Home / Romansa / TERJEBAK DALAM DUNIA MAFIA / Bab 6 : Rencana Kabur Gagal

Share

Bab 6 : Rencana Kabur Gagal

Author: Emily Orkid
last update Last Updated: 2025-03-03 09:31:00

Catarina duduk di sudut kamar sempitnya, matanya menatap dinding retak dengan pikiran yang berputar-putar. Malam semakin larut, namun rasa kantuk seolah menjauh dari dirinya. Hatinya bergejolak di antara ketakutan dan tekad. Sudah beberapa hari dia terjebak di dunia kelam ini, bekerja di bar El Diablo di bawah pengawasan Lorenzo.

Setiap malam, tatapan mata pria-pria kotor menusuk dirinya. Setiap langkah kaki di lorong membuat jantungnya berdebar. Namun, dalam ketakutan itu, sebuah rencana mulai berakar di benaknya.

Aku harus kabur. Aku tidak akan menjadi milik mereka.

Catarina menatap jendela kecil yang dipasangi jeruji besi. Jalan keluar tampak begitu jauh, namun dia tahu hanya ada dua pilihan…melarikan diri atau mati di sini.

Isabel menjadi satu-satunya orang yang sedikit bersikap ramah padanya. Namun, Catarina tak sepenuhnya percaya pada siapa pun di tempat ini. Lorenzo bisa memanfaatkan siapa saja sebagai mata-mata.

Dalam diam, Catarina mulai menyusun rencana. Dia memperhatikan setiap sudut bangunan, mendengarkan setiap percakapan, mencari celah sekecil apa pun. Setiap malam, dia mencatat di kepalanya letak pintu, lorong, dan jumlah penjaga.

Namun, semua itu tidak cukup. Dia membutuhkan kunci... dan satu-satunya orang yang memilikinya adalah Lorenzo.

Malam berikutnya, Catarina mengambil risiko. Saat sedang menyajikan minuman di bar, dia berpura-pura tersandung dan menumpahkan gelas di dekat meja Lorenzo.

"Aduh, maaf, Tuan," ucapnya dengan suara gemetar.

Lorenzo menatapnya tajam, namun senyum licik terukir di bibirnya.

"Hati-hati, Catarina... kau terlalu cantik untuk ceroboh."

Catarina memaksakan senyum, namun dalam hati dia merasa muak. Saat dia membungkuk untuk membersihkan pecahan kaca, matanya menangkap sekilas kunci kecil yang tergantung di pinggang Lorenzo.

Itu dia.

Namun, mengambil kunci dari seorang monster seperti Lorenzo bukanlah hal mudah. Catarina tahu dia hanya punya satu kesempatan — dan dia harus menunggu waktu yang tepat.

Malam demi malam berlalu, dan Catarina semakin sering memperhatikan kebiasaan Lorenzo. Pria itu selalu mabuk berat menjelang dini hari, membuatnya lebih lengah.

Suatu malam, saat bar hampir tutup dan sebagian besar tamu sudah pergi, Catarina melihat kesempatan itu datang. Lorenzo duduk di sofa kulit dengan cerutu di tangan, matanya setengah tertutup karena alkohol.

Catarina membawa segelas anggur, menghampirinya dengan langkah ringan.

"Tuan, minuman terakhir sebelum tidur?" bisiknya manis.

Lorenzo membuka matanya perlahan, menatap Catarina dengan tatapan licik.

"Kau tahu caranya menyenangkan bosmu, gadis manis."

Catarina memaksakan senyum, meskipun hatinya ingin muntah. Saat Lorenzo meneguk anggur, tangannya yang gemetar merayap ke pinggang pria itu, meraba-raba hingga jemarinya menemukan kunci kecil yang tergantung di sana.

Degup jantungnya semakin cepat.

Namun, tepat saat dia hampir menarik kunci itu, Lorenzo menangkap pergelangan tangannya.

"Apa yang kau lakukan?" tanyanya dengan suara pelan namun mengancam.

Catarina membeku, otaknya berpacu mencari alasan.

"Saya hanya... ingin membantu Anda, Tuan."

Lorenzo menatapnya lama, seolah menilai kebohongannya. Namun, alkohol yang membanjiri tubuhnya membuatnya lengah. Dia akhirnya melepaskan tangan Catarina dan tertawa pelan.

"Kau gadis pintar... tapi jangan pernah mencoba menipuku."

Catarina menunduk, menahan gemetar di tubuhnya.

Namun, saat dia berbalik pergi, kunci kecil itu sudah terselip di telapak tangannya.

