Share

Bab 6. Lelaki Tak Dikenal

Hari-hari dikampus masih saja seperti biasa, Dandi selalu menjadi korban bully dari para mahasiswa, terkecuali teman-teman yang mengenal Dandi sepenuhnya. Hinaan dan intimidasi selalu diterima Dandi. Namun kesabaran dan kerendahan hatinya adalah sebuah emas berharga yang tidak dimiliki setiap orang.

Siang itu setelah tidak ada mata kuliah lagi, Dandi memutuskan untuk pulang. Dia mengirim pesan kepada Rena melalui ponselnya.

"Ren, aku pulang dulu. Soalnya tidak ada mata kuliah sore." Tulisnya singkat.

Meski selalu berangkat kuliah bersama, Dandi dan Rena ternyata beda fakultas. Tanpa disadari ada sepasang mata yang mengawasi Dandi dari kejauhan. Dandi pun bergegas meninggalkan kampus. Setibanya disalah satu gang, Dandi teringat ada lembar tugas dari temannya yang harus ia kerjakan masih tertinggal di kelas. Dengan tergesa-gesa Dandi memutar tubuhnya dan melangkah cepat tanpa memperhatikan sekitar.

Bruakk'

"Akhh.. maaf paman, saya tidak sengaja. Saya sedang ingat sesuatu yang tertinggal di kampus, dan saya buru-buru ingin mengambilnya." Sambil membungkukkan badannya tanpa berani melihat wajah orang yang ditabraknya. Dandi sangat ketakutan. Ternyata lelaki yang mengawasinya tadi sudah berjalan dibelakangnya. Lelaki itu berkisaran umur lima puluhan tahun. Dan berpakaian rapi, setelan jas hitam melekat ditubuhnya. Namun bukannya marah, lelaki itu justru bersikap sebaliknya sambil melontarkan pertanyaan kepada Dandi.

"Tidak apa-apa ini adalah ketidaksengajaan. Benarkah kau yang bernama Dandi Crushtave?" Ia bertanya sambil tersenyum.

"I..iya betul... Bagaimana anda tahu nama saya?" Dandi melongo sambil menjawab dengan ekspresi wajah bingung. Sebenarnya dia takut bila orang yang dia tabrak akan marah besar. Dilihat dari pakaian yang dia kenakan, pasti orang ini orang yang kaya dan sangan berpengaruh.Tetapi orang ini tahu nama Dandi dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa, sembari lemempar senyum ramah kepada Dandi.

"Hmmm... Seperti dugaanku. Kamu adalah anak yang sopan. Ijinkan aku memperkenalkan diri. Namaku Ron Wilson teman lama Dany Crushtave." Lelaki itu menjulurkan tangannya dan tersenyum berwibawa.

Bagaikan disambar petir, Dandi diam terpaku tak terucap kata apapun. Seketika ia teringat kenangan masa kecilnya bersama sang ayah. Ya,  Dany Crushtave adalah nama ayah Dandi.

"Apa? Anda teman laki-laki itu? Tunggu jangan mendekat!" Dandi melangkah mundur menolak jabatan tangan dari Ron. Dia tidak bisa menerima apa yang dikatakan Ron bahwa ia adalah teman ayahnya. Tentu rasa benci dihatinya sangat mendalam, hingga baru mendengar nama ayahnya saja dia terlihat syok. 

"Baiklah saya mengerti, saya rasa ada kesalahpahaman disini. Tapi maksud kedatanganku untuk menyampaikan surat dari Dany ini untukmu." Sambil memasukkan tangannya ke saku dalam jasnya, dan kemudian ia mengeluarkan sepucuk surat.

Dandi yang masih belum bisa mengotrol dirinya langsung menampik surat itu dan bergegas meninggalkan Ron sendirian.

"Akhh.. aku tidak butuh itu!" Dandi berlari penuh amarah, dan ia teringat masa-masa dimana ia menanti kepulangan sang ayah namun ayahnya tidak pernah pulang, dan semenjak ayahnya tak pernah pulang Dandi dan ibunya sangat menderita. Mereka harus berjuang untuk bertahan hidup dalam kemiskinan dan sering ditindas oleh orang-orang.

Ron yang melihat sikap Dandi tersebut justru iba dan merasa ikut bersalah, mungkin cara dia menyampaikan surat itu terlalu mencolok. Seharusnya tadi dia tidak mengatakan dari mana surat ini berasal. Tapi semua sudah terjadi, kini Ron lebih bisa mengerti bagaimana kondisi yang dialami Dandi yang sebenarnya.

"Haaa... Mungkin harus dengan cara yang lain..." Sambil menghela nafas panjang, Ron membetulkan posisi topi ferodina yang dikenakannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status