Share

5. SALAH SANGKA

Sambil tersenyum ia pun mencoba membalas sambil berjalan menuju pondok kosong yang ada di hutan sekolah. 

Akan tetapi, karena terlalu semangat untuk membalasnya, Aiza tidak sengaja menabrak seseorang yang tiba-tiba muncul dari balik sebuah mobil sedan berwarna hitam.

“Alaaaa umaaak…” lontar Aiza tersentak, saat ia menubruk sesosok tubuh tinggi. 

Dan secara tidak sengaja, tangan Aiza berpegangan pada lengan kekar pria tersebut.

“Kalau jalan lihat ke depan, jangan lihat layar HP. Bahaya…” tegur pria yang tingginya sekitar 15 centimeter lebih dari tinggi badan Aiza. 

Wajahnya tampak begitu datar tanpa ekspresi. 

“Eh… iya.. maaf, Pak…” ujar Aiza dengan gugup karena malu melihat pria itu atas kecerobohannya sendiri.

“Awasss….!” Tepis pria itu dengan nada yang kurang bersahabat, meninggalkan Aiza yang masih bingung dengan keterkejutannya.

“Ganteng-genteng cerewet huuuuuu…” gerutu Aiza ketika sosok itu hilang di baling tembok salah satu bangunan yang ada. Setelah itu, ia sama sekali tidak ambil pusing dengan kalimat lelaki itu.  

Aiza pun melanjutkan langkahnya yang sudah sedikit lagi untuk sampai di pondok hutan sekolah itu.

“Siapa bilang Aiza nggak kangen ngobrol sama bang Fadlan? Kangen banget tau,” jawabnya sambil tersenyum dengan harapan yang berbinar.

Hanya dalam beberapa menit,  balasan pesan itu pun datang, 

“Kalau kangen, kenapa tadi malam Dik Aiza nggak balas chattingan dari abang?” tanya Fadlan.

“Iya, Bang. Tadi malam Aiza dan kawan-kawan yang PKL ketiduran hehehe… maaf yah bang Fadlan. 

Mudah-mudahan proses PKL ini secepatnya bisa selesai. 

Biar kita bisa ketemu lagi di kampus,” Aiza pun menuliskan harapannya di sana.

“Aamiin,” hanya itu balasn selanjutnya dari sang pria idaman. 

Aiza pun tersenyum menanggapi pesan chat tersebut. 

Beberapa kali, ia harus menggulir layar ponselnya, yang membuatnya semakin yakin kalau Fadlan memang menaruh hati atas perhatian-perhatiannya pria tersebut terhadapnya selama ini.

“Bang Fadlan selalu ngirim pesan yang manis. 

Tapi sama sekali nggak pernah ungkapin cinta sama aku. 

Apa bang Fadlan masih belum berani mengatakannya karena kami masih sama-sama kuliah ya?” sejenak Aiza pun membatin mengingat Fadlan.

Gadis yang masih berusia 21 tahunan itu, asyik menyendiri dan berkhayal suasana romantis yang terjadi di dalam kelas, saat Fadlan memandanginya ketika sedang bicara atau menjelaskan sesuatu, saat tangan mereka tidak sengaja saling bersentuhan ketika meraih alat tulis secara bersamaan dan kemudian mereka tertawa.

Tiba-tiba Pak Rakib Salim dan beberapa ajudannya pun keluar dari balik gedung. 

Tepatnya keluar dari ruangan Kepala Sekolah. Tampak Ibu Hj. Siti Mahanum pun turut menghantarkan beliau mendekati mobil sedan berwarna hitam itu. 

Begitu juga dengan lelaki yang tadi sempat ia tabrak itu. 

Dia berada di antara orang-orang penting itu.

Aiza hanya memandangi mereka.

“Sebenarnya Pria itu guru mata pelajaran apa? Kenapa tampangnya sepertinya nggak bisa ramah?” Aiza berkomentar sendiri memandangi pria itu. 

Dan secara tidak sengaja, pria yang juga akan masuk ke dalam mobil itu pun menagkap mata Aiza yang tertuju padanya. 

Seketika mengalihkan pun pandangan matanya. Dan pria itu pun masuk ke dalam mobil, yang justru membuat penilaian lain terhadap Aiza.

“Ooooohhh jadi pria itu bukan guru…? Supir do lana? (Ternyata supir?),” gumam Aiza yang menganggap pria itu sebagai supir, karena pria itu duduk di bagian kemudi, dan bukan sebagai guru seperti yang ia fikir sebelumnya.

Tak berapa lama, mobil itu pun berlalu. Aiza masih terduduk di pondok yang ada di hutan sekolah tersebut. 

Yang letaknya tidak jauh dari gerbang sekolah. 

Ia pun melirik jam di tangannya.

“Masih ada 25 menit lagi, aku mau ngapain yah?” fikirnya. 

Ia pun teringat akan pesan kak Ayda untuk mempelajari materi kelas 8. 

Ia pun segera menuju ruang guru, meja Bu Ayda.

Dengan sangat sungguh-sungguh, Aiza pun akhirnya menguasai materi tersebut. 

Dan ia bertekad, jika sewaktu-waktu Bu Ayda memintanya untuk terus terjun, Aiza merasa siap. 

