Share

6. Hadiah Pengantin Baru

Author: Estaruby
last update Huling Na-update: 2022-02-26 23:09:36

Alana menganga ketika melihat di depan ruang kerjanya berjejer bunga dan aneka bentuk ucapan selamat entah dari pegawainya atau kiriman rekan kerja. Tadi juga sepanjang perjalanan menuju ruangan ia harus terus memasang senyum saat tiap orang menyapanya sembari memberi selamat. Memang Alana tak mengundang semua pegawainya, tapi siapa di kota ini yang tak tahu bahwa dirinya menikahi salah satu anak konglomerat paling hits?

Menghela nafas pelan sebelum mengambil beberapa bidikan foto menggunakan ponselnya. Tak butuh waktu lama baginya untuk mengunggahnya ke salah satu media sosial dan melayangkan ucapan terimakasih. Tak perlu menandai siapapun, terlalu banyak nama yang harus disebutkan kalau dia mau menandai. Jadi sebagai wanita sibuk, Alana hanya mengunggahnya secara umum saja. Yap, untuk mempermanis dramanya, setidaknya dia harus melakukan ini bukan?

Hendak membuka pintu ruangannya, namun sulit karena dihalangi berbagai karangan bunga. Ia memanggil salah satu office boy untuk merapikan seluruhnya. Namun ketika sedang mengawasi bunga- bunga itu diangkut, pandangannya terarah pada salah satu kartu ucapan yang terikat di buket mawar putih. Tulisan standar happy wedding, namun tulisan tangan itu begitu melekat hingga dia bisa tahu siapa pengirimnya. 

"Yang itu mau disimpan, bu?" tanya si OB yang kini menunjuk buket bunga di tangan Alana.

Alana tersadar lalu dia menyerahkannya dengan cepat, "khusus yang ini sebaiknya kamu buang paling jauh! Atau bakar saja sekalian!" ketusnya. Ia lalu masuk kedalam ruangannya, menyisakan sang office boy malang yang bingung akan perubahan mood bosnya. 

***

Beberapa hari tak masuk kerja membuat Alana harus mengejar dengan cepat ketertinggalannya. Untung dia punya asisten cekatan yang dapat diandalkan, setidaknya perkerjaannya cukup diringankan. 

"Permisi bu," Rosaline, si asisten kepercayaannya masuk sembari membawa teh hangat untuknya.

"Thanks," sahut Alana ketika Rosaline meletakkan cangkir kecil dengan asap mengepul itu di meja.

"Kenapa kamu senyum- senyum begitu?" tanya Alana yang merasa aneh dengan gelagat asisten utamanya yang terus menampakkan senyum aneh baginya.

Gadis yang lebih muda dua tahun darinya itu memberi tatapan meledek, "saya pikir bu Alana akan kembali lebih lama. Masa hanya cuti empat hari sih?" ujarnya.

Alana melotot, hanya?  Meninggalkan kantor empat hari sudah sudah membuatnya mati kutu banyak pikiran. 

"Kalau mau lebih juga tidak apa bu. Sebagai bos, ibu jarang mengambil libur dan kalaupun mau cuti sedikit lebih lama juga tidak masalah seharusnyaa," ucapan Rosaline sedikit menarik kabel emosi Alana. Sejujurnya, baik dia karyawan ataupun bos, bukannya aturan tetaplah aturan? 

Mungkin karena pengaruh Rosaline sudah cukup lama bersamanya, makanya gadis itu jadi sedikit lebih berani bercanda dengan Alana yang dikenal jutek itu. "Rosa, kalau kamu bicara begitu, kedengarannya kurang baik di telinga karyawan. Mau saya bos ataupun karyawan, aturannya tetap sama," Alana memberi pengertian. 

Rosaline mungkin sedikit tersentil dan merasa malu, ia lanjut senyum- senyum tak enak lalu meminta maaf. 

