Share

CHAPTER 08 • Wedding Day

"Pada akhirnya kamu telah menjadi milikku, tapi apakah aku dan kamu akan bahagia? Mungkin hanya akulah satu-satunya yang paling bahagia, tapi aku harap kelak kamu juga akan merasakan hal yang sama sepertiku. Bahagia karena memilikimu."-Yeara.

--

Tidak terasa jika hari ini Nathan Aksa dan Yeara akan menikah, Aksa bahkan sudah ada di hotel, iya tempat resepsi pernikahan berada di hotel Jakarta yang terbilang cukup mewah, namun pernikahan bersifat pribadi, mereka hanya mengundang kerabat dekat, seperti keluarga ataupun sahabat.

Jangan tanyakan apakah Gebby mantan Aksa juga diundang? Jawabnya iya, dia datang bersama Naka suaminya. Mereka berdua menjadi pusat perhatian karena sangat serasi malam ini.

Selain pasangan Naka-Gebby, juga ada pasangan yang tak kalah serasi, yaitu Jeffran dan Lea, Brian dan Lita.

Saat ini mereka semua sedang duduk di bangku yang sudah Nathan Aksa siapkan khusus untuk mereka.

Sekarang mereka sedang asik mengobrol, Naka juga sedang mengobrol dengan Brian yang duduk tepat disampingnya.

"Kapan nikah?" Tanya Naka kepada Brian yang sudah lama berpacaran dengan Lita dari masa SMA hingga kini laki-laki itu kuliah.

Brian lantas tersenyum tipis, " belum waktunya, masih pengen ngejar karir, Lita juga belum lulus SMA, masih panjang." Jawab Brian.

Sungguh Naka sangat iri, jika dia belum menikah pasti Naka juga akan mengatakan hal yang sama, pendidikan memanglah sangat penting, mengutamakan karir juga sangat penting, dia juga berfikir akan meneruskan kariernya sebagai atlet renang, masuk ke sekolah olahraga, tapi impian itu kandas setelah ia harus menikah.

Padahal bisa saja Naka masuk sekolah olahraga saat ini, tapi dilarang oleh mamanya, jika Naka melanjutkan sekolah olahraga maka Naka pasti akan jarang menemui keluarga bahkan Gebby istrinya sendiri.

Menikah muda bukanlah pilihan Naka, namun sekarang Naka sudah tidak menyesal karena ia sangat beruntung bisa memiliki pasangan seperti Gebby, gadis yang dulu sangat ia benci karena insiden di Bali kini menjadi gadis yang paling berharga di hidup Naka setelah Mama tercinta.

Melihat diamnya Naka membuat Brian jadi merasa tidak enak, mungkin tadi ia sangat menyinggung perasaan Naka dengan berbicara seperti itu di depan Naka.

"Maaf gue bukannya-"

Mengetahui arah bicara Brian, Naka pun menjawab. "Gak papa, gue juga akan mengatakan hal yang sama seperti lo, hal yang udah terjadi gak bisa diulang kembali atau pun diubah, tapi sejauh ini gue gak menyesal sama apa yang terjadi pada gue dan Gebby dulu, jika gak ada insiden salah paham itu mungkin gue sama Gebby gak akan menikah, gue gak pernah marah sama Tuhan, mungkin ini udah yang terbaik buat gue dan Gebby, gue juga merasa bersyukur karena Tuhan telah mengirim Gebby sebagai jodoh gue."

Brian tersenyum mendengar jawaban Naka, sahabat baiknya.

"Temen gue udah dewasa yah...?" Ucap Brian seraya menepuk bahu Naka membuat laki-laki itu tersenyum tipis.

Gebby yang sedari tadi mendengar pembicaraan dua laki-laki itu ikut tersenyum, entah kenapa perkataan Naka tadi membuat hatinya menghangat. Gebby juga sangat bersyukur bisa menikah dengan Naka, dia laki-laki yang sangat baik.

