共有

Bab 9

last update 最終更新日: 2022-06-30 18:26:52

"Lin, beli perlengkapan bayi, yuk! Kita beli yang netral aja. Warna hijau atau kuning, biar bisa buat anak laki-laki atau perempuan. Kamu mau anak laki atau perempuan?" tanyanya di suatu pagi.

"Mau laki, kek. Perempuan, kek. Aku hak peduli. Urus aja sama kamu!" ucapku ketus. Semoga saja dia makin sakit hati.

"Kamu mau ikut gak belinya?" tanyanya lagi. Tak kujawab. Kupasang wajah masam.

"Takut kamu gak sesuai sama seleraku. Selera cewek sama cowok kan beda—"

"Terserah! Aku gak peduli kamu mau beli baju kayak gimana. Lagian emang kamu punya duit buat beli? Kalo kamu mau ngajak aku belanja, minimal di dompetmu harus ada seratus juta," potongku. Terlihat raut wajahnya berubah sendu.

 Hahaha. Aku puas melihatmu menderita. Semoga saja kamu menikmati saat menelan kata-kata pahit dariku. Dia menunduk dan berlalu dari hadapanku.

**

"Rimba, bukannya kamu mau ngajak aku belanja peralatan bayi?" tanyaku esok harinya. Dia tampak bahagia mendengar tawaranku.

"Beneran kamu mau beli peralatan bayi?" tanyanya memastikan.

"Ya, beneran lah. Masa boongan." Aku menjawab dengan ketus, tapi dia sepertinya tetap bahagia.

Kami berangkat dengan mengendarai mobilku. Aku sengaja mengajaknya ke sebuah toko di pusat perbelanjaan. Toko ini kukenal dengan barangnya yang branded dan harganya yang mahal.

Setibanya di sana, aku langsung memilih baju-baju seenaknya. Barang-barang yang entah gunanya untuk apa pun kuambil.

Sesuai dugaanku. Dia menahan tanganku saat aku hendak mengambil sebuah ayunan.

"Lin, kita beli yang bener-bener perlu dulu. Baju-baju, kaus kaki dan sarung tangan. Kalau ayunan aku rasa tidak terlalu bermanfaat. Coba lihat, harganya juga berapa," bisiknya. Aku menoleh dan tersenyum miring.

"Aku tau kalau kamu cowok kere. Tenang aja, aku dikasih kartu kredit sama Papa. Kamu gak perlu takut aku minta bayarin," cibirku. Dia menunduk lalu melepaskan tanganku. Sekilas aku bisa melihat dia menghela napas kasar.

Sekali lagi, aku berhasil menjatuhkan harga dirinya. Sesuai niatku dulu menerima lamarannya. Membuat hidupnya seperti dalam neraka. Aku tersenyum sinis dan meninggalkannya ke meja kasir.

Selesai berbelanja, aku mencium wangi ayam goreng yang tiba-tiba begitu menggoda. Padahal biasanya aku nggak doyan.

Rimba dibantu seorang pelayan toko peralatan bayi tadi mengangkut barang-barang yang kubeli ke mobil.

Sengaja aku tak mengajaknya makan. Biarkan saja dia kelaparan. Aku langsung masuk ke restoran siap saji itu sendiri, tanpa menunggu Rimba kembali.

Saat Rimba kembali ke dalam, aku sudah mau selesai menghabiskan dua potong ayam dan sebungkus nasi. Semenjak kehamilanku semakin besar, nafsu makanku pun bertambah besar.

Saat Rimba menyusulku masuk ke restoran, aku segera bangkit dan meninggalkannya yang hendak duduk di depanku.

Seribu-kosong untuk kemenangan Aline Agatha.

Nikmatilah setiap rasa sakit yang akan aku berikan padamu, lelaki sialan!

*

Semakin hari perutku semakin membesar. Gerakanku semakin lambat dan sulit. Ah, seandainya saja dari awal kugugurkan anak ini pasti aku tidak akan repot seperti ini.

Terlebih, sekarang aku menjadi gendut. Pakaianku yang bagus-bagus sudah gak bisa dipakai lagi. Huh, menyebalkan. Apalagi, anak ini gak bisa diem. Dikit-dikit grasak-grusuk.

