Share

TERJEBAK PERNIKAHAN TAK DIHARAPKAN
TERJEBAK PERNIKAHAN TAK DIHARAPKAN
Penulis: La Bianconera

Part 1 Pernikahan

Rumah dengan halaman yang luas itu sudah penuh dengan para tamu undangan. Mereka duduk berjejer rapi di kursi yang telah dihias sedemikian rupa. Hiasan bunga-bunga mawar, krisan, dan lili memenuhi pelaminan. Di bawah tenda dengan dekorasi berwarna biru muda itu, para undangan tak sabar menunggu kata sah digaungkan.

Seorang pemuda bertubuh jangkung sedikit kurus, duduk gelisah di depan petugas KUA dan wali nikah gadis yang beberapa menit lagi akan sah menjadi istrinya. Dia menunduk dalam. Gelisah dan takut bercampur menjadi satu.

Benarkah dia sudah siap melepas masa lajangnya hari ini?

Benarkah dia mampu menjadi suami yang baik nanti? Sedangkan gadis yang akan dia nikahi tidak menghadirkan rasa cinta di hatinya. Berbagai pertanyaan, dan benarkah, benarkah yang lain muncul.

Pemuda itu menarik nafas panjang, dia tak mungkin mundur lagi. Sebadung dan seberandalan apa pun dirinya, pantang mempermalukan kedua orang tuanya. Dia cukup sadar diri, hidupnya yang kacau telah menyakiti ayah dan ibunya. Kini, saatnya dia membalas budi mereka walaupun tak sebanding. Menerima perjodohan. Ya, dia terpaksa menerima perjodohan ini dengan gadis galak, judes, dan jago beladiri diri pula.

"Mas Farrel Eka Alamsyah, bisa kita mulai acaranya?" tanya petugas KUA yang sejak tadi memperhatikan kegelisahannya.

Farrel mengangguk gugup. "Bi-bisa, Pak. Iya," jawabnya pelan. Sekali lagi dia menarik napas dalam-dalam. Sepanjang 25 tahun hidupnya, tak pernah dia merasakan segugup ini.

"Baik, Nak Farrel ikuti saya." Seorang laki-laki paruh baya mengulurkan tangan padanya.

Kini, tangan calon mertua dan menantu itu saling berjabat erat di atas meja. Farrel melirik ke arah sang ayah yang bertindak sebagai saksi dan juga pada Bintang yang duduk sisi kirinya.

"Semangat, Dik!" ucap Bintang sambil tersenyum penuh arti. Laki-laki itu mentertawakan panggilannya yang telah berubah pada Farrel saat ini.

"Ndul, sudah hafal belum? Kalau belum bisa, dengan senang hati aku gantiin, Ndul!" seru Dino tanpa perasaan yang mengundang tawa para undangan. Farrel melengos mendengar ucapan unfaedah temannya tersebut.

Farrel cukup lancar mengucapkan kalimat ijab qobul. Dia memejamkan mata bersamaan para saksi berkata ''SAH'' disusul dengan bimbingan do'a. Laki-laki itu menoleh mengikuti arah pandangan Bintang yang menatap takjub akan kecantikan Alisha berjalan mendekat sambil membimbing sang adik. Farrel tertegun sejenak melihat penampilan Alifa yang tidak menunjukkan sebagai gadis galak. Alifa sangat cantik dengan balutan kebaya muslim warna putih gading. Mahkota dan riasan flawless menambah kecantikan gadis itu.

Hah, cantik? Farrel buru-buru membuyarkan lamunannya sendiri. Menurutnya, kecantikan wanita itu seperti fatamorgana. Farrel menggeleng samar dan melalui ekor mata, Alifa juga melirik ke arahnya.

Dengan gugup Alifa diminta duduk di samping Farrel. Keduanya saling pandang sesaat. Tanpa ada senyum layaknya pengantin baru. Farrel menyematkan cincin emas putih di jari Alifa dan Alifa menyematkan cincin paladium di jari manis laki-laki yang telah menjadi suaminya.

"Cium tangan suaminya, Mbak." Petugas KUA memberikan nasihat.