Tak biasa berlarut- larut, Alana langsung meminta jadwal mingguannya pada Rosaline. Kembali membahas daftar pekerjaan yang harus mereka kerjakan kedepannya. 

Ditengah pembahasan, ponselnya berdering. Ia meminta Rosaline untuk menghentikan sebentar penjelasannya dan menerima panggilan dari bundanya. 

"Iya bunda?"

Alana menyapa dengan ramah. Selama menikah bundanya tak pernah menghubunginya secara langsung. Malah lebih sibuk video call dengan mama mertuanya dan juga Adara. Entah apa yang mereka bicarakan. 

"Al, kamu sudah balik kerja lagi, ya?" tanya si bunda diseberang telepon.

Alana berdehem, "iya nih bun, sudah beberapa hari kutinggal, jadi banyak yang harus aku kejar. Bunda nelpon pagi- pagi, ada apa?"

"Bunda cuma mau tanya aja, minggu depan kamu bisa luangkan waktu sekitar tiga harian tidak?

Alana mengernyit, "tiga hari? untuk apa bun?"

Diseberang bunda Alana mendesis kesal, "kamu itu kemarin kan masih di rumah mertua terus sibuk ngurus surat- surat ini itu sama Arkasa. Terus sekarang langsung balik kerja. Kamu belum bulan madu loh, nak!"

Astaga! Alana ingin menjerit keras sekarang. Bisa- bisanya bundanya membahas hal ini.

"Duh bunda! Jangan bahas itu dulu yaa! Aku baru balik kerja, Mas Arka juga baru mulai masuk hari ini. Kita sama- sama lagi sibuk sekarang."

"Gak bisa gitu dong sayang! Bunda sama mama mertua kamu udah pilih-pilih tempat dan survey juga. Tinggal menentukan waktu aja. Pokoknya bunda maunya paling lambat minggu depan kalian harus berangkat," kukuh sang bunda.

"Tapi bun--" telepon dimatikan secara sepihak. Alana menggerutu kesal. Dia menghubungi bundanya via chat namun tak dibalas. Masalahnya dia paham betul karakter sang bunda yang meskipun suka bercanda, namun jika sudah kukuh pada satu hal pasti akan mengusahakan berbagai jalan.

Sampai akhirnya dia mendengar dering telepon Rosaline. Gadis itu pamit sebentar keluar lalu tak lama masuk lagi dan memberikan tatapan aneh pada Alana.

"Tadi Bu Diandra menelepon, katanya saya diminta kosongkan jadwal bu Alana untuk minggu depan. Sudah saya iyakan," ujarnya.

Alana kembali melotot, "loh kenapa begituu?!" 

Rosaline terkikik, daripada ia menerima omelan dari bosnya ini, lebih baik ia cepat- cepat pergi dari ruangan. Ia pamit sembari membawa beberapa pekerjannya, meninggalkan Alana yang masih melotot tidak terima. 

Alana menghela nafasnya kasar. Bisa- bisanya para ibu melakukan ini padanya. Alana merengek sebelum meluruskan lengannya di meja dan menelungkupkan kepalanya disana. Setengah frustasi karena demi sandiwara ini pekerjaannya bisa- bisa ikut terseret.

Wanita dengan rambut hitam legam itu kembali meraih ponselnya ketika dering ponsel berbunyi lagi. Setelah tadi bundanya, kali ini sahabat sekaligus saudara ipar tersayangnya, Adara yang menelpon. 

"Yaa kenapa, Dar?"

"Coba cek email yah kakak ipar, urgent !" 

Terdengar tawa cekikikan adara dan sang ibu mertua. Setelah mengatakan kalimat itu, Adara mematikan telepon secara sepihak. Kenapa sih hari ini orang- orang yang menghubunginya suka mematikan sambungan secara sepihak? Alana lagi- lagi menggeram kesal sembari memeriksa apa yang Adara kirimkan di emailnya.

