Home / Fantasi / TEPI HARAPAN / Bab 7. Goyah

Share

Bab 7. Goyah

Author: Hai Irwan
last update Last Updated: 2021-06-20 22:35:15

Setibanya di kampus Dandi memelankan langkahnya, dalam hati ia marah dan benci mendengar nama ayahnya. Tetapi ia juga merasa bersalah telah bersikap terlalu egois dan kasar kepada Ron,

'astaga kenapa aku ini, bukankah Ron adalah orang yang lebih tua dariku yang seharusnya aku hormati. Dan dia juga bersikap ramah kepadaku. Kenapa tadi aku tidak bisa mengendalikan diri.' Batin Dandi dalam hati dia menyesali kejadian yang baru saja dilaluinya. Di pintu gerbang Dandi berpapasan dengan Rena dan temannya Dengan nada heran Rena bertanya.

"Hey Dandi.. kamu bilang tadi mau pulang dulu? Kok masih disini?" Sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Emmm.. ada lembar tugas yang masih tertinggal. Sehingga aku harus kembali untuk mengambilnya. Kalian sendiri mau kemana? Kok sudah dipintu gerbang, kan tadi pagi kamu bilang masih ada jam kuliah sampai sore..." Dandi menjawab dengan nada datar, karena suasana hatinya masih tidak enak. Sebisanya ia menutupi hal tersebut dengan balik bertanya pada Rena.

"Aku dan Sofia ingin pergi membeli kado ulang tahun untuk teman kami, Dinda namanya." Rena menjawab dengan rinci. Dia memang orang yang suka blak-blakan. Terlebih dengan orang yang benar-benar ia kenal.

"Begitu ya, ya sudah aku kembali dulu" sambil menganggukkan kepalanya dan sedikit senyum tipis Dandi melangkahkan kakinya pelan menuju kelas.

"Okey.." Seru Rena sambil mengangkat alisnya sedikit. Dia merasa ada yang aneh dengan Dandi.

"Ayo Ren kita berangkat! Kenapa sih kamu selalu memperdulikan orang itu, jelas-jelas dia cuma anak pembantu miskin, dan ayahnya pun juga tidak mau mengurusnya sejak kecil. Bisa masuk di kampus ini saja cuma berkat beasiswa dan donasi lembaga kampus. Derajatnya beda dengan kita." Sofia menarik tangan Rena sambil berkata dengan nada terheran. Ia juga menganggap rendah mahasiswa yang miskin, terutama Dandi.

"Eittss... Jangan ngomong begitulah, Dandi kan temanku sejak kecil. Aku kenal betul seperti apa dia orangnya. Dia sangat baik, sopan dan rendah hati. Jangan nilai orang dari luarnya jasa dong." Dengan nada sedikit jengkel kepada Sofia, Rena membela Dandi.

"Ah.. kamu memuji dia terus sampai bosen aku mendengarnya. Sudah, ayo kita jalan lagi." Sofia mengalah karena muak mendengar pembelaan Rena terhadap Dandi. Dan bergegas melanjutkan perjalanan mereka.

"Ini dia, aku jadi harus bolak-balik mengambilnya.." Dandi meraih lembar tugas yang tertinggal di bawah mejanya. Tak berlama-lama ia memasukkannya kedalam tas. Dan berlalu meninggalkan kelas.

Namun sesampainya diluar pintu ada seseorang yang memanggilnya. "Hoy Dandi...!" Seketika Dandi menoleh kearah suara itu, dan didapati Juan yang meneriakinya. 

"Jangan berani macam-macam kau ya! Apalagi mencari perhatian didepan Leona, bisa habis kau..!" Sambil mengepalkan tangannya dan mengarahkan kepada Dandi. Juan mencoba mengancam Dandi agar tidak dekat-dekat dengan Leona lagi.

"Okey." Dandi hanya menjawab singkat dan kembali membalikkan tubuhnya untuk meneruskan perjalanannya.

Melihat sikap Dandi yang seolah tidak mengacuhkan ucapan Juan, Juan justru semakin marah dan jengkel terhadap Dandi.

