Kini Mila Hauri Aditama sudah berganti status menjadi istri Arjuna Dwipandu, semenjak seluruh tamu undangan menyorakan kata 'Sah' ia sudah resmi menjadi seorang istri. pernikahan mereka hanya di hadiri sanak saudara saja, Gilbran dan istrinya datang menjadi wali di pernikahan Mila putri mereka. Gilbran marah besar kepada keluarga Dwipandu khususnya pada Arjuna, Gilbran sampai memberikan bogeman mentah ke pipi mulus Arjuna kala itu.
Perang dingin masih terjadi antara Mila dan kelaurganya, Mila sedih mengingat kejadian beberapa saat lalu di mana Ayah dan Bundanya seakan tidak mengangapnya ada. usai ijab qobul kedua orang tuanya langsung meninggalkan acara, dengan alasan mereka sibuk harus meeting dan pergi keluar negri. Mila benar-benar merasa tidak di anggap lagi, Mila tersenyum paksa saat menyalimi para tamu undangan sementara Arjuna yang di sampingnya hanya diam sambil menyungingkan senyum kecil. Mila menatap lekat wajah pria yang saat ini telah meSudah dua minggu Mila bersekolah di SMA pelita, Mila punya banyak teman. Mila kian hari makin dekat dengan Bima, laki-laki itu tak henti-hentinya membuat Mila tertawa dengan tingkah konyolnya.Mila membuka lokernya, sejak pertama dia masuk sampai sekarang lokernya selalu di penuhi surat dan coklat, Mila benar-benar menjadi primadona SMA pelita. sapaan manis selalu ia dapatkan, ia jadi rindu sahabat penghianatnya Mona, gadis itulah penyebab kehancuran Mila. Sahabat yang sangat ia percayai ternyata seorang penipu ulung. Mona iri dengan ketenaran Mila, puncaknya di mana Kevin laki-laki yang Mona suka berpacaran dengan Mila, saat itu Mila tidak tahu apa pun tentang perasaan Mona kepada Kevin. Selandainya Mila tahu dia akan menjauh dari Kevin walaupun ia sangat mencintainya.**International schoolMona dan ketiga sahabatnya tengah bersantai ria di atas rooftof sekolah mereka tengah membicarakan Mila, mereka senang karena Mila sudah tid
Mila menatap lekat wajah Arjuna yang berbaring di sebelahnya. Wajahnya tampak tenang dan damai . Berbeda saat ia bangun, yang ada hanya tatapan intimidasi dan nada ketus yang keluar dari bibir manisnya. Mila terkagum-kagum menatap visual indah di depan matanya, suaminya ini memang tampan di lihat dari sisi mana pun ketampanannya tidak akan berkurang. Sudah hampir satu bulan Mila dan Arjuna tinggal bersama. Tentu saja di apartemen Arjuna, kadang-kadang Aina akan datang berkunjung. "Kenapa lo liatin gue.” Alis Arjuna terangkat sebelah, m memandang wajah Mila yang ada di sebelahnya. Mila malu, ia terciduk mengamati suaminya. "Percaya diri sekali Anda.” Mila tersenyum miring. menyembunyikan rasa malunya. "Gue ingatin sekali lagi, di antara kita gak ada hubungan apa pun. lo gak berhak ikut campur dalam kehidupan gue begitu juga sebaliknya. Gue ngak mau lo berani mencintai gue karena itu akan membu
Mila ngos-ngosan di pinggir lapangan, tadi dia baru saja mengikuti olahraga basket. padahal Mila berlari kecil tapi kok bisa ngos-ngosan begitu pikirnya, Mila mendudukkan dirinya di atas rumput di pinggir lapangan, pandangannya fokus menatap pemandangan para siswa yang tengah bermain sepak bola dengan bola basket. Sesekali Mila tertawa saat salah seorang dari mereka terjatuh atau melakukan hal-hal yang menurutnya lucu. "Lo lupa, atau gimana?" sebuah suara mengagetkan Mila, Arjuna menatap sinis Mila. sebenarnya Arjuna khawatir takut terjadi apa-apa dengan Mila. Sedari tadi ia memperhatikan wanita itu, apalagi peluh yang membanjiri dahi Mila begitu mengusik pikirannya. Bagaimana kalau dia kecapekan? tapi Arjuna gengsi untuk mengatakan yang sebenarnya. "Lo mau semua orang tau!" Arjuna menatap Mila dengan tatapan dingin. Mila hanya diam membisu. Arjuna melangkah pergi, kembali menuju lapangan. Mila menatap
