Beranda / Rumah Tangga / TERNYATA SUAMIKU PETANI KAYA RAYA / Ungkapan Cinta dari Pria Lain

Share

Ungkapan Cinta dari Pria Lain

last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-03 10:39:06

***

"Bu ...."

"Dengarkan Ibu, Delia!" sela Bu Sarah. Mimik wajahnya yang serius membuat Delia berulang kali membuang napas jengah. "Faisal dan istrinya itu tidak bisa punya anak, Jaka sendiri yang bilang sama Ibu. Barusan aja dia kirim pesan, kalau kamu mau menikah dengan Faisal dan berhasil punya anak, semua harta pria itu akan diberikan ke kamu. Harusnya kamu senang ...."

"Aku benar-benar tidak menyangka kalau Ibu berniat menjualku," sindir Delia menohok. "Apa harta dunia membuat Ibu sangat haus sampai-sampai tega mendorongku ke dalam jurang kehancuran?"

Bu Sarah melengos. Sesekali bibirnya mencebik mendengar Delia lagi-lagi menolak lamaran pria bernama Faisal. Pria kaya yang menjabat sebagai Manager di Perusahaan tempat Jaka bekerja. Pria kaya yang terkenal karena mempermainkan wanita.

"Mas Faisal ingin menikah lagi bukan karena anak, Bu. Dia suka mempermainkan wanita, berganti-ganti pasangan, keluar masuk hotel dengan wanita yang berbeda setiap harinya. Ibu yakin dia akan menepati janji saat aku berhasil melahirkan anak untuknya? Ibu bisa memastikan itu?" Delia berbicara sangat lirih. Emosinya yang membuncah bahkan tidak mampu membuatnya berteriak marah. Lelah. Sangat lelah menghadapi kenyataan bahwa Ibunya sangat memuja harta. "Jika dengan istri pertamanya saja dia bisa berkhianat, lalu bagaimana denganku? Aku sangat yakin kalau dia sengaja menggunakan iming-iming harta agar aku mau menerima lamarannya. Maaf, Bu ... aku bersyukur karena tidak mewarisi keserakahan Ibu dalam diriku."

"Bicaramu sudah seperti gadis salihah saja, Del," seloroh Fatimah yang ternyata sejak tadi berdiri sambil menyandarkan punggungnya di pinggiran pintu kamar Delia. "Menjadi istri kedua itu bukan pelakor. Apa susahnya sih menerima lamaran Faisal lalu melahirkan anak untuknya? Coba bayangkan, kamu bisa menjadi wanita kaya, tidak peduli apakah nanti Faisal tetap bermain-main dengan wanita di luar sana, yang penting kamu sudah meraup banyak uang dan ...."

"Dan sepertinya kamu yang cocok menjadi wanita kedua Faisal, Mbak," sela Delia cepat. "Coba bayangkan, kamu akan menjadi wanita kaya setelah melahirkan anak untuknya, tidak perduli apakah nanti dia akan bermain wanita lagi atau tidak."

"Tidak sudi!" gumam Fatimah seraya melengos. "Aku bisa mendapatkan jejaka kaya, Del, asal kamu tahu itu!"

"Dan aku juga bisa mendapatkan jejaka yang lebih baik dari Mas Faisal, Mbak harus tau itu!"

Fatimah tertawa lebar. Di pinggiran ranjang, Bu Sarah membuang napas kasar karena untuk yang kesekian kalinya putri-putrinya berseteru.

"Del, Haikal cuma petani, kamu gak lupa itu kan?"

Delia menarik ujung bibirnya sinis. Berbicara dengan Fatimah sama saja dengan membuang-buang suara. Fatimah, Bu Sarah dan Jaka adalah satu keluarga yang memandang orang lain dari seberapa tinggi pekerjaan yang didapat.

"Aku lelah, keluarlah, Bu!" ujar Delia lembut. "Tidak perduli seperti apa kalian menilai Mas Haikal, bagiku dia lelaki baik, adabnya nomor satu, bahkan Ibu pun bisa menilai itu. Ya kan, Bu?"

Bu Sarah lagi-lagi membuang muka. Tidak dipungkiri, andai saja Haikal adalah pria kaya dengan pekerjaan mapan, maka lamaran untuk Delia tadi sudah ia terima tanpa banyak perseteruan. Namun sayang, Haikal yang hanya seorang petani membuat Bu Sarah dan dua anaknya memandang rendah calon suami Delia.

"Tolonglah, Bu. Aku lelah."

Mendengar suara bungsunya yang memelas membuat Bu Sarah tidak tega. Wanita paruh baya itu bangkit dan melangkah keluar seraya menyeret lengan Fatimah agar menyingkir dari pintu kamar Delia.

"Lulus kuliah berujung menikah dengan petani. Sayang sekali. Kalau aku jadi kamu, sudah kubuang mukaku, Delia," cibir Fatimah. Setelah berbicara dan berhasil menyakiti hati Delia untuk yang kesekian kalinya, wanita berusia matang itu berjalan mengekor di belakang Bu Sarah. "Pikirkan lagi, Del, jangan sampai setelah menikah kamu justru menjadi beban!" imbuh Fatimah, lantang.