Setelah lama menunggu akhirnya Nathan Aksa keluar dari balik pintu besar, laki-laki itu sedang berjalan menuju tempat resepsi. Nathan Aksa tampil berbeda kali ini, dia terlihat sangat tampan memakai tuxedo hitam dengan dasi kupu-kupu berwarna putih, Aksa lantas menatap Gebby yang duduk didepan bersama teman-temannya, dia tersenyum manis. Setelah itu menatap para tamu undangan. Diantara mereka ada mama papa Aksa, nenek Aksa dan paman Aksa yang dulu merawatnya di London.

"AKSA JANGAN TEGANG!"

Siapa lagi jika bukan Jeffran pelakunya, laki-laki itu bahkan tidak malu saat berteriak didepan umum, langsung saja mulut Jeffran dibekap oleh Lea agar laki-laki itu diam.

"Aw sakit Lea..."

"Lo brisik tau gak!"

Aksa hanya tersenyum lebar melihat interaksi antara Jeffran dan Lea, mereka sangat lucu menurut Aksa.

Disisilain,

Yeara tampak gugup, acara akan dimulai tapi gadis itu tidak bisa tenang, gadis itu lantas menarik nafas lalu mengeluarkannya dengan pelan.

Ting

Baru saja gadis itu akan keluar menemui mamanya, bunyi notifikasi pesan membuat ia mengurungkan niatnya. Diambilnya benda tipis persegi panjang itu dan membaca isi pesan yang baru saja masuk.

Kak Gavin =

Yea lo dimana? Gue ada resep coffee baru nih, Lo bisa tolong kesini?

Yeara =

Maaf kak, gue lagi ada urusan keluarga

Kak Gavin =

Yaudah, gimana kalau nanti sore? Lo gak sibuk kan?

Yeara membulatkan matanya dengan sempurna, apa bisa dia menemui kak Gavin setelah menikah? Yeara bingung.

Kak Gavin =

Gimana Ra?

Yeara =

Ya udah, nanti aku kesana kak

Kak Gavin =

Oke, entar gue jemput yah?

Siapapun tolong maki Yeara yang dengan bodohnya meng 'iya' kan ajakan Gavin Atmaja, Yeara tidak dapat berfikir dengan jernih karena kegugupannya saat ini.

Setelah itu Yeara meletakan ponselnya kembali dan menatap dirinya di cermin.

"Lo bodoh banget si Yaera?" Ucap Yeara pada dirinya sendiri.

Semoga nanti sore tidak ada masalah apapun jadi Yeara bisa menemui Kak Gavin.

•••

Yeara semakin gugup tatkala ia melihat Nathan Aksa dihadapannya, laki-laki berwajah tampan itu sama sekali tak tersenyum, Yeara jadi merasa gelisah dan bingung saat ini.

Tiba tiba Nathan Aksa mendekati Yeara dan berbisik.

"Lo harus inget, ini hanya sandiwara...."

Gadis itu segera menjauh dari Aksa, Yeara tidak mau mendengar apapun yang ia mau adalah Aksa, laki-laki itu harus menjadi miliknya!

Aksa pun menuntun Yeara duduk disampingnya.

Aksa lantas menatap calon ayah mertuanya - tuan Ginandra, yang akan menjadi wali dari Yeara Billyana, pria berusia 49 tahunan itu terlihat sangat bahagia. Aksa jadi merasa kasihan karena ini hanyalah sandiwara.

Aksa pun mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan calon ayah mertua.

Setelah mengikrarkan janji suci akhirnya Aksa telah resmi menikah dengan Yeara, gadis bersurai merah itu bahkan sempat meneteskan air matanya karena terlalu bahagia.

Dengan ragu Aksa menggandeng Yeara untuk berdiri dan memasangkan sebuah cincin dijari manis gadis itu.

Cincin berwarna mas itu di desain khusus oleh orang kepercayaan nenek Nathan Aksa, meskipun sangat mahal tapi desainnya sangat sederhana dan tampak cantik dijari manis Yeara.

Suara tepuk tangan meriah membuat Aksa dan Yeara sedikit terkejut, mereka lantas saling melempar pandangan sesekali tersenyum kearah papa mama mereka.