Malam itu, Catarina berbaring di kasurnya dengan kunci tergenggam erat. Jantungnya masih berdebar, namun di balik ketakutan itu, sebuah senyum tipis terukir di wajahnya.

Catarina melangkah hati-hati, kunci kecil tergenggam erat di telapak tangannya. Setiap langkah terasa berat, seolah bayangan gelap mengawasinya dari setiap sudut.

Dia hampir sampai di pintu belakang — jalan keluar satu-satunya yang dia tahu. Jantungnya berdegup kencang, keringat dingin membasahi pelipisnya. Tangannya terulur, berusaha memasukkan kunci ke dalam lubang kunci.

Namun, sebelum dia sempat memutar kunci, sesuatu yang dingin dan kuat mencengkeram pergelangan tangannya dari belakang.

Catarina terkejut, tubuhnya menegang. Napasnya tercekat saat aroma tembakau yang familiar menusuk hidungnya.

"Ke mana kau mau pergi, mi hermosa?"

Suara serak itu berbisik di telinganya. Lorenzo.

Catarina menggigil, namun dia berusaha menahan rasa takut yang melumpuhkan tubuhnya.

"Aku... hanya mencari udara segar," bisiknya pelan, berusaha terdengar tenang.

Lorenzo tertawa pelan, suaranya bagai racun yang merayap di telinga.

"Udara segar, ya?"

Cengkeraman di tangannya semakin kuat, membuatnya meringis kesakitan.

"Kau pikir aku bodoh, Catarina?"

Catarina menahan napas, otaknya berpacu mencari alasan. Jika dia salah bicara, nyawanya bisa melayang saat itu juga.

"Aku tidak berniat kabur... Aku hanya butuh udara. Tempat ini... membuatku sesak."

"Kau mau kabur, ya? Jangan pernah coba-coba lari, aku akan memberimu hukuman."

Lorenzo berniat memberikan pelajaran pada Catarina. Beraninya perempuan itu mencoba kabur darinya. Lorenzo langsung menarik tangan Catarina ke dalam sebuah kamar di bar itu, lalu melempar tubuh Catarina ke atas ranjang.

Catarina terhempas kasar di atas ranjang. tubuhnya terasa nyeri akibat benturan. Nafasnya memburu, dada naik turun menahan ketakutan. Mata hijaunya menatap Lorenzo yang berdiri di hadapannya dengan tatapan buas, seakan menikmati rasa takut yang terpancar dari wajah gadis itu.

"Aku sudah memperingatkanmu, Catarina,” Suara Lorenzo dingin, menakutkan. "Tidak ada yang bisa kabur dari tempat ini... terutama kau."

Catarina menelan ludah, tubuhnya gemetar. Dia berusaha bangkit, namun tangan kekar Lorenzo mendorongnya kembali ke ranjang.

"Tolong... jangan lakukan ini," bisik Catarina, suaranya bergetar. Air mata mulai menggenang di sudut matanya.

Namun, Lorenzo hanya menyeringai, menikmati kepasrahan gadis itu.

"Kau harus belajar patuh, Catarina."

Catarina menahan isak, namun dalam hatinya api perlawanan terus membara. Dia tidak akan menyerah begitu saja. Jika malam ini menjadi akhir hidupnya, dia akan melawan sampai nafas terakhir.

Ketika Lorenzo mendekat, Catarina dengan cepat meraih lampu kecil di meja samping dan menghantamkannya ke kepala pria itu.

Braaak!

Lorenzo terhuyung ke belakang, darah merembes dari pelipisnya. Wajahnya seketika berubah garang.

"Kau berani melawanku, pelacur kecil?" desisnya marah.

Catarina tidak membuang waktu. Dengan tubuh gemetar, dia berlari menuju pintu. Namun, sebelum dia sempat membukanya, Lorenzo menarik rambut panjangnya dengan kasar hingga dia menjerit kesakitan.

"Aku akan membuatmu menyesal!"

Sekali lagi tubuh Catarina terhempas di atas ranjang. Lorenzo langsung menindih tubuh mungil itu.

Catarina meronta sekuat tenaga, namun tubuh kekarnya menekan tubuh kecilnya tanpa belas kasihan. Napas Lorenzo yang panas berhembus di lehernya, membuat bulu kuduk Catarina meremang ketakutan. Air mata mulai mengalir di pipinya, namun dia menolak untuk menyerah begitu saja.

"Lepaskan aku!" jerit Catarina, suaranya bergetar.

Namun, Lorenzo hanya menyeringai licik. Tangannya yang kasar mencengkeram kedua pergelangan tangan gadis itu, membelenggunya di atas kepala.

