! Atau saya sumpal mulutmu! Laki mulutnya kayak cewek," bentak polisi jengah mendengar ocehan Bayu.Sontak Bayu terdiam. Ia menutup rapat mulutnya. Namun hatinya masih bergejolak karena amarah.Esok harinya. Azzam sudah tersadar dari koma semalam. Ada Wahyu yang datang membesuk na
Bayu terbahak mendengar ucapan Yulia. Pria itu memaksakan diri bangun dari atas ranjang rumah sakit lalu duduk dengan kaki menjuntai ke lantai.Tanpa di duga oleh Yulia, Bayu menarik paksa tangan Yulia hingga wanita itu terjatuh tepat di pangkuan Bayu. Tangan Bayu yang terbebas dari selang infusan dengan sigap mencekik leher Yulia.''Dasar perempuan tidak tau diri kau, Yulia. Selama ini saya bersabar hidup dengan kamu tanpa hadirnya anak. Sekarang kau minta cerai hanya karena saya melakukan kesalahan sekecil ini, hah?'' bentak Bayu.Posisi mereka kini terbalik. Bayu berdiri sementara Yulia terbaring di ranjang dengan kaki menjuntai. Tangan Bayu semakin kuat mencekik leher Yulia hingga wanita itu kesulitan sekedar untuk menarik napas sesaat saja.Wajah Bayu pun nampak merah padam, menandakan betapa marahnya pria itu. Entah setan mana yang sudah merasuki jiwa Bayu hingga dia sekalap itu.''Ayah, apa yang ayah lakukan ke Mama?'' teriak Daffa yang kebetulan masuk ke ruangan kedua orang tu
Ashraf mendatangi ruangan di mana Bayu dirawat. Namun ia harus memendam kekecewaan sebab Bayu belum sadarkan diri setelah mendapat penanganan dari tim medis. Rupanya luka yang dialami Bayu cukup parah.Demi melampiaskan amarahnya, Ashraf meninju tembok di depan ruang rawat Bayu."Sabar, Pak. Amarah enggak akan menyelesaikan masalah," ucap polisi yang berjaga di sana."Bagaimana kalau Bapak berada di posisi saya? Istri yang Bapak lindungi nyatanya malah dijahati orang," sergah Ashraf dengan nafas memburu. Terlihat amarah belum surut dari wajahnya."Pasti sama kayak Bapak, lebih parah bisa jadi. Tapi kasus ini 'kan sudah ditangani pihak kepolisian, jadi biar kami saja yang menghukum pelaku," sahut polisi. Satu rekannya yang ikut berjaga mengangguk menanggapi.Ashraf tak menanggapi. Ia pergi dari sana masih dengan amarah yang membara. Apalagi saat teringat lagi bagaimana kondisi sang istri tadi.Kembali ke IGD, rupanya Kayla sudah siuman. Ia langsung memindahkan Kayla ke ruangan VIP supa
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments