Share

Bab 7. Goyah

Setibanya di kampus Dandi memelankan langkahnya, dalam hati ia marah dan benci mendengar nama ayahnya. Tetapi ia juga merasa bersalah telah bersikap terlalu egois dan kasar kepada Ron,

'astaga kenapa aku ini, bukankah Ron adalah orang yang lebih tua dariku yang seharusnya aku hormati. Dan dia juga bersikap ramah kepadaku. Kenapa tadi aku tidak bisa mengendalikan diri.' Batin Dandi dalam hati dia menyesali kejadian yang baru saja dilaluinya. Di pintu gerbang Dandi berpapasan dengan Rena dan temannya Dengan nada heran Rena bertanya.

"Hey Dandi.. kamu bilang tadi mau pulang dulu? Kok masih disini?" Sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Emmm.. ada lembar tugas yang masih tertinggal. Sehingga aku harus kembali untuk mengambilnya. Kalian sendiri mau kemana? Kok sudah dipintu gerbang, kan tadi pagi kamu bilang masih ada jam kuliah sampai sore..." Dandi menjawab dengan nada datar, karena suasana hatinya masih tidak enak. Sebisanya ia menutupi hal tersebut dengan balik bertanya pada Rena.

"Aku dan Sofia ingin pergi membeli kado ulang tahun untuk teman kami, Dinda namanya." Rena menjawab dengan rinci. Dia memang orang yang suka blak-blakan. Terlebih dengan orang yang benar-benar ia kenal.

"Begitu ya, ya sudah aku kembali dulu" sambil menganggukkan kepalanya dan sedikit senyum tipis Dandi melangkahkan kakinya pelan menuju kelas.

"Okey.." Seru Rena sambil mengangkat alisnya sedikit. Dia merasa ada yang aneh dengan Dandi.

"Ayo Ren kita berangkat! Kenapa sih kamu selalu memperdulikan orang itu, jelas-jelas dia cuma anak pembantu miskin, dan ayahnya pun juga tidak mau mengurusnya sejak kecil. Bisa masuk di kampus ini saja cuma berkat beasiswa dan donasi lembaga kampus. Derajatnya beda dengan kita." Sofia menarik tangan Rena sambil berkata dengan nada terheran. Ia juga menganggap rendah mahasiswa yang miskin, terutama Dandi.

"Eittss... Jangan ngomong begitulah, Dandi kan temanku sejak kecil. Aku kenal betul seperti apa dia orangnya. Dia sangat baik, sopan dan rendah hati. Jangan nilai orang dari luarnya jasa dong." Dengan nada sedikit jengkel kepada Sofia, Rena membela Dandi.

"Ah.. kamu memuji dia terus sampai bosen aku mendengarnya. Sudah, ayo kita jalan lagi." Sofia mengalah karena muak mendengar pembelaan Rena terhadap Dandi. Dan bergegas melanjutkan perjalanan mereka.

"Ini dia, aku jadi harus bolak-balik mengambilnya.." Dandi meraih lembar tugas yang tertinggal di bawah mejanya. Tak berlama-lama ia memasukkannya kedalam tas. Dan berlalu meninggalkan kelas.

Namun sesampainya diluar pintu ada seseorang yang memanggilnya. "Hoy Dandi...!" Seketika Dandi menoleh kearah suara itu, dan didapati Juan yang meneriakinya. 

"Jangan berani macam-macam kau ya! Apalagi mencari perhatian didepan Leona, bisa habis kau..!" Sambil mengepalkan tangannya dan mengarahkan kepada Dandi. Juan mencoba mengancam Dandi agar tidak dekat-dekat dengan Leona lagi.

"Okey." Dandi hanya menjawab singkat dan kembali membalikkan tubuhnya untuk meneruskan perjalanannya.

Melihat sikap Dandi yang seolah tidak mengacuhkan ucapan Juan, Juan justru semakin marah dan jengkel terhadap Dandi.

'awas kau, salah sedikit saja kuhajar habis - habisan dia.' batin Juan sambil merapatkan giginya.

Diperjalananpulang, Dandi berjalan dengan perasaan yang tidak tenang. Ia kembali teringat dengan Ron yang tadi bertemu dengan nya di gang yang ia lewati sekarang. Muncul rasa penasaran dengan sosok Ron, dan sedikit penasaran dengan apa isi surat dari ayahnya. Namun ia sangat membenci ayahnya. Karenanya ia dan ibunya hidup menderita. Tak berselang lama, Dandi sudah sampai di rumahnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status