"Kau pikir bisa melarikan diri dariku, Catarina?”bisiknya pelan di telinga Catarina. "Tak ada seorang pun yang bisa kabur dari sini."

"Tak ada seorang pun yang bisa kabur dariku. Ingat itu baik-baik."

Bisikan Lorenzo begitu dingin, menusuk hingga ke tulang. Catarina menahan napas, tubuhnya gemetar dalam ketakutan. Bibir lelaki itu menyentuh leher jenjangnya, meninggalkan jejak jijik di kulit halusnya. Air mata mulai mengalir di pipi gadis itu.

"Lepaskan aku..." bisiknya, nyaris tak terdengar.

Namun, Lorenzo hanya tertawa kecil, seolah menikmati ketakutan yang terpancar dari mata hijau Catarina. Tangannya pula meremas gunung kembar Catarina yang kencang itu dengan kasar. kemudian, dia merobek gaun yang dikenakan Catarina hingga memperlihatkan dua gundukan besar.

Catarina hanya bisa menangis. Ia tak mampu melawan kekuatan Lorenzo yang lebih kuat darinya. Dia hanya pasrah dengan nasibnya. Malam itu, dia diperkosa secara brutal oleh Lorenzo.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • TERJEBAK DALAM DUNIA MAFIA   Bab 40 : Operasi penyelamatan

    Lorenzo duduk di kursi roda, dengan lengan kirinya diperban tebal. Meskipun kondisinya belum pulih sepenuhnya, sorot matanya tajam dan penuh tekad. Di depannya, terbentang peta kota New York dengan beberapa titik merah yang ditandai dengan lingkaran. Jacob dan Marco berdiri di sisinya, menunggu instruksi.“Aku yakin dia menyembunyikan Catarina di salah satu properti bawah tanahnya,” ujar Lorenzo, menunjuk sebuah area di Midtown. “Gedung ini milik salah satu perusahaan cangkangnya. Dulu aku pernah menelusurinya, tapi tidak pernah menemukan apa pun… sampai sekarang.”Jacob mengangguk, lalu menyerahkan berkas hasil penyelidikan terakhir. “Kami menyadap komunikasi beberapa anak buah Nigel. Ada lalu lintas kendaraan mencurigakan ke gedung ini dua malam terakhir. Aktivitas tinggi, tapi tidak mencolok. Seperti mencoba menyembunyikan sesuatu.”“Catarina,” gumam Lorenzo. Matanya menyipit. “Kita harus menyusup malam ini. Aku akan ikut.”Marco langsung menol

  • TERJEBAK DALAM DUNIA MAFIA   Bab 39 : Catarina ditangkap Nigel

    Lorenzo terus membawa Catarina menuju pesawat pribadinya. Hari ini, dia memutuskan untuk membawa Catarina pulang ke Manila. Catarina setuju tanpa ragu karena ketakutannya terhadap Nigel semakin besar. Dia tak menyangka bahwa pria yang selama ini dikenalnya sebagai pengusaha ternama ternyata seorang mafia.Tanpa sempat membawa pakaian atau barang-barangnya, mereka langsung menuju bandara. Namun, situasi semakin kacau saat mereka tiba di landasan. Sekelompok pria bersenjata muncul dari berbagai arah, dan peperangan antara Lorenzo dan anak buah Nigel pun pecah.Peluru berdesingan di udara, dan Lorenzo berusaha melindungi Catarina dengan tubuhnya. Namun, sebuah tembakan mengenai bahunya, membuatnya mundur selangkah dengan wajah menahan sakit."Lari ke pesawat sekarang!" perintahnya dengan suara tegas meskipun darah mulai mengalir dari lukanya.Catarina ragu sejenak, tetapi Lorenzo mendorongnya agar segera pergi. Namun, sebelum dia bisa mencapai pesawat, Nigel tiba-tiba muncul dengan beber

  • TERJEBAK DALAM DUNIA MAFIA   Bab 38 : Berhasil kabur

    Suasana di dalam apartemen semakin tegang. Catarina memegang pistol dengan tangan gemetar, sementara Lorenzo berdiri di depannya, melindunginya dari ancaman di luar.DOR!Satu tembakan terdengar, diikuti suara pecahan kaca jendela. Lorenzo langsung menarik Catarina ke sudut ruangan, menjauhkannya dari jalur tembakan."Sial," gumam Lorenzo. "Mereka tidak main-main."Lorenzo mengintip dari balik dinding dan melihat beberapa pria Nigel telah berhasil masuk. Dia tahu dia tidak bisa menghadapi mereka semua sendirian, apalagi dengan Catarina di sini."Kita harus keluar dari sini sekarang," bisiknya kepada Catarina."Tapi bagaimana?" Catarina berbisik panik.Lorenzo menoleh ke arah jendela yang sebagian kacanya sudah hancur. Itu satu-satunya jalan keluar."Lompat.""Apa? Kau gila?""Kita di lantai dua. Aku akan lebih memilih lompat daripada mati di tangan mereka."Catarina menelan ludah. Dia tidak punya pilihan lain. Dengan cepat, Lorenzo membuka jendela lebih lebar dan melompat lebih dulu.