'awas kau, salah sedikit saja kuhajar habis - habisan dia.' batin Juan sambil merapatkan giginya.

Diperjalananpulang, Dandi berjalan dengan perasaan yang tidak tenang. Ia kembali teringat dengan Ron yang tadi bertemu dengan nya di gang yang ia lewati sekarang. Muncul rasa penasaran dengan sosok Ron, dan sedikit penasaran dengan apa isi surat dari ayahnya. Namun ia sangat membenci ayahnya. Karenanya ia dan ibunya hidup menderita. Tak berselang lama, Dandi sudah sampai di rumahnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • TEPI HARAPAN   Bab. 22

    "Tenanglah Ron, beristirahatlah. Beruntung kau masih selamat dan berhasil sampai disini." Dandi menenangkan Ron, setelah mengalami kejadian-kejadian sebelumnya temperamennya menjadi lebih tenang karena terbiasa. Melihat kondisi Ron yang sangat lemah, ia mengurungkan untuk bercerita tentang pengelihatan yang tadi ia alami."Baiklah, kita istirahat dulu untuk malam ini. Aku yakin besok akan ada hal baik yang menanti kita." Dandi menatap Ron dengan penuh keyakinan dan bergegas dari duduknya dan berjalan mengunci pintu."Tapi... Dimana Yuli?" Ron bertanya dengan cemas, karena melihat kondisi rumah Dandi yang berantakan dan sedari tadi ia tidak melihat keberadaan Yuli, ibu Dandi.Dandi tidak menjawab hanya menarik nafas panjang lalu menggelengkan kepalanya. Ron langsung tercengang dan menggertakkan giginya. Mengerti bahwa kelompok Hodes telah menculik Yuli.Malam pun berlalu, dua pria itu tertidur lelap. Menjelang pagi, Dandi beranjak dari tempat i

  • TEPI HARAPAN   Bab 21

    "Terimakasih Ren, tapi mengapa kamu datang kesini?" Rena meletakkan ponselnya dan berpaling ke arah Dandi. "Aku hanya kebetulan lewat, dan aku melihat lampu di rumah mu masih padam tapi pintunya terbuka, jadi aku berinisiatif memeriksa apa yang terjadi. Dan setelah aku masuk, aku melihatmu terbaring dilantai." Rena sedikit mengerutkan keningnya saat berbicara penuh prihatin. Dandi mengangguk sambil tersenyum lalu menambahkan. "Jadi begitu, sebenarnya aku juga baru pulang dan saat aku datang kondisi rumahku sudah seperti ini, dan sayangnya aku tidak bisa menemukan ibuku." Dandi menundukkan kepala diakhir kalimatnya. "Jadi bibi Yuli tidak ada di rumah? Lalu kemana kita harus mencarinya? Ini sudah malam." Rena langsung menjadi cemas usai mengetahui bahwa ibu Dandi tidak ada di rumah, sementara kondisi rumah saat ini berantakan. Rena khawatir hal buruk terjadi menimpa ibu Dandi. Dandi bangkit dari tempat duduknya, ia melihat sekeliling ruangan dan berkata

  • TEPI HARAPAN   Bab 20.

    Sekitar pukul enam petang Dandi sampai dirumahnya. Namun ia dibuat terkejut oleh pemandangan pintu rumah yang jebol dan jendela yang pecah. Ia segera berlari masuk kedalam rumah untuk mencari ibunya. Ia terus meneriaki ibunya dan berlarian kesetiap ruangan hanya untuk mendatapi ibunya tidak ada dirumah. Dengan seisi rumah yang berantakan, Dandi berfikir apa yang terjadi sebelum ia pulang, dan dimana ibunya kini.Ditengah keputusasaannya ia melihat sebuah buku catatan yang tergeletak dilantai kamar ibunya. Perlahan ia mendekatinya, disana ia melihat nama Dani Crustave tertulis disampul buku catatan itu. Ia membuka halaman demi halaman buku catatan itu. Yang membuatnya heran adalah didalam buku itu tergambar simbol-simbol dan coretan-coretan acak, namun meski terlihat acak Dandi merasa tidak asing dengan hal itu.Dandi seperti teringat sesuatu hal dimasa lalu. Saat itu ayahnya bermain detektif bersamanya dan memberinya rumus yang mengartikan makna tulisan yang mirip core