Mata si gadis kembali membulat. Gila, apa- apaan ini? Adara mengirimkan attachment dua tiket pesawat dan penginapan. Ditambah lagi destinasinya membuat Adara menganga. Serius Maldives?

Belum selesai kekagetannya, kini si suami tersayang yang giliran menghubunginya. Serius! Alana berjanji pokoknya kali ini dialah yang akan memutus sambungan secara sepihak. Egonya mengatakan demikian, hari ini dia sudah terlalu banyak tersakiti.

Ketika telepon terangkat, terdengar deheman yang seratus persen ia sadar merupakan suara khas milik suaminya. "Hm?"

"Mama telpon kamu juga tadi?" lelaki itu langsung memotong.

Alana memijat pelipisnya, "iya, terus gimana mas?"

Jawaban Arkasa membuat Alana bingung setengah mati, "ya sudah, memang mau gimana? Ikuti saja kemauannya."

"Loh kok kamu jadi pasrah?"

Arkasa tertawa kecil, "ya gimana, Al? Saya bahkan belum memulai isi kelas. Tapi rektor datang dengan senyum untuk mengatakan bahwa saya bisa pakai cuti tambahan minggu depan," lelaki itu merasa miris. Sadar bahwa itu pasti juga perbuatan keluarganya. Sejujurnya ini juga yang membuatnya jadi malas bekerja kembali di Indoneisa. Pengaruh orang tuanya terlalu besar, sih. 

Alana merutuk, baru selesai cuti kenapa justru diminta libur lagi? 

"Ya tapi masa kita mau menurut saja? Terus terang aku keberatan kalau ini mengganggu pekerjaan. Kita sama- sama baru kembali ke tempat kerja, lho!" protes Alana lagi.

Diseberang terdengar helaan nafas pelan dari Arkasa yang mungkin sama kesalnya. "Iya, paham. Saya juga inginnya bisa kerja normal dulu dan gak terdistract, tapi kamu tau kan seberapa besar power keluarga kita? Saya justru takutnya kalau kita gak jalanin ini, yang ada mereka menggunakan cara lain yang membuat kita makin sulit. Contohnya sudah kejadian di saya. Itu pasti mama yang kontak pak rektor untuk bilang begitu. Kamu mau justru mama kontak client kamu dan membuat perjanjian aneh lainnya?"

Jawaban panjang dari Arkasa kali ini ada benarnya. Setelah melihat sendiri bagaimana kerasnya keluarga Pradipta, kemungkinan seperti itu juga bisa saja terjadi. Apalagi dengan akses yang keluarga itu miliki pasti tak akan sulit untuk melakukan hal- hal diluar nalar juga. Alana jadi takut. 

Tak mendengar jawaban dari Alana yang tengah berpikir keras, Arkasa menghela nafas sabar lagi. "Ya sudah, jangan dipikirkan dulu. Kamu fokus kerja aja hari ini. Nanti malam kita bahas lagi di rumah," ujar Arkasa.

Alana mengangguk lalu tertawa tanpa suara karena sadar akan hal yang baru dilakukannya. Bagaimana Arkasa bisa melihatnya mengangguk?

"Iya mas," jawabnya sebelum akhirnya mengakhiri panggilan. Alana mengusap kasar rambutnya lalu menghela nafas lagi entah untuk keberapa kalinya. Dia pikir bermain peran dengan menikahi Arkasa saja sudah menyelesaikan satu masalah. Tapi ternyata penyelesaiannya tak pendek dan justru merembet kemana-mana. Ada terlalu banyak hal yang harus dia lakukan selama menjadi istri seorang Arkasa Dean Pradipta.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • TERPAKSA MENIKAH KARENA SKENARIO GILA SAHABATKU   123. One Super Fine Day

