Share

Bab 3 : Malam Yang Menyakitkan

Penulis: Mimin Lamatokan
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-15 22:26:41

Ba'da maghrib, ijab kabul sederhana kami yang diadakan di masjid dekat rumah Mas Ifan berjalan dengan lancar tanpa kendala. Setelah menyelesaikan proses demi proses, kami melaksanakan salat Isya berjamaah sebelum akhirnya aku, Mas Ifan, dan Mbak Riska kembali ke rumah yang ditempati mereka. Rumah yang lumayan besar untuk kami tempati bertiga.

Ah ... bertiga? Dadaku tiba-tiba sesak memikirkannya.

"Tika, sudah sampai. Ini rumah kita," ucap Mbak Riska membuyarkan lamunanku.

"Ehm, iya, Mbak,"  jawabku kaget.

Kami segera keluar dari mobil dan berjalan ke arah teras.

Jantungku berdegub kencang saat melihat pemandangan di depanku. Mas Ifan menggendong Mbak Riska turun dari mobil dan mendudukkannya di kursi roda. Ya Allah, sanggupkah aku? Pemandangan seperti inilah yang akan aku lihat setiap hari nanti.

Mampukan aku, ya Rabb, doaku dalam hati.

Pintu dibuka.

"Masuklah, Tika. Ini juga rumahmu sekarang," ucap Mas Ifan.

"Ehm ...." Aku hanya bisa mengangguk.

"Kamu pasti capek, Tik. Kamarmu di sebelah sana," ucap Mbak Riska sambil menunjuk sebuah pintu kamar yang menghadap ke ruang keluarga.

"Ayo aku antar."

"Iya, Mbak."

Aku berjalan di samping kursi rodanya yang di dorong oleh Bi Ani, sementara Mas Ifan mengikuti di belakang kami. Mbak Riska membukakan pintu kamar.

"Masuklah, Tik," katanya lagi. Aku terdiam beberapa saat melihat seluruh isi kamar. Penuh dengan nuansa biru muda. Mulai dari dinding kamar, sprei, gorden jendela, dan lemari pakaian. Hanya meja rias yang berwarna putih terang. Namun, tetap ada vas bunga  warna biru muda di atasnya. Hhm, Mbak Riska masih ingat, kalau aku memang suka dengan warna ini, gumamku dalam hati.

"Tika, kamu istirahat, ya. Saya antar Riska ke kamarnya dulu," pamit Mas Ifan sambil mendorong kursi roda ke arah kamar Mbak Riska, ehm, bukan! Kamar tidur mereka. Yaah, itu lebih tepat. Aku tersenyum getir.

Setelah membersihkan badan, aku segera mengganti pakaian yang kugunakan untuk ijab kabul. Pakaian sederhana yang jauh berbeda dari apa yang kuimpikan selama ini. Aku menarik napas panjang. Untung saja tadi sudah melaksanakan salat Isya berjamaah di masjid, karena aku benar-benar mengantuk saat ini.

Aku duduk di samping ranjang, rasanya ingin segera tidur saja tapi tiba-tiba merasa sangat haus.

Kuputar perlahan gagang pintu kamar, menolehkan kepala ke kanan dan kiri mencari di mana letak dapur rumah ini. Aku berjalan perlahan melintasi ruang keluarga saat hampir sampai di pintu dapur, langkahku terhenti.

Terdengar seseorang sedang menangis dari arah dapur.

"Pergilah, Mas. Tika pasti menunggumu. Aku tidak apa-apa." Suara Mbak Riska terdengar sedang menangis. Kuberanikan diri untuk mengintip.

Kulihat mereka sedang berpelukan.

Membalikkan badan dan hendak pergi karena tak sanggup melihat pemandangan ini, tapi langkahku terhenti mendengar perkataan Mas Ifan.

"Ini sulit bagiku, Ris," ucap Mas Ifan.

"Ini juga sulit bagiku, Mas," jawab Mbak Riska.

"Jika ini sulit, lalu mengapa kau menginginkan hal ini?" tanya Mas Ifan.

"Karena aku mencintaimu, Mas," jawab Mbak Riska.

"Aku tahu, aku tak akan bertahan. Dan sepeninggalku aku tak ingin kau terus hidup sendiri. Sebelum aku pergi, aku ingin memastikan kau mendapat pengganti yang lebih baik dariku, dan aku yakin Tika lah orangnya."

