"Sebenarnya sebelum menghilang Bagas pamit ingin pergi ke Bogor dengan Mellani, Pak. Itu sebabnya ibu saya marah dan menuduh Mellani yang mencelakai Bagas. Ibu saya marah bukan tanpa sebab." Mas Agung berusaha menjelaskan dengan tenang.
Mellani begitu kaget, bagai disambar petir di siang bolong. Mellani tak menyangka Bagas menggunakan namanya sebagai alasan untuk bisa pergi ke Bogor. Padahal dirinya sama sekali tidak tahu menahu soal Bogor, apalagi sampai acara menginap di villa. Yang ada Mellani sendiri juga sibuk mencari keberadaan kekasihnya yang seolah hilang di telan Bumi.
Empat hari yang lalu tiba-tiba Bagas menghilang. Ponsel tidak aktif, F******k, I* dan segala sosmednya juga tidak aktif. Dirinya sudah berusaha mencari keberadaannya tapi hasilnya zonk. Teman Bagas sama sekali tidak ada yang tahu. Tapi ternyata dirinya melupakan hal yang sangat penting, dia lupa menanyakan keberadaannya kepada keluarganya.
Bukan tanpa alasan kenapa Mellani lupa, lebih tepatnya malas untuk berkunjung ke rumah Bagas, ibu Rina yang merupakan orang tua Bagas dan calon mertunya itu tidak menyukai Mellani karena menurutnya Mellani terlalu bebas, dan menganggap kalau wanita bebas tidak bisa menjaga harga dirinya, kotor, dan murahan. Kini dia tahu kalau hal itu menjadi masalah terbesar dalam hidupnya saat ini."Sebentar, Mas Agung. Mas barusan bilang kalau Bagas pamitnya pergi sama gue? Ke Bogor?" Mellani mengulangi perkataan Mas Agung, meyakinkan kalau pendengarannya masih bagus. Mas Agung pun mengangguk mengiyakan.
"Tapi, Mas. Empat hari gue nyariin Bagas, dia nggak hubungin gue sama sekali, nggak WA, nggak telpon, sosmednya mati semua. Gue aja bingung lalu tiba-tiba ada polisi datang ke rumah dan interogasi gue. Seandainya polisi nggak datang ke rumah pasti gue nggak tau apa-apa." Mellani tentu saja tidak menerima begitu saja saat dirinya dituduh pergi bersama kekasihnya itu, apalagi sampai menginap seala.
"Kata polisi mereka waktu periksa ponsel Bagas ada percakapan sama kamu, Mell?" Mas Agung jadi bingung sendiri kenapa bisa pacar adiknya itu tidak mengaku kalau pergi dengan sang adik. Padahal jelas-jelas waktu itu Bagas berpamitan ingin pergi dengan Mellani.
Keluarga Bagas sendiri tidak mencurigai sedikitpun saat bagas berpamitan karena Mellani dan Bagas memang sudah bertunangan dan tak lama lagi mereka berdua akan melangsungkan pernikahan.
Tapi siapa sangka jika perginya Bagas justru akan menimbulkan hal serumit ini.
"Iya, Mas. Terakhir gue WA Bagas, dan tanya dia ada di mana? Gitu doang. Gue juga udah ke kantor polisi barusan, sudah lihat ponsel Bagas, dan memang cuma itu doang isinya, gak pernah gue ngajak Bagas ke Bogor apalagi sampai menginap segala. Kalau Mas Agung nggak percaya datang lagi ke kantor polisi buat cek ulang ponsel Bagas.” Mellani masih terus meyakinka lawan bicaranya itu.
Mas Agung sendiri terdiam cukup lama mendengar cerita Mellani.
"Aaa!" Mellani mengacak-ngacak kasar rambut panjangnya, dia tidak menyangka hidupnya serumit ini, mimpi apa dia semalam hingga dirinya terseret kasus gila macam ini.
Semalam?
Ya, Semalam ada WA masuk di ponselnya. Ada orang asing yang mengirimkan foto Bagas sedang berlumuran darah. Mellani ingat dia ditelpon oleh nomor tak dikenal, dan suara itu ....