Dua jam setelah acara selesai Aksa sudah tidak terlihat lagi, Yeara sudah berada dirumah Aksa yang ada di Jakarta, ralat sebenarnya ini rumah Aksa dan Jeffran tapi sekarang ini juga sudah menjadi rumah Yeara karena ia telah resmi menjadi bagian dari keluarga ini.

Yeara sedang siap siap menemui Kak Gavin, Yeara sudah terlanjur berjanji, berhubung Nathan Aksa tidak ada Yeara bisa menggunakan kesempatan ini untuk bertemu Gavin.

"Kak lo dimana?" Itulah yang pertama kali Yeara ucapkan, gadis itu tengah berdiri didepan mini market, tak lama kemudian seseorang datang, siapa lagi kalau bukan Gavin Atmaja. Laki-laki itu tersenyum lebar dengan handphone yang masih menempel ditelinganya yang di gapit dengan helm.

Yeara dan Gavin sama-sama mematikan handphone-nya.

"Udah lama yah?"

"Enggak kok, aku baru nyampe." Jawab Yeara.

"Naik gih..."

Yeara memutar bola matanya, " bisa gak kalau lagi naik motor diusahakan gak usah angkat telfon, gimana tadi kalau lo jatuh? Masih pengen idupkan?"

"Baik tuan putri, ayo sekarang naik."

Yeara pun akhirnya menaiki motor Gavin Atmaja, laki-laki itu membawa Yeara ke kafe miliknya, seperti janji kak Gavin, laki-laki itu ingin Yeara mencoba menu coffee baru di kafenya.

Setelah sampai di kafe, Gavin lantas langsung mempersilahkan Yeara untuk duduk memperhatikannya membuat coffee.

"Lama gak prosesnya?"

Gavin melirik Yeara sekilas, lalu tersenyum.

"7 menit..." Jawabnya.

Sembari menunggu Gavin, Yeara menatap jari manisnya yang sekarang sudah ada cincin, terukir nama Nathan Aksara didalamnya. Gadis itu tersenyum, apakah ia harus bahagia dengan pernikahan ini?

Bau coffee menyeruak masuk kedalam indera penciuman Yeara. Baunya sangat harum dan Yeara sangat menyukainya. Menurutnya Coffee bisa menenangkan pikirannya saat ia sedang kalut seperti sekarang.

Ditatapnya Gavin yang masih membuat coffee, laki-laki berwajah manis itu menghampiri Yeara dengan secangkir coffee.

"Baunya harum."

"Coba..." Ujar Gavin seraya menaruh cangkir coffee itu dihadapan Yeara.

"Loh ada coklatnya?"

kak Gavin lantas mengangguk.

"Gue coba yah?"

Gavin lagi-lagi mengangguk untuk yang kedua kalinya.

"Gimana enak gak?"

Yeara menghela nafas pelan setelah mencicipi Kopi buatan Gavin yang selalu tidak mengecewakannya.

"Ini enak banget, gue yakin ini bukan cuma coklat aja, apa bahan-bahannya entar gue coba buat dirumah."

Gavin melipat kedua tangannya di dada. "Rahasia," jawabnya seraya tersenyum menyebalkan.

"Kok gitu sih?"

"Biar kalau lo mau, tinggal dateng aja ke kafe, gue bakal buatin deh..."

"Gratis yah?" Ucap Yeara seraya tersenyum.

Gavin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "iya tapi cuma hari libur."

Yeara memanyunkan bibirnya, "Oke, gue habisin dulu yah, enak soalnya hehe..."

Gavin tertawa kecil, bahkan tidak berbunyi sama sekali.

"Oh iya kak, gimana kabar Dean?"

Gavin mengerutkan dahinya, " emang lo gak ketemu dia di sekolah?"

"Akhir-akhir ini Dean kaya ngejauhin gue sejak insiden dia nyium gu-"

Yeara menutup mulutnya sendiri, bodoh! Bisa bisanya dia keceplosan.

"A-apa?"

Yeara menggaruk tengkuknya.

"Anu..."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status