"Kau tidak akan ke mana-mana, Ris. Kau akan baik baik saja," ucap Mas Ifan sambil memandang lekat wajah Mbak Riska.

Perih itu lagi. Aku meremas gaun tidurku dan mulai menangis.

Tak sanggup berlama-lama di tempat itu, aku kembali ke kamar. Rasa hausku hilang seketika.

Mulai menangis karena tak kuasa menahan sakit yang kurasakan. Aku mencintai, juga merindukannya, tapi aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku tahu malam pertama ini tak akan seperti malam pertama kebanyakan orang. Yang penuh suka cita, kemesraan, serta kebahagiaan.  Itu tak akan kudapatkan.

Puas menangis, kurebahkan kepala di atas bantal. Rasanya aku ingin segera terlelap dan melewatkan malam yang manyakitkan ini.

Terdengar suara pintu di buka.

Cepat-cepat kututup kedua mataku, menahan napas agar Mas Ifan tidak tahu, kalau aku hanya pura-pura tidur. Aku bisa merasakan Mas Ifan berdiri di depanku saat ini.

"Tika," panggilnya.

Aku tak bergeming.

Tidak malam ini, Mas. Aku tak sanggup mendengar penolakan apa pun darimu. Tidak malam ini, gumamku dalam hati, sambil menahan air mataku agar tidak menetes.

Mas Ifan menarik selimut menutup tubuhku, kemudian dia berjalan memutar dan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, tepat di sampingku. 

Kututup mulutku manahan tangis. Dadaku sesak, Ya Allah ... ini menyakitkan, tapi aku masih saja menyebutnya cinta? Cinta seperti apa? Cinta yang bagaimana? Aku terus bertanya dalam hati.

Kuat kan aku ya Rabb, pintaku seraya menutup mata.

 

***

"Tik ... Tika." Terdengar suara Mas Ifan memanggilku.

"Emm," jawabku membuka mata.

"Bangun, Tik. Salat Subuh dulu," kata Mas Ifan.

"Iya, Mas."

"Tolong bangunkan Riska, ya. Mas mau buru-buru ke masjid," pinta Mas Ifan.

"Iya, Mas." Aku bangun dari tempat tidur sambil memperhatikan punggungnya sampai hilang di balik pintu. Lalu bangun dan segera ke kamar Mbak Riska untuk membangunkannya.

"Mbak Ris," panggilku sambil mengetuk pintu. Tak ada jawaban.

Kuberanikan diri membuka pintu kamarnya. Ternyata Mbak Riska sudah lebih dulu bangun dan sedang melaksanakan salat Subuh. Menutup kembali pintu kamarnya dan kembali ke kamarku. Berwudu kemudian salat.

Selesai salat Subuh, ingin rasanya aku lanjut tidur, tapi sebentar lagi pagi dan sekarang aku bukan wanita single lagi. Aku seorang istri yang tentunya akan sibuk di dapur saat pagi tiba.

Aku mandi dulu sebelum memulai aktivitas pagi ini. Sengaja berlama-lama di kamar mandi. Berendam di air hangat tubuhku terasa lebih rileks. Seakan semua beban yang kurasakan hilang saat itu juga. Walaupun hanya untuk sementara.

"Aaaarg!" teriakku kaget, saat keluar dari kamar mandi.

Mas Ifan yang sedang duduk di pinggir ranjang pun ikutan kaget melihatku dan langsung menundukkan pandangannya.

"M-Mas," panggilku terbata, sambil membalikkan badan. Karena saat ini aku hanya menggunakan handuk sebatas paha.

 Ya Allah ... malunya.

"Mm-maaf, Tik, tadinya aku mau bicara sama kamu, tapi ... ehm nantilah kita bicara," ucapnya lagi dengan gugup, lalu berjalan ke arah pintu dan keluar dari kamar meninggalkan aku yang masih terbengong-bengong.

"Ya Allah ...." Kututup wajahku dengan kedua tangan sambil menghentak-hentakkan kaki. Tubuhku berasa panas dingin.

Malu rasanya Mas Ifan melihatku seperti ini. Walaupun kami sudah sah, tapi kami belum...

"Ah, sudahlah!"

Setengah berlari aku mendekati pintu. Buru-buru menutup dan menguncinya.

Sepanjang berganti pakaian, kejadian barusan selalu terbayang di pelupuk mata. Tiba-tiba aku merasa tubuhku merinding tak karuan saat mengingat tatapan Maa Ifan padaku tadi.