Sampai detik ini, walaupun beberapa kali sudah periksa ke dokter, tapi aku tidak tau jenis kelaminnya apa. Lagian, aku gak peduli. Setelah anak ini lahir, aku akan memberikannya pada Rimba, dan menyuruh mereka pergi dari hidupku selamanya.

Rimba memang menginginkan anak ini, tapi aku? Oh, no! Mengandungnya saja aku enggan.

"Sakit lagi, Lin?" tanyanya. Pertanyaan yang tak perlu jawaban menurutku. Sudah tau aku meringis dari tadi.

Dia mendekat dan duduk di pinggiran ranjang. Tangannya terjulur ke perutku. Sebenernya aku ogah disentuh dia, tapi anak ini  sepertinya hanya mau tenang jika sudah dielus bapaknya.

Dia menunduk dan mendekatkan wajahnya ke perutku.

"Dek, lagi apa? Ini Papa. Sebentar lagi kamu akan melihat dunia. Lihat Papa, Mama dan semua yang sayang sama Adek," ucapnya sambil mengelus. Kurasakan gerakan dari dalam perutku.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード
コメント (1)
goodnovel comment avatar
Ike Rahma
nyesek bgt dah...
すべてのコメントを表示

最新チャプター

  • TERNODA DI MALAM PERTAMA   Bab 197

    Ravi menyiapkan pesta pernikahannya yang kedua kali. Jika pernikahannya yang pertama cintanya tak berbalas, berbeda dengan yang kali ini. Ravi adalah cinta pertama bagi gadis itu. Banyak tetangga yang tak menyangka dengan jodoh Rina yang begitu dekat. Apalagi lelaki itu adalah tetangga baru dan banyak diidamkan oleh anak-anak gadis mereka. Rimba sengaja menyewakan sebuah tempat yang banyak dipakai oleh artis terkenal untuk merayakan pesta pernikahan sahabatnya itu. Ravi sempat menolak, tetapi Rimba bersikukuh ingin ikut membantu di hari bahagia kawannya. “Gue bener-bener bahagia denger lu mau kawin. Akhirnya elu bisa move on juga dari mantan istri lu. Makanya gue mau ikut rayain. Anggap aja ini sedikit kado dari gue sama Aline,” ucap Rimba di telepon. “Gue sewain kalian WO yang bagus. Nanti kalian tinggal bilang ke mereka mau seperti apa,” lanjut lelaki tegap itu. Ravi sampai geleng-geleng kepala mendengarnya. Tak disangka Rimba ternyata memiliki hati yang baik dan jiwa dermawan

  • TERNODA DI MALAM PERTAMA   Bab 196

    “Iya, Mas. Mmh, jadi, apakah Mas Ravi mau jadi pacar saya?” tanya Sari penuh percaya diri.“Eh, apa? Pacar apa?” Ravi pura-pura kaget dan tak mengerti.“Pacar saya. Apa Mas Ravi mau jadi pacar saya?”“Lho, memangnya kamu mau sama mantan napi seperti saya?”“Lha, kan Mas Ravi nggak bersalah. Mas Ravi berbuat seperti itu untuk menolong orang lain. Saya justru salut sama Mas Ravi,” ucap Sari.“Oh, begitu.”“Iya, Mas. Mmh, jadi gimana? Mas Ravi mau, kan, pacaran sama saya?” Sari kembali bertanya.Ravi tertawa pelan dan menggeleng.“Maaf, sari. Saya memang putus dengan Rina sebagai pacar, karena saya akan segera melamarnya jadi istri saya,” jawab Ravi dengan senyuman sinis.“Lho? Kok, begitu? Tadi kata