  • TEPI HARAPAN   Bab 19

    "kurasa itu adalah sebuah petunjuk yang harus kau pecahkan." Ron menjawab dengan menolehkan pandangannya kearah dinding, dimana foto lama Dani tergantung disana.Tiba-tiba suara bergemuruh terdengar, dan lampion yang tergantung mulai bergetar. Dandi dan teman-temannya mulai khawatir dengan kondisi tersebut. Ron seolah mengerti apa yang terjadi hanya bertukar pandang dengan Lily dan diikuti anggukan bersamaan."Apa yang terjadi?" Fernando berteriak karenan sedikit panik, ia merasa ada yang tidak beres saat itu. Seketika pula terdengar dentuman keras dari pintu batu seperti ada sesuatu yang memaksanya untuk terbuka. Namun Lily mengatakan kalimat yang tidak mereka duga."Kami gantungkan masa depan suku Tandero kepadamu Dandi." Dengan menatap lurus kemata Dandi penuh harap. "Aku akan menahan mereka selagi bisa, dan cepat kalian pergi sekarang!" Lily mulai mengambil langkah maju dan membelakangi Dandi dan teman-temannya."Jangan lupakan aku nona, para an

  • TEPI HARAPAN   Bab 18.

    "lalu mengapa kau mengatakan bahwa aku keturunan suku Tandero?" Dandi menyela percakapan. Lily menatap Dandi dan menarik nafas panjang. "Huft.. paman Dani adalah putra tertua kakekku. Dia berdarah suku Tandero." Setelah mendengar ucapan Lily, Dandi langsung terbelalak kaget. Ternyata latar belakang pria itu tidak sesederhana kelihatannya. Lily melanjutkan ceritanya, dia mengatakan bahwa dalam kitab lama suku Tandero terdapat kekuatan yang jauh lebih besar dari Liontin Langit Bumi. Kekuatan itu berasal dari ikatan hati dan darah dua keyakinan yang berbeda. Dahulu, Dani adalah pria yang dikenal jenius dan pemberani. Sebagai putra tertua dalam keluarga, ia memegang peran penting untuk melindungi martabat keluarga dan melindungi adik-adiknya. Suatu hari ia jatuh cinta dengan seorang gadis dari suku Flon. Namun suku Tandero dengan suku Flon adalah musuh bebuyutan sejak nenek moyang kami. Kedua belah pihak suku tentu tidak merestui hubungan mereka, mengingat tulisan dalam

  • TEPI HARAPAN   Bab 17.

    Mereka langsung disambut dengan lampu minyak besar yang tergantung ditengah ruangan. Terdapat empat obor api yang berwarna biru di setiap sudut ruangan. Mereka dapat melihat dengan jelas dan detail relief disetiap permukaan dinding. Brian yang tadinya masih merasa pusing karena mabuk kendaraan seketika langsung merasa bugar karena tidak sengaja menghirup asap dupa yang diletakkan di kanan kiri pintu masuk."Ruangan apa ini sebenarnya? Mengapa terdapat barang-barang antik yang terlihat cukup bersejarah." Fernando bertanya sambil melangkah mendekati sepasang pedang yang tergantung di dinding. Pandangannya terpaku ke arah kedua pedang itu."Ini adalah ruangan persembunyian milik keluargaku. Setelah bencana terjadi kami mengasingkan diri disini." Jawab Lily sambil sedikit menundukkan kepalanya."Bencana? Apa maksudmu Lily?" Fernando semakin terheran-heran.Kemudian Lily membimbing mereka berjalan ke arah cawan emas yang dihiasi batu mulia. Cawan itu diletakka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status