Walaupun dengan enggan, diciumnya punggung tangan Farrel. Farrel menggaruk tengkuk ketika diminta mencium kening istrinya. Semua itu tak lepas dari jepretan kamera fotografer. Tak ketinggalan, ketiga sahabat Farrel juga melakukan hal yang sama dengan handphone masing-masing, sambil menggoda laki-laki itu. Rasanya, Farrel ingin melemparkan mereka satu persatu ke luar tenda.

"Ndul, ciuman pertama kali akan masuk buku sejarahmu, Ndul." Vio menggoda sahabatnya itu yang langsung dibalas tatapan tak bersahabat.

Mereka memang memasang senyum sumringah ketika menyalami para tamu undangan. Begitu pun ketika mereka diminta berfoto bersama keluarga, kerabat dan teman-temannya.

"Semoga sakinah mawadah warahmah ya, Alifa, Mas Farrel. Ditunggu launching Farrel-Alifa Juniornya," do'a tulus itu terucap dari teman kuliah Alifa.

Uhuk ... uhuk!

Mendengar kata Farrel-Alifa junior, Farrel langsung tersedak. Dia mendekatkan wajahnya ke telinga Alifa sambil senyum-senyum sendiri.

"Sudah siap dengan launching Farrel-Alifa Juniornya?"

Alifa mendelik dan tersenyum miring sekilas. "Mimpimu terlalu tinggi, Rel!" jawabnya kemudian diiringi senyum manis karena ada beberapa temannya yang mendekat.

"Cie, katanya ogah dijodohin, tapi begitu sah senyum-senyum, kalian!" celetuk Danang.

"Iya, biar dia jinak lah, Nyet."

"Jinak? Kamu pikir aku kuda poni gitu, apa?" sahut Alifa sewot.

"Lif, witing tresno jalaran soko kulino, kalau kamu nggak tresno-tresno sama Gundul ini, bolehlah kamu datang pada Mas Vio!"

"Monyet, mulutmu!" sentak Farrel pada Vio yang seenaknya berbicara. "Sampai jadi pebinor awas, ya!" tegasnya. Vio tertawa cekikikan dan mengusap-usap dada Farrel.

"Nah, berarti sudah turun nih cintanya. Lif, panggil suaminya yang mesra gitu."

"Diam kamu, Nyet, cepat mundur sana!" sergah Farrel ketus akan sikap teman-temannya yang tidak memiliki akhlakul karimah sama sekali.

Vio, Dino, dan Danang hanya cengengesan. Ada rasa bahagia juga sedih di hati ketiganya. Mereka akan kehilangan sosok teman yang jahil, yang selalu berada di sisi mereka. Kini sosok itu telah berubah menjadi seorang suami, dan pastinya akan sibuk dengan keluarga barunya.

Farrel dan Alifa mendongak ketika mendengar suara lirih seorang gadis yang menyapanya. Nuraini berdiri di depan mereka bersama sang nenek. Gadis itu menatap keduanya bergantian dengan senyum penuh arti.

"Nur, terima kasih sudah datang," ucap Farrel lirih sambil mengusap-usap kepala gadis itu. Farrel memang menganggap Nur seperti adiknya sendiri, apalagi sejak gadis itu hanya memiliki sang nenek sebagai anggota keluarganya.

"Semoga sakinah mawadah warahmah, ya, Mas, Mbak Alifa." Nur berdo'a tulus sambil memeluk Alifa.

"Terima kasih, Nur." Nur kembali mengangguk.

Ketika dalam situasi seperti ini, gadis itu teringat akan Banu. Kekasihnya yang telah menghadap pada Yang Maha Kuasa. Mata Nur mengembun kemudian dia bergegas meninggalkan pelaminan diikuti oleh neneknya.

"Kasihan sama Nur," tanpa sadar Alifa berbisik lirih ke arah Farrel.

Farrel mengangguk pelan dan menatap ke arah Nur di depan sana. "Semoga ada orang yang tulus melindungi dia seperti Banu."

Alifa mengamini ucapan Farrel dan tanpa sadar memegang lengan pria di sampingnya itu.

* * *

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status