Delia menutup pintu kamarnya rapat-rapat. Usai menarik hela napas guna mengurai sesak di dada, Delia naik ke atas ranjang. Matanya menatap lurus pada langit-langit kamar. Bayangan wajah Haikal dan kedua orang tuanya membuat kesedihan Delia semakin bertambah.

Ting ....

Bunyi ponsel membuyarkan lamunan Delia. Dengan posisi tetap rebahan, tangannya terjulur mengambil benda berukuran persegi panjang itu di atas nakas samping tempat tidur.

|Hai, Del. Jaka bilang kamu mau menikah sama petani, itu benar?|

Pesan dari Faisal membuat Delia mencebik. Dihempasnya ponsel di sisi ranjang karena Delia enggan membalas pesan Faisal barusan.

Ting ....

|Menikahlah denganku, Delia. Kamu bebas meminta apapun. Rumah, mobil, apartemen, atau apapun itu. Perhiasan yang banyak sekalipun. Aku bisa memberikan kebahagiaan daripada kekasihmu itu. Dia hanya petani, penghasilannya bahkan tidak ada seujung kuku dengan pendapatanku sebagai Manager. Pikirkan baik-baik tawaranku, Del, aku tidak akan menawarkan hal yang sama pada wanita lain. Aku benar-benar mencintai kamu, Delia. Sangat mencintaimu.|

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Indah Syi
masih menejer dah sombong kalee untung bukan CEO, paling2 uang hasil korup yg dipakai untuk foya2
goodnovel comment avatar
Carla
hanya delia yg sifatnya kayak pak handoko, yg lain gila harta
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • TERNYATA SUAMIKU PETANI KAYA RAYA   TAMAT

    ENDING***"Itu bukannya mantan pacar kamu, Sayang?"Hafsah mengikuti arah telunjuk Biru. Benar saja, di meja makan yang terletak di sudut, Azka duduk berhadapan dengan Safina. "Iya. Lagi kencan kali, Mas, sama seperti kita," sahut Hafsah tak acuh."Mau gabung?" tawar Biru dan dibalas gelengan kepala oleh Hafsah. "Tidak perlu memaksakan diri, Mas Biru.""Ya gapapa, Sayang, kita harus menjalin hubungan yang baik dengan mantan. Yuk!"Biru menggandeng tangan Hafsah dan berjalan mendekati meja yang hanya diisi oleh Azka dan Safina. "Hai ...."Azka dan Safina cukup terkejut melihat Hafsah datang bersama seorang lelaki. "Mbak Hafsah," ucap Safina sumringah. "Kapan datang ke Surabaya, kok gak kabar-kabar sih?"Respon Safina yang welcome membuat rasa takut yang sempat Hafsah rasakan memudar perlahan."Tadi niatnya gak mau ganggu acara kencan kamu sama Mas Azka, eh Mas Biru malah ngajakin gabung," ujar Hafsah jujur. "Eh, btw ini Mas Biru. Suamiku."Safina dan Azka saling pandang, "Kok Mbak

  • TERNYATA SUAMIKU PETANI KAYA RAYA   Minta Cucu

    ***Dua bulan berlalu setelah pesta pernikahan yang digelar secara mewah, hari ini Biru dan Hafsah sedang menikmati liburan di Kota Surabaya. Bukan luar negeri yang Hafsah mau, melainkan kota dimana banyak tercipta kenangan indah bersama Ranti dan kedua orang tuanya. Sengaja Biru menyetir mobil sendiri karena tidak mau liburannya yang ditunggu sejak dua bulan yang lalu diganggu oleh orang lain. Perjalanan yang melelahkan terasa menyenangkan karena sepanjang jalan keduanya tidak henti-hentinya melempar candaan. Hafsah membuka snack yang ada di kursi belakang. Sambil terus bercerita tentang masa kecilnya, sesekali tangan Hafsah menyuapi Biru dengan makanan ringan yang ada di tangan. "Mau cari makan dulu gak, Sayang?" Biru bertanya tanpa menoleh. "Nanti sampai hotel biar bisa langsung tidur. Capek sekali, Yang," keluh Biru. "Boleh," jawab Hafsah antusias. "Ini bentar lagi juga nyampe Hotel, Mas. Cari makan yang dekat-dekat sini saja ya."Biru mengangguk patuh. Matanya menatap satu pe

