Share

Bab 8. Kenangan

Setibanya dirumah, Dandi membuka pintu depan.

"Aku pulang bu.." teriaknya sembari menoleh kanan kiri berusaha mencari ibunya. Tetapi tidak ada jawaban dari ibunya.

'apa mungkin ibu kerja ya hari ini? Kok tidak ada di rumah' pikir Dandi seraya berjalan pelan menuju dapur untuk memastikan. Namun sang ibu tidak ada. Kemudian ia berbalik ke arah ruang tengah. Pandangannya terhenti ketika ia melihat sebuah joran ikan yang terselip diantara rak dan dinding. Dia berjalan menghampirinya pelan. Kemudian ia menyelipkan tangannya untuk mencoba mengambil joran ikan tersebut. Setelah ia berhasil meraihnya, ia memegang joran itu sambil mengingat ingatan yang tak dapat ia lupakan. 

"Dengan joran ini aku akan memancing ikan yang besar ya ayah!" Dandi kecil berseru riang.

"Tentu saja! Besok hari minggu ayo kita taklukkan ikan-ikan besar itu nak! Jawab ayah Dandi dengan raut wajah sumringah penun semangat.

Namun saat itu adalah hari terakhirnya bersama sang ayah. Dan hari minggu yang dijanjikan ayahnya justru menjadi hari kepergian ayahnya yang hingga kini tidak pernah kembali.

Suara-suara itu masih terdengar jelas di telinga dan ingatan Dandi. Tanpa sadar Dandi meneteskan air matanya. Dalam lubuk hatinya, ia sangat merindukan sosok ayahnya. Dimana semasa kecil sang ayah selalu menemaninya bermain bersama. Ayahnya pula yang telah mengajarinya banyak hal. Namun rasa kecewa yang teramat dalam muncul di hati Dandi, ketika sang ayah terpaksa pergi meninggalkannya dan ibunya untuk merubah nasib keluarga. Dan semakin lama kekecewaan itu kian mendalam hingga diselimuti rasa benci. Karena hingga kini, 12 tahun lamanya sang ayah tidak pernah pulang, bahkan surat kabar apapun tidak pernah dikirimnya.

Tanpa disadari, kemarahan Dandi mulai menguasai dirinya. Kedua tangannya memegang erat joran itu. Dengan merapatkan rahangnya sekaligus menekuk satu lututnya dandi mengarahkan joran itu kesana dengan gerakan cepat dan bertenaga.

'kraakkk...!!'

Benar saja, joran tersebut patah menjadi beberapa bagian. Dan tanpa disadari sebuah gulungan kertas seukuran ranting kecil keluar dari rongga jorang yang patah dan jatuh di lantai. Dengan ekspresi bingung Dandi mengambil segulung kertas tersebut dan mulai membentangkannya. Dan diatas kertas tersebut terdapat tulisan yang sangat mengejutkanya. Ia terdiam terpaku dan mulai menangis sesenggukan.

Dalam gulungan kertas tersebut terdapat tulisan sang ayah yang berkatakan.

"Jika kau menemukan tulisan ini, berarti kau benar-benar mendapatkan ikan yang sangat besar nak, kau memang puteraku yang terhebat dan aku bangga padamu!"

Dijalan, ibu Dandi berjalan pulang usai bekerja menyeterika baju di rumah salah satu tetangganya. Ia berencana membeli kebutuhan dapur di warung dekat rumahnya untuk memasak sebelum Dandi pulang kuliah. Tapi dipersimpangan jalan ia dikagetkan dengan panggilan dari seseorang.

"Ibu Yuli, tunggu..!" Suara pria yang berbapakaian serba hitam tersebut dari simpang jalan menghentikan ibu Dandi.

"I..iya.. tuan, anda memanggil saya?" Ibu Dandi menjawab dengan terbata-bata dengan ekspresi wajah yang ketakutan. Melihat orang yang memanggil namanya bukanlah orang yang ia kenal dan berpenampilan sangat rapi. Setelan jas hitam, sepatu pantofel berkilau serta topi ferodina melingkar di kepalanya. Dan kini berjalan mendekat.

"Ibu, biar saya perkenalkan diri saya. Nama saya Ron Wilson salah satu dosen pembimbing putera ibu. Dandi." Pria itu memperkenalkan diri dengan nada yang sangat berwibawa. Tak lain pria itu adalah Ron Wilson yang bertemu dengan Dandi sebelumnya. Bersandiwara menjadi dosen didepan ibu Dandi adalah rencana yang ia buat setelah rencana pertamanya gagal total.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status