Suara orang yang menelponnya ....Mellani menutup mulutnya, berusaha tenang, pelan-pelan Mellani mengambil ponsel yang ada di alam sweaternya dan membuka percakapan di ponselnya.
Mellani yakin jika foto dan riwayat panggilan di ponselnya bisa dia gunakan sebagai bukti kuat kalau dia tidak bersalah.
Mata Mellani melotot begitu membuka layar ponselnya. Foto yang dia cari menghilang semua. Dia cek riwayat panggilannya juga zonk.
Mellani menggelengkan kepala frustasi. Berusaha mengingat semuanya kembali.
"Apa mungkin semalam gue hanya bermimpi karena terlalu banyak minum? Ah tidak mungkin! Gue kan nggak minum alkohol sama sekali." Mellani bergumam sendiri.
Semenjak menjalin hubungan dengan Bagas, Mellani perlahan berusaha menghilangkan kebiasaan buruknya minum-minum alkohol.
Bagas pernah bilang ingin punya banyak anak, dan alkohol membuat rahim perempuan rusak, demi impian Bagas dirinya pun meninggalkan alkohol.Tapi ….
Melihat keadaan Bagas yang sangat memprihatinkan, dan tak mungkin impian Bagas untuk mempunyai banyak anak terwujud dengan kondisinya yang mengenaskan saat ini.
Mellani pun kembali frustasi."Mell!"
Tepukan ayahnya di pundak menyadarkan Mellani dari pikirannya yang kusut.
"Kamu mau lihat keadaan Bagas, Nak?" Suara sang ibu terdengar lembut, kini emosi ibunya mulai stabil, dia sudah mau pergi untuk melihat keadaan Bagas.
Mellani mengangguk perlahan mengikuti langkah kedua orang tuanya dan Mas Agung. Bagaimanapun dirinya sudah sampai disini dan tetap harus melihat keadaan sang kekasih dengan mata kepalanya sendiri.
"Ya Tuhan!" Mellani menjerit pelan.
Di kamar, Mellani menutup mulutnya dengan kedua tangan. Keadaan Bagas ternyata lebih buruk perkiraannya.
"Ngapain kamu masuk!" Saat ibu Bagas hendak marah, Mas Agung memegang kedua tangan ibunya, tatapannya memohon.
"Ibu, Agung mohon tenanglah, kasihan Bagas. Agung mohon, Bu."
Ibu Bagas pun membuang muka, membiarkan Melani dan keluarganya melihat keadaan anak kesayangannya itu.
Mellani perlahan mendekati ranjang kekasihnya. Langkahnya terasa sangat berat, seakan beban seberat puluhan kilo menempel di kakinya,
Mellani tidak memperdulikan tatapan benci dari keluarga Bagas, mereka tidak tahu apa-apa tentang cinta di antara dirinya dan Bagas.
Mellani merasa sedih dan juga kecewa serta merasa dikhianati.Mellani teringat perkataan pak polisi kalau cctv villa memperlihatkan Bagas masuk ke villa dengan seorang wanita, dan itu bukan dirinya.
Mellani berusaha berbicara dengan Bagas yang sedang di ranjang Rumah Sakit dengan posisi duduk.
"Sayang, ini aku, Mella." Suara Mellani tercekat, apa yang dia dapatkan sangat mengerikan. Pandangan Bagas benar-benar kosong dan tak mempunyai jiwa.
"Say ...!"
Mellani mencobanya lagi dan hasilnya tetap sama, tatapan Bagas kosong. Tak ada kehidupan disana, Mellani tak kuasa menahan sedih dan akhirnya memilih keluar dari kamar inap, dia menangis sesenggukan, tubuhnya bersandar di tembok.
"Sayang, ayo kita pulang. Tenangkan dirimu di rumah." Ibu Rosa berkata sambil memapah Mellani yang lemas. Mellani saat ini sedang lelah hati, lelah pikiran dan raganya juga sangat lelah. Mellani benar-benar ingin pulang.
Sesampainya di rumah, dia kembali merebahkan dirinya di pembaringan.