  • TERJEBAK DALAM DUNIA MAFIA   Bab 37 : Pencarian Catarina

    Pagi itu, Nigel tiba di apartemen Catarina dengan ekspresi bingung. Biasanya, perempuan itu selalu ada di sana setiap pagi sebelum berangkat kerja. Namun, kali ini, tidak ada tanda-tanda keberadaannya.Nigel segera mengeluarkan ponselnya dan mencoba menghubungi Catarina. Nada sambung terdengar, namun tidak ada jawaban. Berkali-kali dia menelepon, tetapi hasilnya tetap sama. Ponselnya bahkan sudah tidak aktif lagi.Rasa curiga mulai menyelimuti pikirannya. Tanpa membuang waktu, dia segera menghubungi anak buahnya dan memberikan perintah tegas.“Cari tahu keberadaan Angeline (Catarina) sekarang juga! Aku ingin laporan dalam waktu secepat mungkin!” suaranya dingin dan tajam.Dalam benaknya, hanya ada satu kemungkinan, yaitu musuh lamanya, Lorenzo. Jika benar pria itu menculik Catarina, maka ini adalah sebuah tantangan perang.Namun, yang tidak diketahui banyak orang adalah bahwa Nigel Ramirez bukan hanya seorang pengusaha fashion ternama. Di balik citra elegan dan bisnis mewahnya, dia ju

  • TERJEBAK DALAM DUNIA MAFIA   Bab 36 : Malam Panas

    Catarina terbangun dengan napas tersengal. Tubuhnya terasa berat seolah ada seseorang yang menindihnya. Saat matanya terbuka sepenuhnya, ia mendapati Lorenzo berada di atasnya, menatapnya dengan mata penuh obsesi. "Apa yang kau lakukan?!" Catarina berusaha memberontak, tetapi tangannya masih terikat di kepala ranjang. Lorenzo menyeringai, jemarinya yang kasar mengusap pipi Catarina dengan lembut. "Aku hanya ingin memastikan kau tidak akan pergi ke mana-mana lagi, sayang." Catarina menggigit bibirnya, hatinya dipenuhi rasa takut dan kemarahan. "Lorenzo, ini salah. Kau tidak bisa memperlakukanku seperti ini." Lorenzo mendekatkan wajahnya, napas hangatnya mengenai wajah Catarina. "Kau milikku, Catarina. Aku tidak akan membiarkan pria lain menyentuhmu, bahkan menatapmu pun tidak." Catarina meronta lagi, tapi usahanya sia-sia. "Aku bukan milikmu! Kau sudah menikahi Carmela, Lorenzo! Lepaskan aku!" Sebuah kilatan kemarahan muncul di mata Lorenzo, tetapi ia segera mengendalikanny

  • TERJEBAK DALAM DUNIA MAFIA   Bab 35 : Diculik oleh Lorenzo

    Catarina berjalan keluar dari gedung dengan langkah yang sedikit gontai. Hari ini sangat melelahkan baginya. Ia ingin segera pulang, mandi air hangat, lalu tidur dengan nyenyak. Namun, malam ini ia tidak pulang bersama Nigel. Pria itu harus pulang lebih awal untuk menyambut keluarganya yang baru saja tiba dari luar negeri.Karena itu, Catarina memutuskan untuk pulang dengan taksi. Ia berdiri di tepi jalan, menunggu kendaraan yang dipesannya tiba. Suasana di sekitar cukup sepi, hanya ada beberapa orang yang berlalu-lalang.Namun, sebelum sempat menyadari sesuatu, tiba-tiba sebuah tangan besar menutup mulutnya dengan kain yang berbau menyengat. Catarina terkejut. Ia mencoba meronta, tetapi tubuhnya dengan cepat melemah. Pandangannya mulai kabur, dan beberapa detik kemudian, semuanya menjadi gelap.Lorenzo duduk di kursi kayu dengan kaki terentang, matanya tajam menatap wanita yang kini terbaring tak sadarkan diri di atas ranjang. Bibirnya melengkung membentuk senyuman tipis."Akhirnya k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status