Share

Bab 9

"Lin, beli perlengkapan bayi, yuk! Kita beli yang netral aja. Warna hijau atau kuning, biar bisa buat anak laki-laki atau perempuan. Kamu mau anak laki atau perempuan?" tanyanya di suatu pagi.

"Mau laki, kek. Perempuan, kek. Aku hak peduli. Urus aja sama kamu!" ucapku ketus. Semoga saja dia makin sakit hati.

"Kamu mau ikut gak belinya?" tanyanya lagi. Tak kujawab. Kupasang wajah masam.

"Takut kamu gak sesuai sama seleraku. Selera cewek sama cowok kan beda—"

"Terserah! Aku gak peduli kamu mau beli baju kayak gimana. Lagian emang kamu punya duit buat beli? Kalo kamu mau ngajak aku belanja, minimal di dompetmu harus ada seratus juta," potongku. Terlihat raut wajahnya berubah sendu.

 Hahaha. Aku puas melihatmu menderita. Semoga saja kamu menikmati saat menelan kata-kata pahit dariku. Dia menunduk dan berlalu dari hadapanku.

**

"Rimba, bukannya kamu mau ngajak aku belanja peralatan bayi?" tanyaku esok harinya. Dia tampak bahagia mendengar tawaranku.

"Beneran kamu mau beli peralatan bayi?" tanyanya memastikan.

"Ya, beneran lah. Masa boongan." Aku menjawab dengan ketus, tapi dia sepertinya tetap bahagia.

Kami berangkat dengan mengendarai mobilku. Aku sengaja mengajaknya ke sebuah toko di pusat perbelanjaan. Toko ini kukenal dengan barangnya yang branded dan harganya yang mahal.

Setibanya di sana, aku langsung memilih baju-baju seenaknya. Barang-barang yang entah gunanya untuk apa pun kuambil.

Sesuai dugaanku. Dia menahan tanganku saat aku hendak mengambil sebuah ayunan.

"Lin, kita beli yang bener-bener perlu dulu. Baju-baju, kaus kaki dan sarung tangan. Kalau ayunan aku rasa tidak terlalu bermanfaat. Coba lihat, harganya juga berapa," bisiknya. Aku menoleh dan tersenyum miring.

"Aku tau kalau kamu cowok kere. Tenang aja, aku dikasih kartu kredit sama Papa. Kamu gak perlu takut aku minta bayarin," cibirku. Dia menunduk lalu melepaskan tanganku. Sekilas aku bisa melihat dia menghela napas kasar.

Sekali lagi, aku berhasil menjatuhkan harga dirinya. Sesuai niatku dulu menerima lamarannya. Membuat hidupnya seperti dalam neraka. Aku tersenyum sinis dan meninggalkannya ke meja kasir.

Selesai berbelanja, aku mencium wangi ayam goreng yang tiba-tiba begitu menggoda. Padahal biasanya aku nggak doyan.

Rimba dibantu seorang pelayan toko peralatan bayi tadi mengangkut barang-barang yang kubeli ke mobil.

Sengaja aku tak mengajaknya makan. Biarkan saja dia kelaparan. Aku langsung masuk ke restoran siap saji itu sendiri, tanpa menunggu Rimba kembali.

Saat Rimba kembali ke dalam, aku sudah mau selesai menghabiskan dua potong ayam dan sebungkus nasi. Semenjak kehamilanku semakin besar, nafsu makanku pun bertambah besar.

Saat Rimba menyusulku masuk ke restoran, aku segera bangkit dan meninggalkannya yang hendak duduk di depanku.

Seribu-kosong untuk kemenangan Aline Agatha.

Nikmatilah setiap rasa sakit yang akan aku berikan padamu, lelaki sialan!

*

Semakin hari perutku semakin membesar. Gerakanku semakin lambat dan sulit. Ah, seandainya saja dari awal kugugurkan anak ini pasti aku tidak akan repot seperti ini.

Terlebih, sekarang aku menjadi gendut. Pakaianku yang bagus-bagus sudah gak bisa dipakai lagi. Huh, menyebalkan. Apalagi, anak ini gak bisa diem. Dikit-dikit grasak-grusuk.

Sampai detik ini, walaupun beberapa kali sudah periksa ke dokter, tapi aku tidak tau jenis kelaminnya apa. Lagian, aku gak peduli. Setelah anak ini lahir, aku akan memberikannya pada Rimba, dan menyuruh mereka pergi dari hidupku selamanya.

Rimba memang menginginkan anak ini, tapi aku? Oh, no! Mengandungnya saja aku enggan.

"Sakit lagi, Lin?" tanyanya. Pertanyaan yang tak perlu jawaban menurutku. Sudah tau aku meringis dari tadi.

Dia mendekat dan duduk di pinggiran ranjang. Tangannya terjulur ke perutku. Sebenernya aku ogah disentuh dia, tapi anak ini  sepertinya hanya mau tenang jika sudah dielus bapaknya.

Dia menunduk dan mendekatkan wajahnya ke perutku.

"Dek, lagi apa? Ini Papa. Sebentar lagi kamu akan melihat dunia. Lihat Papa, Mama dan semua yang sayang sama Adek," ucapnya sambil mengelus. Kurasakan gerakan dari dalam perutku.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ike Rahma
nyesek bgt dah...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status