Malam ini Mila benar-benar pusing pasalnya sedari tadi dia terus saja terbayang bayang wajah Arjuna. Mila berguling-guling kesana kemari di atas kasur. Jantungnya berdetak tidak karuan saat seseorang yang ia pikirkan berdiri di depan pintu kamar. "Aduh gila. Gue kenapa dah. Nih, jantung nape cenat-cenut mulu sih," batin Mila kesal. Arjuna tanpak biasa saja, dia bingung melihat keadaan kasur yang berantakan biasanya kasur itu selalu tertata rapi. Tapi yasudahlah untuk apa ia pikirkan. "Jadi pergi gak?" suara berat Arjuna mengagetkan Mila yang tengah sibuk sendiri memegangi dadanya yang kian berdetak kencang saat mendengar suara Arjuna. "Ja-jadi," balas Mila gugup, Arjuna menyentuh wajah Mila yang memerah. Apa wanita ini sakit? tanya Arjuna pada dirinya sendiri. "Lo sakit? muka lo kok merah gini?" tanya Arjuna datar, menatap Mila yang kini duduk di samping
Arjuna Dwipandu, siapa yang tak mengenalnya? Kapten basket, penguasa SMA pelita, dan si cerdas kesayangan guru. Tiga kata yang menggambarkan sosok Arjuna, sifatnya yang dingin dan cuek menambah karisma yang menubuatnya menjadi idola para kaum hawa.Setiap kali Arjuna muncul maka ketiga kawannya. Nakula, Sadewa, dan Yudistira juga akan muncul. Mereka bertiga bersahabat baik dan tentunya menjadi anggota tim basket juga. Mereka juga tahu perihal sang kapten yang sudah menikah.Semua mata menatap ke arah yang sama, dan heboh saat Arjuna dan ketiga kawannya berjalan masuk ke dalam kantin. Sang ketua berjalan memimpin bak model, sementara ketiga kawannya berjalan mengekor di belakangnya. Gadis-gadis di kantin berteriak histeris memanggil-manggil nama Arjuna.Namun, Arjuna tak menghiraukan teriakan-teriakan para gadis itu, mata Arjuna yang tajam hanya menatap lurus ke depan, bibir kaku itu mulai melukiskan senyum yang indah, da
Mila sudah tiga kali muntah-muntah pagi ini, rasa mualnya kembali setelah satu minggu ia tidak merasakannya. Mila berjalan kamar, kemarin Arjuna dan Mila di minta Wulan untuk menginap di rumahnya dia rindu dengan Mila dan Arjuna, Mila melangkah keluar menuju dapur ia ingin minum air hangat, sejak kemarin tenggorokan juga bermasalah. Wulan yang baru saja keluar kamar melihat Mila berjalan menuju dapur. "Mila sayang, kamu mau ke mana?" tanya Wulan. Mila tersenyum cerah kepada Wulan mertuanya. “Ini Ma, tenggorokan Mila sakit terus mual-mual juga." "Sini ikut Mama, mama buatkan susu ya?" tanya wulan perhatian. Wulan memegang tangan Menantunya, ia sudah menganggap Mila seperti putrinya sendiri. Mila mengangguk singkat, ia bersyukur keluarga Arjuna menerimanya dengan tangan terbuka, terkadang Mila merasa sedih karena perang dingin di antara dia dan kedua orang tuanya
"Mil, nanti malam diner yuk!” ajak Bima kepada Mila yang sedang berjalan beriringan dengan Aina."Tumben, tapi gue makannya banyak loh Bim," ujar Mila memperingati, ia fokus menatap lantai koridor tanpa melirik Bima yang berjalan di sampingnya."Nggak pa-pa, lo kira gue orang tak berada?" tanya Bima sembari menaikkan sebelah alis."Sombong bangat," balas Mila acuh."Gimana, mau kan?""Bim, aku nggak di ajak nih?" sela Aina, dia pura-pura kesal karena dari tadi ia di abaikan."Kapan-kapan ya, Na, bareng lunya. Gue mau diner sama Mila dulu hehe," jawab Bima menyengir kuda."Halah... bilang aja kamu mau modus ke Mila, iya kan?" Aina tersenyum masam."Kasihan ya, aku jomblo," sambung Aina dengan nada frustrasi yang dibuat-buat."Nggak pa-pa Na, sama babang Gino aj
Sesuai perkataan Arjuna kemarin, hari ini keluarga besar Dwipandu menuju kota Semarang untuk mengikuti acara peresmian anak cabang cafe Blackdemon milik Arjuna. Mereka mengendarai mobil masing-masing. Arjuna dengan Mia sementara Wulan bersama Pandu .Seluruh persiapan acara sudah di hendel karyawannya jadi Arjuna tidak perlu repot-repot menyiapkan ini itu.Mila menatap takjub pemandangan di sepanjang jalan, ini adalah kali pertama ia datang ke Semarang. seperti biasa jalan raya selalu di padati pengendara maupun pejalan kaki tapi itu tidak membuat Mila jengah. Ia malah suka dengan hal-hal seperti itu, ia bosan beberapa hari terakhir ini mengurung diri di rumah Wulan mertuanya.Arjuna menatap lekat wajah Mila yang terlihat dari samping, gadis itu sibuk menatap pemandangan di sepanjang jalan. hal itu justru di syukuri Arjuna karena dengan begitu dia bisa dengan leluasa menatap wajah Mila tanpa wanita itu ketahui.