"Aiich! Aku harus bagaimana nanti, kalau ketemu Mas Ifan? ucapku lirih sambil menutup wajah dengan kedua tangan.

*** Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • TERJEBAK POLIGAMI BERSAMA SAHABAT SENDIRI    Bab 29 : Hatiku Sakit (Pov Ivan)

    Aku benar-benar penasaran, sudah tak sabar rasanya ingin segera menanyakan kebenaran obat yang baru saja aku temukan di laci nakas pada pihak apotek, obat apa ini sebenarnya.Selain obat, aku juga menemukan sebuah wadah yang berisi bubuk yang aku yakin itu adalah susu, di dalam laci mejanya, tapi susu apa?Ah ... Tika? Apa yang kau sembunyikan dariku.Hampir satu jam menunggu. Aku bersyukur, akhirnya apotek pun buka. Aku segera menghampiri petugas yang masih sibuk beberes."Permisi, Mbak," ucapku."Iya, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" jawabnya."Maaf, saya datang sepagi ini, cuma mau nanya, Ini obat apa ya, Mbak?" tanyaku tak sabar, sambil menunjukkan obat yang aku temukan di laci."Coba saya, liat." Jantungku berdebar kencang, menunggu penjelasan darinya."Oo ini vitamin Pak. Biasanya, di konsumsi oleh wanita yang sedang hamil atau wanita yang sedang program hamil.""Oh, jadi, ini, vitamin?" tanyaku memastikan."Iya, pak.""Berarti yang mengkonsumsi obat ini, kemungkinan sekarang di

  • TERJEBAK POLIGAMI BERSAMA SAHABAT SENDIRI    Bab 28 : Kepergian Yuda

    Mendengar ucapan Yuda barusan benar-benar membuatku jantungku hampir copotAh ... Tika! Itu pertanyaan bodoh! Harusnya aku sudah tahu jawabannya. Benar kata Ibu."Udah ah, bercandanya, aku masuk dulu," ucapku menghindar. "Aku tidak sedang bercanda!" ucapnya menghalangi jalanku.Langkahku terhenti."Kendalikan dirimu, Yud! Apa kamu lupa, aku udah punya suami" aku mulai marah.Yuda tersenyum."Tenang saja Tik, aku tahu batasanku. Aku hanya ingin memastikan kalau kamu benar-benar bahagia, sebelum aku kembali ke Hongkong," ucapnya.Apa? Hongkong? Jadi dia mau balik ke Hongkong? tanyaku dalam hati"Baiklah aku ke dalam dulu, tinggal sedikit lagi pekerjaanku selesai," ucapnya lagi kemudian masuk ke dalam rumah. Aku mematung di teras rumah. Yuda benar-benar menyukaiku? Jujur aku merasa risih, tapi mendengar kalau dia akan kembali ke Hongkong, membuatku sedikit lega. ***Karena kejadian tadi pagi, seharian aku mengurung diri di dalam kamar. Hanya saat makan siang aku keluar untuk makan bers

  • TERJEBAK POLIGAMI BERSAMA SAHABAT SENDIRI    Bab 27 : Ungkapan Cinta

    Pagi ini kami sarapan seperti biasa. Setelah sarapan, kami mulai sibuk sendiri-sendiri. Aku duduk santai di ruang tamu. Selonjoran di sofa ruang tamu, sambil membaca majalah tentang Ibu dan bayi.Tiba-tiba bel berbunyi, aku berdiri perlahan, menarik jilbab yang kuletakkan di meja lalu memakainya. Kemudian berjalan ke pintu dan membukanya."Assalamualaikum." ucap suara yang tak asing dari balik pintu."Wa'alaikumsalam warohmatullah." jawabku.Senyum manis berlesung pipi menyambutku."Hai Tik, gimana kabarmu?" "Kamu, Yud? ngapain disini?" tanyaku heran."Gimana sih, ada tamu bukannya di suruh masuk malah di interogasi," ocehnya."maaf, masuklah." ucapku."Nah, gitu dong." ucapnya cengengesan.Yuda masuk dan duduk di sofa ruang tamu. "Kamu belum jawab pertanyaanku, gimana kabarmu? Juga kehamilanmu?" tanya Yuda."Ssstttt, jangan keras-keras ngomongnya, nanti yang lain dengar," ucapku, setengah berbisik."Tik, jadi kamu benar-benar merahasiakan kehamilanmu? Kenapa?" ocehnya."Kamu nggak