    Semua orang yang berada dalam perhelatan sederhana namun meriah malam ini jelas melihat binar kebahagiaan di wajah pasangan luar biasa itu, Arkasa Dean Pradipta dan istrinya Alana Diandra Yasmin. Ketika mereka menikah empat tahun lalu, seluruh kota membicarakan kombinasi luar biasa tersebut. Bagaimana tidak? Arkasa Dean Pradipta memang sudah digadang- gadang menjadi pewaris utama dan punya latar belakang yang bersih luar biasa. Tidak pernah ada media yang mengendus kedekatannya dengan gadis manapun. Padahal ada banyak sekali keluarga kaya dari kalangan pengusaha atau bahkan politisi yang berusaha menjadikannya sebagai menantu mereka. Nyatanya, keluarga Pradipta tak pernah terjebak ataupun berusaha menjodohkan Arkasa dengan siapapun. Sebab lelaki itu tinggal diluar negeri selama bertahun- tahun, orang- orang berpikir dia mungkin memiliki seorang kekasih disana. Sampai akhirnya dia kembali ke Indonesia dan langsung dikabarkan meminang Alana Diandra Yasmin, putri tunggal salah seorang a

  • TERPAKSA MENIKAH KARENA SKENARIO GILA SAHABATKU   122. Vacation

    "Sudahlah, pengantin baru tidak perlu diajak! Mereka pasti belum bangun," Tuan Pradipta menarik lengan istrinya yang hendak melangkah keluar pendopo. Seolah menjadi tradisi mereka, jikalau sedang berkumpul begini keluarga itu akan makan bersama. Namun menyadari situasi saat ini, besar kemungkinan Adara dan Bayu bahkan belum bangkit dari ranjang. Nyonya Pradipta terkikik saat aru menyadari bahwa telah ada beragam perubahan dalam tubuh keluarga itu. Kini sudah melingkar Tuan dan Nyonya utama Pradipta, Alana, Arkasa,dan tak lupa bayi mungil yang sibuk di meja bayi. Kehadirannya tentu bak sihir yang membuat suasana disini menjadi semakin ceria. Terbukti dari tawa gemas yang sangat jarang muncul dari Tuan Tua Pradipta. "Sandi semalam rewel tidak, nak?" Tanya Mama Tiana.Alana sibuk membersihkan sisa susu di sudut bibir putranya, ia tersenyum kecil pada mertuanya yang baru saja bertanya."Aman kok, ma. Dia sempat bangun sekali namun setelah diberi susu langsung tidur lagi," jawab Alana s

  • TERPAKSA MENIKAH KARENA SKENARIO GILA SAHABATKU   121. Liburan Keluarga

    Jika memang sudah garis yang ditentukan tuhan, maka terjadilah. Mungkin itu juga yang terjadi pada kisah Adara. Setelah penghianatan dan kesalah pahaman di masa lalu, ada banyak sekali jalan yang pada akhirnya kembali mempertemukannya dengan Bayu. Sekalipun Adara telah berusaha menolak berulang kali, kegigihan Bayu pada akhirnya berbuah manis. Bayu bahkan berhasil mendapatkan kembali kepercayaan Tuan Pradipta setelah sebelumnya sempat bersitegang. Semua itu tidak terjadi secara instan, ada proses panjang yang melatarbelakangi semuanya. Alana tak banyak ikut campur dengan kisah cinta bersemi kembali antara Adara dengan Bayu. Dia ingat tiga bulan lalu saat Adara ke rumahnya untuk seperti biasa bermain bersama Sandi. Bedanya, hari itu Adara membawa serta Bayu ke hadapannya dan Arkasa. Seolah berusaha mendapatkan restu dari Alana dan Arkasa lebih dahulu sebelum akhirnya kembali mengais restu dari orang tua. Alana dan Arkasa sepakat untuk tidak banyak mengambil andil. Mereka membiarkan