  • TERNYATA SUAMIKU PETANI KAYA RAYA   Ujian Pernikahan

    ***"Jadi dia berhasil menggoda kamu, Mas?"Nisya berada jajaran para staf yang hendak memberi selamat. Di belakangnya, Anina justru tersenyum sinis seraya menatap Hafsah yang hari ini terlihat sangat menawan. Gaunnya mewah, perhiasan yang ia kenakan pun tidak berlebihan namun memberi kesan mahal. "Kamu keluar sendiri, atau aku meminta security menyeret tubuhmu keluar dari gedung ini?"Nisya tertawa sumbang. Di atas pelaminan, beberapa staf berdiri agak jauh sementara tepat di depan Biru dan Hafsah, Nisya bersungut-sungut marah karena tidak terima dengan pernikahan diantara keduanya. "Kamu bilang sulit mencari penggantiku, Mas," tutur Nisya sembari tersenyum sinis. "Tapi ternyata tidak lama setelah kamu memutuskan hubungan kita, pernikahan ini malah digelar."Rahang Biru mengeras. "Aku tidak akan melepaskan kamu jika acara pernikahan ini sampai ricuh, Nisya!"Nisya bertepuk tangan, "Wow. Secinta itukah kamu pada wanita ini? Apa yang sudah dia berikan sebelum kalian menikah? Keperawa

  • TERNYATA SUAMIKU PETANI KAYA RAYA   Setelah sah

    ***"Apa?" tanya Biru tanpa berniat menjauhkan bibirnya dari bibir Hafsah. "Mas, ih!" Hafsah mendorong tubuh Biru dengan kesal. "Aku mau mandi, gerah!""Sayang!" Panggil Biru membuat langkah kaki Hafsah terhenti. "Apa?" tanya Hafsah ketus. "Bareng," ucap Biru merengek manja. Hafsah mencebik sebelum akhirnya berlari memasuki kamar mandi sampai-sampai lupa membawa baju ganti. Biru yang menyadari itu seketika tersenyum licik. Bisa dipastikan setelah ini Hafsah keluar hanya mengenakan bathrobe dan membayangkan hal itu saja sudah membuat kepalanya pusing. "Mas!" teriak Hafsah dari dalam kamar mandi. Biru berdiri di depan pintu, kemudian menyahut, "Kenapa, Sayang?""Mas, aku lupa bawa baju ganti ....""Aku tidur dulu ya, lelah sekali," sela Biru berdusta. "Ah, begitu ya. Ya sudah, nanti aku ambil sendiri, Mas tidur saja yang lelap."Biru tidak menjawab, pria itu justru menyandarkan tubuhnya di atas ranjang sambil memeriksa laporan kerja dari laptop yang sengaja ia bawa. Pintu kamar m

  • TERNYATA SUAMIKU PETANI KAYA RAYA   Menjelang Tamat III

    ***Biru menuntun bahu Hafsah dan membawanya lebih dekat pada gundukan tanah yang masih basah. "Hapus air matamu jika tidak ingin Bunda sedih di dalam sana, Haf."Wajah Biru menegang, namun ketika Hafsah menggamit jemarinya, CEO muda itu perlahan menghela napas panjang. "Dia Mas Azka, Mas," ucap Hafsah memperkenalkan. Biru hanya mengangguk seraya tersenyum, kemudian kembali menuntun Hafsah mendekati makam yang baru saja memiliki penghuni itu. Para pelayat beberapa di antaranya memilih pulang setelah jenazah Ranti dikebumikan, namun beberapa yang lain masih berada di sana, sedikit banyak membantu merapikan makam yang baru saja ditabur bunga beraroma wangi. "Aku pamit ya, Haf. Semoga Bunda khusnul khatimah.""Aamiin, terima kasih banyak, Mas," sahut Azka. Azka mengangguk ragu, kemudian berkata, "Mari, Mas!"Biru tidak menjawab namun kepalanya mengangguk di depan Azka. "Semoga semua amal ibadah Bunda diterima Allah," ucap Hafsah nyaris tidak bersuara. "Doakan yang baik-baik untuk a

  • TERNYATA SUAMIKU PETANI KAYA RAYA   Kehilangan

    ***"Bunda ...." Hafsah berteriak histeris sementara Biru segera menekan tombol yang ada di samping ranjang Ranti. "Bangun, Bun!" Hafsah mengguncang tubuh Ranti berharap wanita yang sudah ia anggap sebagai Ibu kedua itu mau membuka mata. "Tidak, Bun. Ini gak lucu!" teriak Hafsah. Biru menarik tubuh Hafsah dan memberi kesempatan para tenaga medis untuk memeriksa keadaan wanita paruh baya di atas ranjang itu. "Buka mata Bunda. Bunda berjanji mau lihat aku menikah dengan Pak Biru. Bangun, Bunda Ranti. Bangun!" Hafsah berteriak tanpa perduli apakah akan ada yang terganggu dengan suaranya. "Haf, tenang ....""Tidak, Mas. Bunda udah gak napas, aku tidak merasakan hangat napasnya. Bunda ... Bunda bohong padaku! Bunda pembohong!" Suara Hafsah terdengar pilu. "Bunda masih hidup kan, Sus? Aku yang bodoh ini pasti salah mengira ....""Innalilahi wa inna ilaihi raji'un ...."Dua orang suster mengucap kalimat istirja membuat dunia Hafsah yang baru saja berwarna kembali kelabu. Tidak lama, seora

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status