Share

BERITA BURUK

Bab 4

Berita buruk

Alice membawa Adam pergi dari ruangan itu, Adam menolak karena belum puas menghajar manager Alice. Namun, Alice tetap menarik tangan Adam hingga mau tidak mau Adam pun menuruti apa yang Alice katakan. Sekarang mereka berdua sudah berada di luar restoran, Alice menatap Adam dengan tatapan marah.

“Kita memang pernah bertemu, tapi itu bukan berarti kau bisa ikut campur segala macam urusanku!” seru Alice dengan ekspresi wajah emosi.

Adam tertawa. “Jadi kau terima ajakan dari pria bodoh seperti dia? Rendah sekali harga dirimu ternyata.”

“Terserah kau menyebutku seperti apa, yang jelas pergi dari kehidupanku! Aku tak sudi mengenal orang sepertimu!” balas Alice.

“Untuk apa kau bertahan di tempat seperti ini? Bahkan kau bisa lebih direndahkan dari yang tadi,” ucap Adam.

“Mau mereka merendahkanku atau bahkan membunuhku itu bukan urusanmu! Yang terpenting aku bisa bekerja dan juga makan tanpa mengemis pada siapa pun! Tapi kau datang dan merusak semuanya, bahkan kau sampai menghajar managerku tadi. Apa kau mau bertanggung jawab jika aku sampai benar-benar dipecat?!” ujar Alice tak terima.

“Pergi dari sini, aku bisa menyelesaikan masalah ku sendiri. Jangan jadi pahlawan kepada orang yang jelas-jelas tidak butuh dengan jasamu!” lanjut Alice lalu kembali masuk ke dalam restoran.

Melihat reaksi Alice, Adam diam sejenak, ia merasa direndahkan oleh Alice. Seorang Adam Anderson pantang untuk direndahkan, ia akan marah dan akan membuat perhitungan pada orang yang membuat masalah sekecil apa pun padanya. Namun, berbeda dengan sekarang, Alice adalah wanita yang berbeda di matanya dan hal ini juga terjadi karena kesalahan yang telah sengaja dibuatnya. Sebab gara-gara ulahnya tadi dengan sengaja menyandung kaki Alice, kemudian berakhir wanita itu mendapatkan kemarahan dan perkataan buruk dari pelanggan. Namun, jauh dalam diri Adam, ia sudah puas karena berhasil menghajar manager mesum dengan tangannya sendiri.

Sementara Alice terus berjalan melewati beberapa kursi pelanggan, sampai di mana ada seseorang yang menghentikan dia. Ia berhenti dan menoleh siapa yang memegang tangannya dengan tiba-tiba, ternyata seorang laki-laki yang duduk di sebelah seorang wanita berambut pirang yang sangat dikenalnya, Sera Holmes, dan pria disebelahnya tak lain adalah seseorang yang pernah menyandang status sebagai mantan tunangannya sendiri.

“Bagaimana kabarmu, Alice?” tanya Philip Warren yang masih mencekal pergelangan tangan Alice.

Alice terkejut untuk ke sekian kalinya, karena kali ini di saat yang sama ia bertemu dengan dua orang yang sangat dibencinya dan juga paling dihindari.

“Baik,” jawab Alice cuek. Ia mencoba melepaskan cekalan tangan Philip dari tangannya, tapi tak bisa. Tenaga Philip cukup kuat, dan hal itu membuat Alice tidak nyaman sama sekali.

“Sombong sekali kau, kami bertanya baik-baik tapi kau justru bersikap sok!” celetuk Sera yang dari tadi hanya diam.

“Aku tak ingin menyapa kalian, karena saat ini aku sedang bekerja, jadi tolong jangan menggangguku!” ucap Alice sembari menatap mereka satu persatu.

“Dan tolong lepaskan tanganku ini!” lanjut Alice dengan ekspresi serius.

“Kau pikir, kau siapa, heh?! Hanya menjadi pelayan saja berlagak sok di depan kami! Tanpa kita datang restoran ini tidak akan laku! Kau hanyalah seorang pesuruh, seharusnya kau melayani kami dengan baik!” balas Sera. Tentunya dengan nada mengejek. Sengaja dikeras-keraskan agar pengunjung restoran dapat mendengarnya.

Alice menghela nafas, tangannya sudah tak lagi dicekal oleh Philip. Ia sedikit merapikan bajunya, sebenarnya ia emosi. Tapi emosinya tak boleh meledak di sini, ia harus tetap sabar. Ia tidak bisa berbuat lebih atau ia akan kehilangan pekerjaannya. Walaupun ucapan Sera benar-benar menyakiti hatinya. Apakah dia tidak berpikir terlebih dahulu sebelum berucap?

“Kau lihat, Sayang? Dengan wajahnya yang buruk rupa dan hanya bekerja sebagai pelayan restoran saja sudah berlagak angkuh!” cibir Sera dengan tatapan mengejek.

