Share

2

2 - Sekar marah?

Setelah pulang dari rumah Arum, Faiz langsung menjatuhkan dirinya di kasur. Lalu menatap istrinya yang terlelap begitu damai, ia menghela napas berat saat mengingat permintaan sang Ibu. Beberapa hari dia cuti memberikan semua perkerjaannya pada sekertarisnya agar bisa bersama Sekar, tapi harus dihadapi dengan nanti mengatakan permintaan Arum kepada Sekar. 

"Aishhhh, sangat memusingkan!" geram Faiz mengacak - acak rambutnya frustasi.

"Aku tidur saja, besok aku harus berbicara pada Sekar. Semoga aja dia memilih untuk hamil anakku," doa Faiz memejamkan mata lalu mendekat sang istri.

***

Pagi - pagi Faiz bangun untuk salat dan membuat sarapan, Sekar sudah berusaha dia bangunkan tapi wanita itu malah tidur lagi akhirnya ia sembahyang seorang diri. 

"Kapan kamu berubah sayang," gumam Faiz lalu meletakan dua roti bakar, susu dan kopi di meja. 

Faiz melangkah ke kamar untuk membangunkan Sekar, tetapi wanita itu tidak ada terdengar suara gemercik air menandakan jika istrinya tengah mandi.

"Sayang cepetan mandinya, sarapan sudah siap," panggil Faiz lalu melangkah keluar untuk membaca koran dan menikmati sarapan.

"Terimakasih sayang," ucap Sekar mengecup pipi Faiz saat sudah di meja makan, lalu duduk di kursi menikmati roti bakar.

"Hmmmm," gumam Faiz menyeruput kopi lalu membaca koran lagi.

"Kamu gak kerja?" tanya Sekar menatap suaminya.

"Tidak," sahut Faiz masih belum beralih dari koran.

"Memangnya kenapa?" tanya Sekar lagi lalu meminum susu.

"Aku ingin menghabiskan waktu bersamamu," sahut Faiz apa adanya.

"Cuma itu, harusnya kamu kerja sayang, cari uang biar banyak dan aku bisa shopping," celetuk Sekar membuat dirinya dilirik oleh Faiz.

"Mau aku cuti setahun pun, uangku gak bakal habis - habis Sekar. Aku ini Bos lho," ucap Faiz kesal lalu menaruh koran dengan kasar dan melahap roti bakar.

Sekar bangkit dari duduknya lalu mendekat ke kursi Faiz, ia memegang dada bidang suaminya dengan gerakan sesual lalu berbisik, "Mas kalau marah, makin ganteng deh." 

"Sayanggggg," panggil Faiz serak lalu menyingkirkan tangan Sekar yang bermain di dadanya.

"Iya, ada apa sayang?" tanya Sekar dengan suara mengoda.

"Duduklah dulu, aku mau berbicara serius," pinta Faiz mendudukan Sekar di kursi.

"Aku udah duduk nih," seru Sekar lalu balas menatap Faiz dengan ekpresi yang sama.

"Kamu maukan hamil anakku," ucap Faiz memegang jemari Sekar.

"Masss, aku belum siap," sahut Sekar melepaskan genggaman Faiz.

"Ini sudah lima tahun pernikahan kita lho sayang, masa kamu masih belum siap," protes Faiz dengan nada kesal.

"Gimana dong, aku belum siap hamil," ucap Sekar dengan suara meninggi.

"Ya sudah, kamu pilih hamil atau dimadu," kata itu langsung terlontar dengan lantang membuat Sekar mematung.

"Ma - Mas, kamu tadi bilang apa?" tanya Sekar gemetar.

"Kamu hamil atau dimadu," ulang Faiz menatap wajah istrinya.

"Ini pasti permintaan Ibu bukan, tadi malam kamu ke rumah Ibu," tebak Sekar dengan wajah kesal.

"Iya ini permintaan Ibu, Ibu sangat menginginkan cucu Sekar, jadi kamu mau hamil 'kan?" tanya Faiz dengan penuh harapan.

"Tidak aku tidak mau hamil, titik!" seru Sekar bersidekap.

"Berarti kamu milih dimadu," ucap Faiz lemah.

"Iya, kamu buat wanita pilihan Ibu hamil, lalu setelah melahirkan ceraikan dia," usul Sekar tanpa perasaan.

"Apa kamu tidak marah?" tanya Faiz sekali lagi menyakinkan hatinya.

"Tidak, aku tau kamu tidak akan berpaling dariku," ucap Sekar senang mengukir senyuman di bibirnya.

"Ya sudah, nanti besok Ibu akan ke sini, untuk meminta jawaban." Setelah mengucapkan itu Faiz melanjutkan sarapannya.

"Kamu tidak akan berpaling dariku 'kan," ucap Sekar memegang bahu Faiz.

"Hmmmm." Faiz hanya berdehem sebagai jawaban, ia kesal karena Sekar lebih memilih di madu bukannya hamil.

"Sayang jangan marah, aku gak mau hamil soalnya aku takut gendut nanti kamu gak cinta lagi sama aku, nanti perutku gak kenceng lagi habis lahiran, nanti perutku banyak streckmacknya," jelas Sekar membuat Faiz kesal lalu memilih pergi meninggalkan Sekar yang melongo melihat kepergiaannya.

"Aish, menyebalkan," ucapnya kesal lalu memilih melanjutkan sarapan karena perutnya masih lapar.

Faiz masuk ke kamar lalu mengganti pakaiannya dengan pakaian kantor, ia melangkah keluar membuat Sekar yang menonton televisi menatapnya heran.

"Mas, katanya cuti," ucap Sekar membuat Faiz berhenti lalu menatapnya sebentar.

"Besok saja, pekerjaanku gak bisa ditunda, assalamualaikum," seru Faiz lalu keluar rumah dan bergegas ke kantor.

"Di rumah membuatku kesal saja, apalagi mendengar jawaban Sekar yang tak sesuai harapan," keluh Faiz sambil fokus mengendarai mobil.

"Apa dia tidak cemburu, saat nanti aku menikah dengan wanita lain," gumam Faiz, semakin pusing memikirkannya.

"Sudahlah, aku nikmati saja," ucap Faiz kesal lalu memukul stir melampiskan amarahnya.

"Menyebalkan!" 

Suara dering ponsel membuatnya lekas menjawab.

"Ada apa?" Sahut Faiz dengan suara datar.

"Bos, jadi cuti?" tanyanya.

"Tidak! aku sedang dijalan menuju kantor," 

"Kok gak jadi," 

"Sudahlah jangan banyak tanya, hari ini jadwalku apa?"

"Rapat jam sepuluh pagi, Bos." 

"Bas, Bos, Bas, Bos," gerutu Faiz membuat yang menelepon terkekeh.

"Seperti lo lagi kesal, kawan?" tanya David --- sahabat merangkap jadi sekertaris.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status