20 menit itu berlalu,  dari sisa waktu sebelumnya. Itu berarti masih ada 5 menit lagi sebelum pergantian jam pelajaran. Ia pun segera keluar dari ruangan tersebut. Lagi-lagi ponselnya berdering. 

Saat ia lihat, ternyata telepon itu dari nomor ibunya.

“Eh, mamakku nelpon,” gumamnya. 

Akan tetapi, belum sempat ia mengangkat telepon itu, lagi-lagi ia menubruk seseorang. 

Karena ia hampir terjerembab pada tanah lembab yang keluar dari lintasan jalan, tidak sengaja gadis itu menarik pergelangan tangan seseorang yang belum sempat ia lihat wajahnya.

“Eeeehhh…” serunya. Dan saat ia tersadar, kalau ia sedang menarik tangan pria yang tadi juga ia tabrak.

“Astaga… ibu lagi,  apa ibu nggak lihat jalan sama sekali yah…?” hardik pria itu menyebut Aiza dengan sebutan 'ibu'. Seketika Aiza melihat sekelilingnya, sepi. 

Setidaknya ia tidak terlalu malu jika ada yang melihat ia mendapat hardikan seperti itu.

“Maaf, Pak. Sekali lagi saya minta maaf. Karena saya nggak lihat jalan. Ibu saya sedang menelpon,” Aiza mencoba menjelaskan dengan wajah yang mengiba.

Dan lagi-lagi pria itu kembali melanjutkan langkahnya dengan wajah yang kesal meninggalkan Aiza dengan masih bingung.

Sedang Aiza pun mengutuk dirinya sendiri. 

Karena masih di hari pertama, ia sudah 2 kali mendapatkan kesan yang tidak enak dengan pria yang sama. 

Dan ia pun menggerutu sendiri.

“Bukannya tadi orang itu sudah pergi yah?” gumamnya mengingat kalau pria itu tadi sudah pergi.

“Kenapa dia masih di sini? Aku yang salah lihat, atau jangan-jangan dia kembar?” fikirannya pun mulai berkecamuk. 

Ia memandangi ponselnya, panggilan dari ibunya pun tak lagi berdering. 

Ingin rasanya ia kembali menekan dial untuk memanggil kembali sang ibu, tetapi bel pergantian les pun kembali terdengar, bersamaan dengan munculnya kak Ayda.

“Bah, masih di sininya kau berdiri dari tadi, dek?” canda kak Ayda. Karena saat ia pergi dan kembali,  ia mendapati Aiza masih berdiri di tempat yang sama. 

“Ahahahahah nggak kak. Aku tadi udah kemana-mana. 

Ke pondok yang sana, ke meja kak Ayda juga membahas sedikit materi untuk kelas 8 yang kakak bilang tadi,” jelas Aiza.

“Oooohhh, bel pergantian les udah bunyi?” tanya Bu Ayda.

“Udah kak…”

“Udah udah. Ayo, kita masuk ke kelas. Kita nggak boleh terlambat,” pesan kak Ayda.

***

Selesai melaksanakan tugas Negara, masuk istirahat ke 2. Aiza pun mengikuti seniornya keluar dari dalam kelas.

“Bagaimana menurut kakak cara penjelasan saya tadi ke anak-anak?” tanya Aiza tentang pendapat seniornya mengenai penampilan perdananya.

“Kalau menurut kakak sih, itu sudah cukup baik sebagi kesan pertama, karena kamu sudah cukup menguasai kelas. 

Tapi untuk closing, alangkah baiknya kalau kamu menanyakan suasana hati anak-anak setelah belajar bersama kamu. 

Apa mereka mengerti atau bagaimana, agar kamu tahu, ke depannya membuat strategi belajar itu seperti apa…” jelas Bu Ayda dengan cermat.

“Hehehe, iya kak, mungkin karena masih grogi…” balas Aiza.

“Iya, itu hal yang biasa. Tapi ke depannya, kakak yakin pasti kamu bisa lebih baik,” ujarnya Bu Ayda menyemangati Aiza.

“Terima kasih kak…” ucapnya mendapat dukungan seperti itu. 

Masih sambil berjalan,  kembali Aiza melihat pria dengan kemeja putih  yang sudah 2 kali bertubrukan dengannya tadi. 

Seketika Aiza terdiam.

Bersamaan dengan itu, pria itu kembali melihat Aiza. 

Ia sangat mengenali jas Almamater berwarna biru itu. 

Aiza dan pamongnya sama-sama akan melintasi lapangan yang mulai ramai di datangi anak-anak karena istirahat. 

“Za, kakak titip ini ke kelas yah?” pinta Bu Ayda.

“Ah iya, kak…” terimanya. 

Aiza pun melanjutkan langkahnya menuju meja Bu Ayda yang ada di ruang guru. 

Sedang Bu Ayda pergi ke arah kantor pusat. 

Ketika sedikit lagi mendekati ruang guru, di hadapannya sudah berdiri pria itu.

“Hei anak PKL, sini kamu?” panggil pria itu.

Aiza merasa kalau sikap pria itu terlalu berlebihan, karena yang ia ketahui pria itu hanya sebagai seorang sopir, namun ia tetap berusaha membalasnya.

”Kenapa yah,  Pak?” tanya Aiza balik, seketika pria itu mengernyitkan dahinya menanggapi ucapan Aiza yang terasa menantang itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status