  • TERPAKSA MENIKAH KARENA SKENARIO GILA SAHABATKU   120. Acara Resepsi

    "Astaga Mas Arka!"Alana menggeleng- gelengkan kepalanya tak habis pikir. Dia baru saja selesai menyiapkan setelan pakaian untuk keluarga kecilnya ketika menyadari bahwa dua jagoannya belum juga keluar dari kamar mandi setelah hampir tiga puluh menit. "Mas! Sudah selesai belum?""Sepuluh menit lagi, Al!"Ibu satu anak itu berdecak sembari berkacak pinggang. Sebelumnya juga Arkasa sudah memberikan jawaban yang sama, namun sampai sekarang mereka berdua tidak kunjung keluar kamar mandi. Dari luar saja Alana sudah bisa mendengar riuh tawa dua jagoannya itu berpadu dengan suara air, putranya bahkan sampai cekikikan senang. Alana memang memberikan mandat pada sang suami untuk memandikan Sandi selagi dia menyiapkan pakaian dan beberapa keperluan untuk dibawa. Namun sepertinya dia lupa bahwa setiap kali Arkasa dan putranya itu bersatu pasti akan ada keriuhan dari kekompakan nakalnya mereka."Lho, belum selesai mandinya?"Alana setengah melotot saat membuka pintu kamar mandi. Menemukan bahwa

  • TERPAKSA MENIKAH KARENA SKENARIO GILA SAHABATKU   119. Satu Lagi

    "Baju yang biru aja deh, Al! Lebih lucu! Eh tapi yang kuning kelihatan lebih mencolok! Duh, yang mana ya?"Adara saat ini turut membantu atau lebih tepatnya merecoki Alana di rumahnya. Dia sedari tadi bingung sendiri menentukan baju mana yang akan digunakan Arsena hari ini. Padahal seluruh baju yang dipilih merupakan hadiah dari Adara. Saking banyaknya, Adara sendiri jadi bingung mau memilih yang mana untuk dipakai ponakannya itu hari ini.Alana hanya bisa menggeleng- gelengkan kepala karena tingkah adik ipar sekaligus sahabatnya itu. Dia sudah selesai mengoleskan telon dan lain- lain di tubuh putranya, namun Adara yang sedari tadi kekeuh ingin memilihkan baju justru masih bingung sampai mengeluarkan semua pakaian di atas tempat tidur."Yang mana aja, Dar! Kita kan lagi gak mau kemana- mana juga. Kenapa kamu jadi rumit begitu??"Alana melangkah melewati kebingungan Adara sembari mengambil satu stel pakaian berwarna biru cerah disebelah sahabatnya. Melihat Alana menentukan pilihan memb

  • TERPAKSA MENIKAH KARENA SKENARIO GILA SAHABATKU   118. Terenyuh

    Alana Point of View "Makan dulu yuk, Al!" Mas Arka muncul dari balik pintu sembari tersenyum teduh kearahku. Aku yang baru saja meletakkan Arsena di ranjang bayi hanya membalasnya dengan sebuah senyuman simpul. Dia merangkul bahuku hangat sembari menggiring menuju ruang makan. Ini sudah pukul sebelas malam. Keluarga kami baru saja pamit kembali ke rumah masing- masing setelah hampir seharian bermain bersama disini. Tadinya mama, bunda, dan Adara mau tinggal, namun kompak aku dan Mas Arkasa larang. Kami tahu, kalau mereka semalaman disini pasti akan ikut begadang dan lelah. Mama dan Bunda sudah terus berada di rumah sakit selama aku dirawat disana, sementara Adara benar- benar baru saja sampai setelah sekian belas jam penerbangan. Akan lebih baik jika mereka istirahat dengan nyaman malam ini. Banyak sekali ilmu yang kudapat dari mereka yang tentu sudah lebih berpengalaman. Mama dan bunda terutama banyak memberikan wejangan dan tips tentang dasar- dasar merawat bayi. Sebelumnya a

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status