  • TERJEBAK POLIGAMI BERSAMA SAHABAT SENDIRI    bab 26 : Rahasia Yang Terbongkar

    Ternyata Mbak Riska sudah berdiri di ambang pintu. "Oh, ini vitamin, Mbak." Aku buru-buru berdiri menghalangi botol vitamin yang ada di atas, agar tak terlihat jelas oleh Mbak Riska. "Ada yang bisa kubantu, Mbak?" ucapku lagi sambil berjalan tertatih ke arah Mbak Riska. "Oh, nggak kok. Mau ngajak kamu nonton. Bosan cuma diam-diam aja di kamar. Pingin jalan-jalan, tapi Mas Ifan pasti nggak akan kasi izin." "Ya udah, yuk, kita nonton bareng." Aku cepat-cepat mengajak Mbak Riska pergi dari kamar. ***Kami menonton hingga terkantuk-kantuk. Karena tak kuat, akhirnya kami sudahi menonton, dan balik ke kamar masing-masing. Sampai di pintu kamar aku tertegun, terdiam tak mampu bergerak, melihat pemandangan yang ada di dalam kamar.Ibu tengah berdiri, memegang sesuatu di tangannya. Itu, vitamin khusus ibu hamil yang tadi lupa kuimpan. Gleg ! Aku menelan ludah.Aku masuk dan mengunci pintu. Saat berbalik, ibu sudah berdiri menghadapku."Obat apa ini,

  • TERJEBAK POLIGAMI BERSAMA SAHABAT SENDIRI    Bab 25 : Orang Baik

    Hari ini akhirnya kami bisa pulang dan makan siang di rumah. Mas Ifan meliburkan diri dari kantor agar bisa menemani kami di rumah. Mas Ifan juga pamit, untuk ke luar kota beberapa hari kedepan untuk urusan kantor. "Kamu istirahat ya, jangan lupa minum obat." kata Mas Ifan, setelah mengantarku ke kamar."He'em," aku mengangguk.Aku membuka laci dan menyembunyikan obat yang di berikan mas Ifan disana. Tak hanya itu, obat, vitamin, dan susu untuk kehamilanku pun aku sembunyikan disana. Sebenarnya aku merasa berdosa. Tapi tak lama lagi, aku akan jujur pada Mas Ifan soal kehamilanku ini. Karena Mbak Riska sudah mulai membaik. ***Menjelang makan malam, Mas Ifan membantuku untuk ke meja makan. Disana sudah ada Bapak, Ibu, dan Mbak Riska.Sebenarnya aku tak berselera karena ada sesuatu aku inginkan. Hmm .. mengingatnya membuat air liurku benar-benar mau keluar. "Tik, kok bengong, ayo di makan." tanya Mas Ifan"Eh, iya Mas." "Kenapa? masakan Ibu

  • TERJEBAK POLIGAMI BERSAMA SAHABAT SENDIRI     Bab 24 : Kedatangan Ibu Mertua

    Ya Allah, bagaimana ini?" ucapku panik.Aku lupa kalau kunci rumahku, ada di dompet yang baru saja dijambret. Aku berjalan tertatih, dan duduk di teras. Mengeluarkan ponsel dari saku gamis dan mulai memencet nomor Mas Ifan."Oh, aku lupa. Aku belum sempat beli pulsa tadi," ucapku lirih. Tiba-tiba sebuah mobil masuk ke halaman, mobil yang sudah tak asing lagi bagiku."Mas Ifan!" seruku.Lalu segera bangkit dan hampir saja aku terjatuh.Mas Ifan turun dari mobil, dan terkejut melihat kakiku yang di perban, sebuah tongkat yang menopang tubuhku."Ya Allah, Tika! Kamu kenapa?" tanyanya setengah berlari ke arahku."Aku di jambret Mas, aku berusaha mengejar tapi kakiku tertusuk pecahan botol di pinggir jalan,""Astagfirullahal'adzim, tapi kamu nggak apa-apa kan, Tik?" tanya Mas Ifan, sambil meraba-raba tangan dan punggung ku."Nggak apa-apa, Mas. Cuma kaki aja yang harus di jahit," jawabku."Apa dijahit?" tanya Mas Ifan panik.Mas Ifan menatapku lekat. Lalu menarikku ke dalam pelukannya."

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status