“Kau benar, Sera. Aku menyesal sudah menyapanya tadi. Sudahlah, jangan mengurusnya lagi. Dan satu hal Alice, jangan salahkan kami jika kami akan memberikan rating rendah pada restoran ini karena salah satu pelayannya tidak becus dalam melayani pelanggan,” ucap Philip.

Pasangan tak tahu malu itu pun melanjutkan kegiatan mereka. Sera yang memang sengaja ingin membuat saudara tirinya kesal, dengan sengaja bermesra-mesraan dengan Philip di depan Alice. Sedangkan Alice hanya berdiri terpaku seperti orang bodoh, mendengar ucapan Philip tadi membuat Alice sedikit takut, bagaimana jika Philip benar-benar melakukan apa yang dia katakan tadi? Ia takut itu terjadi. Apalagi masalah yang hari ini saja belum selesai, mau ditambah masalah lagi. Tentu hal itu akan membuat Alice terancam dipecat.

Alice tak berharap bertemu dengan Philip dan Sera di restoran tempat dia bekerja. Alasan mengapa dirinya dengan Philip menjadi mantan karena selain berselingkuh dengan saudara tirinya sendiri, Phillip juga selama ini hanya menggunakan dirinya sebagai alat agar dia bisa memiliki kedudukan yang tinggi karena ayah Alice yang memiliki perusahaan tempat di mana Philip bekerja.

Antara sedih dan senang Alice bisa lepas dengan Philip, sedih karena ia dan Philip sudah lama bersama. Tapi senang karena ia tidak jadi menikah dengan orang yang salah. Walaupun perasannya yang harus di korbankan. Masih ada rasa yang masih tersisa di hati Alice pada Philip. Namun, dengan logikanya Alice tak mau bersikap bodoh lagi.

Saat ini Alice tak lagi peduli itu semua, ia ingin fokus bekerja untuk membiayai hidupnya sendiri. Karena itu sekarang tinggal memikirkan bagaimana cara agar Alice tidak dipecat dari pekerjaannya setelah masalah yang menimpanya hari ini.

Alice belum berhasil berbicara dengan menagernya terkait masalah penyerangan Adam yang tiba-tiba, sebab managernya harus dilarikan ke rumah sakit akibat pukulan yang Adam berikan mengenai luka yang cukup serius yang diderita. Alice merasa bersalah dengan hal itu, tapi untuk sekarang ia masih belum bisa datang melihat keadaan sang manager. Karena ia tak mau situasinya semakin tak terkendali.

Sekarang Alice dalam perjalanan pulang, ia menggunakan taksi. Rasanya kepalanya ingin pecah saat ini, entah bagaimana jika ia benar-benar dipecat. Tiba-tiba saja ia mendengar ponselnya bergetar, ternyata ada telepon dari pelayan kepercayaan rumah ayahnya. Karena rasa penasaran yang tinggi, ia pun mengangkat teleponnya.

“Hallo, ada apa, Bibi?” tanya Alice setelah menempelkan ponsel itu ke samping telinganya.

“Nona Alice bisa pulang sekarang?” sebuah suara terdengar sedikit gemetar menyahut.

“Saat ini aku memang dalam perjalanan pulang, Bibi,” balas Alice.

“Cepatlah pulang, Nona.”

Mendengar hal yang baginya aneh, Alice pun tersentak.

“Ada apa, Bibi Mary? Bibi tidak menyembunyikan sesuatu dariku ‘kan? Katakan Bibi,” balas Alice. Perasaannya semakin tak enak, seperti ada sesuatu yang aneh. Sebab suara pelayan kepercayaan yang biasa merawat ayahnya terlihat berbeda.

“Saya terut bersedih, Nona Alice. Saya benar-benar menyesal harus mengatakannya pada Anda.”

“Kenapa, Bibi, ada apa? Segera katakan padaku!”

“Tuan besar meninggal.”

Alice menegang di tempat, tak ada jawaban yang bisa diucapkan Alice saat ini, dengan cepat ia pun langsung mematikan ponselnya secara sepihak.

Alice terdiam, mencerna apa yang terjadi, apakah ia tak salah dengar? Bibi Mary, sang pelayan kepercayaan mengatakan ayahnya sudah meninggal. Apakah yang diucapkannya adalah nyata? Ayahnya tidak meninggal. Ayahnya berada di rumah dan beliau sedang sakit. Mana mungkin beliau meninggal, Alice tertawa dan meyakinkan kepada dirinya sendiri bahwa apa yang ia dengar hanya tipuan semata.

“Alice, tenanglah. Ayah baik-baik saja di rumah. Aku harus segera sampai di rumah dan bertemu dengan ayah.” Alice meyakinkan dirinya sendiri dengan kalimat itu.

Walaupun air matanya masih saja turun, bahkan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Pesan dari orang yang menyuruhnya untuk sabar, ini hanya mimpi. Alice yakin dengan itu, ayahnya masih hidup dan beliau berada di rumah sekarang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status