  • TERNODA DI MALAM PERTAMA   Bab 195

    Pak Udin tiba-tiba mendaratkan tamparannya di pipi Ravi saat lelaki itu mengantar Rina ke rumahnya. Lelaki berkaos hitam itu kaget dan memegangi pipinya yang terasa perih.“Ada apa ini, Pak?” tanya Rina tak kalah kaget.“Rupanya itu yang kalian lakukan di belakang Bapak, hah? Berbuat mesum di ladang. Mana dua temanmu itu? Apa mereka sengaja meninggalkan kalian berdua di ladang sana, supaya bisa berbuat zina?” tuduh Pak Udin membuat Ravi dan Rina saling melempar pandangan tak emngerti. Bagaimana Pak Udin bisa tahu?“Maaf, Pak, jika perbuatan saya mengecewakan Bapak. Saya dan Rina memang memiliki hubungan lebih dan saya berniat untuk segera melamar Rina menjadi istri saya,” ujar Ravi tulus. Rina bernapas lega mendengar Ravi mengatakan itu, tetapi Pak Udin malah semakin naik pitam.“Jangan mimpi! Aku tidak akan pernah memberikan putriku pada mantan penjahat. Kamu ini pernah d

  • TERNODA DI MALAM PERTAMA   Bab 194

    Setelah Aline puas berbelanja, Rimba kembali ke hotel tempatnya menginap setelah sebelumnya mengantar Ravi ke rumahnya. Mereka sengaja memakai satu mobil agar bisa ngobrol banyak. Rimba dan Ravi saling timpal bercanda. Kebersamaan yang sangat mengasyikan walaupun Ravi harus menutup kios bunganya untuk sementara.Rina sengaja meminta Rimba menurunkannya dan Ravi di pinggir jalan agak jauh dari rumah. Ravi mengerti, jika kekasihnya itu ingin membicarakan sesuatu.Ada sebuah gubuk di tengah kebun tak jauh dari sana dan Rina mengajak Ravi ke sana. Mereka duduk di bale-bale bambu gubuk itu. Ravi terdiam menunggu Rina bertanya. Namun, gadis itu tak kunjung berucap.“Ada yang ingin kamu tanyakan?” ucap Ravi memecah kesunyian. Rina menoleh.“Apa Mas Ravi tidak ingin menceritakan semuanya sama Rina?” tuntut gadis itu dengan mata mulai berkaca-kaca.“Aku baru

  • TERNODA DI MALAM PERTAMA   Bab 193

    “Eh, keasikan ngobrol, sampai lupa ngenalin Rina.” Ravi menarik lengan gadis itu menuju Rimba juga Aline.“Wah, wah, baru aja ngomongin move on, ternyata elu udah move on duluan.” Rimba tergelak. Namun, tangannya terulur pada gadis yang menatapnya itu. Sebagai wanita normal, Rina juga kagum dengan ketampanan wajah Rimba yang tampak meneduhkan. Kebaikan hati begitu terpancar jelas dari sana. Apalagi tadi dia bisa melihat bagaimana sikap Rimba pada istrinya. Sungguh seorang suami idaman.“Rina,” ucap gadis itu malu-malu.“Aku Rimba, temennya Ravi. Dan ini Aline, istriku,” balas Rimba yang menyambar pinggang sang istri. Aline tersenyum ramah pada gadis yang baru ditemuinya itu.“Kebetulan sekali kedatangan kami ke Lembang kali ini. Selain bulan madu yang ke sekian kalinya, melihat rumah Nenek, juga ketemu sama kawan lama.” Rimba terkekeh.

  • TERNODA DI MALAM PERTAMA   Bab 192

    Setiap seminggu sekali ada mobil boks yang datang dari perkebunan tanaman hias yang mereka biasa sebut ‘PT’. Bukan satu jenis saja, Ravi menjual aneka bunga, dari aglonema, alocasia, juga aneka anggrek.Setiap akhir pekan, banyak wisatawan yang berlibur ke daerah Lembang dan para pedaganng tanaman hias akan laris diserbu pengunjung.Setelah hari itu, Ravi dan Rina diam-diam berpacaran. Rina yang meminta agar Ravi tak mengatakan pada siapapun. Dia takut jika Sari memusuhinya. Awalnya Ravi tidak setuju, karena dia justru merasa risi dengan keberanian dan kegenitan Sari yang selalu mengganggunya ketika bertemu. Namun, Rina bersikukuh memaksanya, akhirnya Ravi pun menerima syarat itu.“Mas, ada singkong goreng,” ucap Rina membuuyarkan lamunan Ravi yang tengah menyiram bunga-bunganya.Ravi langsung menoleh pada Rina yang membawa nampan berisi sepiring singkong goreng yang masih pan

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status