Saat matanya terpejam, tangannya tanpa sengaja menyentuh sesuatu.Mellani yang sudah terbaring akhirnya duduk dan menggambil benda tersebut.
Mata Mellani melotot.
"Apa ini?"
Sebuah kertas hvs yang ditulis dengan tinta merah.
Mellani mencium kertas tersebut dan langsung mual karena sangat amis dan anyir.
"Oh tidak, ini bukan tinta ini darah! Aaa!" Mellani menjerit sangat keras dan melemparkan kertas ke sembarang arah.
Sebuah kertas yang bertuliskan 'IT'S SHOW TIME' dengan darah.
"Mellani....!"Bu Rosa, pak Rudi serta Ilham berlari dengan tergesa memasuki rumah. Disana nampak Mellani tengah memakai pakaianya yang sama persis sebelum dirinya kehilangan sahabatnya, Ayu. Mellani nampak membawa tas camping yang terlihat berat."Mella sayang, kamu mau kemana sayang?"Bu Rosa menatap sedih penampilan anak gadisnya dari ujung kepala hingga ke ujung kaki."Mella mau hiking donk Mah, mamah lupa? Kan Mellani sudah ijin ke Mamah dan papah kemarin kalau mau hiking di waduk sermo Kulon Progo sama Ayu? Mamah lupa? Ih, Mamah jahat deh!""Ayu?" Bu Rosa bertanya sambil mengerutkan dahi mendengar penjelasan anaknya. "Iya Mah, sama Ayu. Tuh orangnya lagi duduk disofa. Ayu juga sudah siap-siap pergi Mah.""Hiking? Mellani mau hiking?"Pak Rudi kini yang bertanya kepada sang anak yang terlihat merajuk seperti anak kecil. Padahal Mellani sudah dewasa. Sementara itu bu Rosa sudah terisak, batinnya sebagai seorang ibu teriris melihat keadaan anaknya saat ini. "Iya Pah, kan hari ini
"Mellani? Apa maksudnya Ham?""Iya mbak, kita harus menjemput Mellani, karena dalang dibalik pembunuhan berantai ini adalah Mellani...!""Apa Ham! Apa maksudmu kalau Mellani adalah pembunuh! Dia anak yang lemah lembut, bahkan membunuh semut saja dia menangis, jadi tidak mungkin anak mbak adalah orang yang sadis. Tidak mungkin jika Mellani tega membunuh mereka semuanya! Mbak nggak percaya omonganmu ini Ham!"Bu Rosa tidak terima kalau anak perempuannya dituduh sebagai pembunuh yang mengerikan. Terlebih menurut wanita paruh baya tersebut, justru Mellani anaknya lah yang selama ini menjadi korban karena teror yang terus menimpa anak gadisnya tersebut. "Mbak...! Kalau mbak memang menyayangi anak Mbak, harusnya Mbak sadar kalau Mellani menyembunyikan sesuatu, sifat yang berubah-ubah, Mbak dan mas Rudi terlalu sibuk dengan dunia kalian sendiri, jadi tidak tahu kalau anak kalian menderita gangguan mental!"Ilham berteriak, dirinya sudah tidak tahan lagi menyimpan rahasia tentang gadis yang
"Iya, upah...! Upah karena gue udah bantuin lo buat bunuh tante Sabrina..!" Sasha berusaha bernegosiasi."Hoo !"Mellani mengangguk-anggukkan kepalanya, perlahan tangannya dia gerakkan untuk membuka ikatan di tangan temannya.Senyuman terbit di wajah Sasha, begitu ikatannya terlepas maka dia akan segera melarikan diri lalu mencari bantuan. Baginya Mellani saat ini sangat menakutkan, sorot matanya sama mengerikannya seperti saat dia dan dirinya menghabisi nyawa selingkuhan papanya."Mell, lepasin gue Mell, lo mau kemana?" Sasha berteriak saat gerakan Mellani berhenti.Mellani menarik kembali tangannya, lalu berdiri mengambil lakban lalu kembali menutup rapat mulut Sasha."Hmpt!"Sasha kembali menggerak-gerakkan tubuhnya."Ini apa, Sha? Lo masih ingat ini? ""Mellani menunjukkan sebuah benda tajam tepat di wajah Sasha."Lupa? Oke coba lihat ini?"Mellani menunjukkan deretan huruf yang agak memudar di pangkal benda tajam tersebut, tulisan itu berbunyi SASHA, untuk menandai siapa tuan dar
