Share

Ungkapan Cinta dari Pria Lain

***

"Bu ...."

"Dengarkan Ibu, Delia!" sela Bu Sarah. Mimik wajahnya yang serius membuat Delia berulang kali membuang napas jengah. "Faisal dan istrinya itu tidak bisa punya anak, Jaka sendiri yang bilang sama Ibu. Barusan aja dia kirim pesan, kalau kamu mau menikah dengan Faisal dan berhasil punya anak, semua harta pria itu akan diberikan ke kamu. Harusnya kamu senang ...."

"Aku benar-benar tidak menyangka kalau Ibu berniat menjualku," sindir Delia menohok. "Apa harta dunia membuat Ibu sangat haus sampai-sampai tega mendorongku ke dalam jurang kehancuran?"

Bu Sarah melengos. Sesekali bibirnya mencebik mendengar Delia lagi-lagi menolak lamaran pria bernama Faisal. Pria kaya yang menjabat sebagai Manager di Perusahaan tempat Jaka bekerja. Pria kaya yang terkenal karena mempermainkan wanita.

"Mas Faisal ingin menikah lagi bukan karena anak, Bu. Dia suka mempermainkan wanita, berganti-ganti pasangan, keluar masuk hotel dengan wanita yang berbeda setiap harinya. Ibu yakin dia akan menepati janji saat aku berhasil melahirkan anak untuknya? Ibu bisa memastikan itu?" Delia berbicara sangat lirih. Emosinya yang membuncah bahkan tidak mampu membuatnya berteriak marah. Lelah. Sangat lelah menghadapi kenyataan bahwa Ibunya sangat memuja harta. "Jika dengan istri pertamanya saja dia bisa berkhianat, lalu bagaimana denganku? Aku sangat yakin kalau dia sengaja menggunakan iming-iming harta agar aku mau menerima lamarannya. Maaf, Bu ... aku bersyukur karena tidak mewarisi keserakahan Ibu dalam diriku."

"Bicaramu sudah seperti gadis salihah saja, Del," seloroh Fatimah yang ternyata sejak tadi berdiri sambil menyandarkan punggungnya di pinggiran pintu kamar Delia. "Menjadi istri kedua itu bukan pelakor. Apa susahnya sih menerima lamaran Faisal lalu melahirkan anak untuknya? Coba bayangkan, kamu bisa menjadi wanita kaya, tidak peduli apakah nanti Faisal tetap bermain-main dengan wanita di luar sana, yang penting kamu sudah meraup banyak uang dan ...."

"Dan sepertinya kamu yang cocok menjadi wanita kedua Faisal, Mbak," sela Delia cepat. "Coba bayangkan, kamu akan menjadi wanita kaya setelah melahirkan anak untuknya, tidak perduli apakah nanti dia akan bermain wanita lagi atau tidak."

"Tidak sudi!" gumam Fatimah seraya melengos. "Aku bisa mendapatkan jejaka kaya, Del, asal kamu tahu itu!"

"Dan aku juga bisa mendapatkan jejaka yang lebih baik dari Mas Faisal, Mbak harus tau itu!"

Fatimah tertawa lebar. Di pinggiran ranjang, Bu Sarah membuang napas kasar karena untuk yang kesekian kalinya putri-putrinya berseteru.

"Del, Haikal cuma petani, kamu gak lupa itu kan?"

Delia menarik ujung bibirnya sinis. Berbicara dengan Fatimah sama saja dengan membuang-buang suara. Fatimah, Bu Sarah dan Jaka adalah satu keluarga yang memandang orang lain dari seberapa tinggi pekerjaan yang didapat.

"Aku lelah, keluarlah, Bu!" ujar Delia lembut. "Tidak perduli seperti apa kalian menilai Mas Haikal, bagiku dia lelaki baik, adabnya nomor satu, bahkan Ibu pun bisa menilai itu. Ya kan, Bu?"

Bu Sarah lagi-lagi membuang muka. Tidak dipungkiri, andai saja Haikal adalah pria kaya dengan pekerjaan mapan, maka lamaran untuk Delia tadi sudah ia terima tanpa banyak perseteruan. Namun sayang, Haikal yang hanya seorang petani membuat Bu Sarah dan dua anaknya memandang rendah calon suami Delia.

"Tolonglah, Bu. Aku lelah."

Mendengar suara bungsunya yang memelas membuat Bu Sarah tidak tega. Wanita paruh baya itu bangkit dan melangkah keluar seraya menyeret lengan Fatimah agar menyingkir dari pintu kamar Delia.

"Lulus kuliah berujung menikah dengan petani. Sayang sekali. Kalau aku jadi kamu, sudah kubuang mukaku, Delia," cibir Fatimah. Setelah berbicara dan berhasil menyakiti hati Delia untuk yang kesekian kalinya, wanita berusia matang itu berjalan mengekor di belakang Bu Sarah. "Pikirkan lagi, Del, jangan sampai setelah menikah kamu justru menjadi beban!" imbuh Fatimah, lantang.

Delia menutup pintu kamarnya rapat-rapat. Usai menarik hela napas guna mengurai sesak di dada, Delia naik ke atas ranjang. Matanya menatap lurus pada langit-langit kamar. Bayangan wajah Haikal dan kedua orang tuanya membuat kesedihan Delia semakin bertambah.

Ting ....

Bunyi ponsel membuyarkan lamunan Delia. Dengan posisi tetap rebahan, tangannya terjulur mengambil benda berukuran persegi panjang itu di atas nakas samping tempat tidur.

|Hai, Del. Jaka bilang kamu mau menikah sama petani, itu benar?|

Pesan dari Faisal membuat Delia mencebik. Dihempasnya ponsel di sisi ranjang karena Delia enggan membalas pesan Faisal barusan.

Ting ....

|Menikahlah denganku, Delia. Kamu bebas meminta apapun. Rumah, mobil, apartemen, atau apapun itu. Perhiasan yang banyak sekalipun. Aku bisa memberikan kebahagiaan daripada kekasihmu itu. Dia hanya petani, penghasilannya bahkan tidak ada seujung kuku dengan pendapatanku sebagai Manager. Pikirkan baik-baik tawaranku, Del, aku tidak akan menawarkan hal yang sama pada wanita lain. Aku benar-benar mencintai kamu, Delia. Sangat mencintaimu.|

Bersambung

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Indah Syi
masih menejer dah sombong kalee untung bukan CEO, paling2 uang hasil korup yg dipakai untuk foya2
goodnovel comment avatar
Carla
hanya delia yg sifatnya kayak pak handoko, yg lain gila harta
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status