Ting....Suara notifikasi pesan m.banking milik Sasha berbunyi." Trx Rek.67570xxxxxxx : Transfer FROM17490xxxx TO675701014866538MP Rp. 100.000.000 15/12/20 05.00"Sasha tersenyum, kini uang direkening miliknya kembali terisi." Lumayanlah...." Sasha bergumam, lalu kembali menarik selimutnya, pagi ini sangat dingin. Dia baru saja pulang kerumah setelah semalaman menemani teman kencannya yang seorang perwira polisi.Ting...Ponselnya kembali berbunyi, kini notifikasi whatsapnya." Om tunggu nanti malam di hotel xxx, jangan lupa dandan yang cantik!"" Siap om, Sasha akan kasih om service yang lebih memuaskan, dan Sasha akan buat om melupakan tante Sabrina yang sudah peot itu.!"Send..." Sorry Mellani sayang, nggak dapat om loe yang sok alim itu, bokap loe pun tak masalah."Sasha menyeringai, dirinya dapat menggoda om Rudi ayah Mellani saat dirinya berkunjung kerumah Mellani, sayangnya saat itu orang yang ingin dia temui sedang pergi dan hanya ada om Rudi dirumahnya. Awalnya Sasha sa
" Gue sudah sampai kafe, loe dimana?"Galang mengirimkan sebuah pesan, tak lama warna centang abu-abu berubah menjadi biru, pertanda bahwa pesannya sudah dibaca." Gue ada disini Lang, arah jam 6."Galang mengedarkan pandangannya ke penjuru kafe, matanya menangkap sosok yang tengah dia cari. Mellani, gadis cantik itu melambaikan tangannya dan tersenyum. Dengan pasti kakinya dia langkahkan kearahnya. " Sudah lama nunggunya Mell?."" Belum Lang, duduklah."" Sorry Mell, baru bisa ketemu malem malem gini, kalau pagi Gue kerja" " Its okey, no problem Lang. Loe mau ketemu, Gue aja udah seneng banget. Harusnya Gue yang minta maaf karena ganggu kamu. "" Santai aja Mell, kita kan udah lama kenal. "Galang menggaruk belakang kepalanya, bingung mau memulai pembicaraan seperti apa, karena yang membuat janji ingin bertemu adalah Mellani bukan dirinya. " Mell, emmm. Tadi gue udah kerumah ibunya Bagas, beliau masih sedih atas kematian anaknya, Gue bisa maklum sih, soalnya Bagas anak kesayangan
Sebenarnya aku juga menyukai Mellani, ah...tapi sialnya Jonathan juga mengincar si Mellani, maniak perempuan itu selalu suka yang bersih dan susah didapat, salah satunya Mellani.Aku hanya mampu mengawasi pergerakan Jo dalam mendekati Mellani. Aku kalah sebelum perang, Jo lebih kaya dariku. Bukankah wanita akan lebih suka dengan lelaki yang lebih kaya daripada yang biasa-biasa saja?. Aku yakin Mellani juga seperti wanita kebanyakan, suka dengan lelaki kaya. Namun ternyata saat Jo sedang gencar-gencarnya melancarkan aksinya, Mellani justru memilih Bagas.Aku kaget sekaligus tertawa mendengar berita bahwa Bagas dan Mellani akan menikah tahun ini. Jonathan nampak uring-uringan dan aku puas, setidaknya Bagas jauh lebih baik untuk melindungi Mellani daripada si Jonathan yang maniak surga dunia seperti aku ha...ha...ha...Pagi itu aku dapat kabar duka, Bagas ditemukan sekarat disebuah villa dipuncak, ciiih.... Lelaki ternyata sama saja.Kulangkahkan kaki untuk menjenguknya di sebuah rumah