Sebuah ciuman yang tiba-tiba mendarat di bibir Zayver, membuat Arsana terkejut dengan ulahnya sendiri, sampai menutupi bibirnya yang mencium Zayver sekilas. Arsana melirik ke arah Zayver, yang matanya masih tertutup rapat. Napasnya terhenti sejenak, merasa lega bahwa dia berhasil mencuri ciuman tanpa Zayver sadar.Arsana, dengan rasa penyesalan yang mendalam, bergumam pelan. Dia merasa bodoh karena apa yang baru saja dia lakukan. Dia membalikkan badannya, membelakangi Zayver, berusaha melupakan apa yang baru saja terjadi.Namun, dibalik mata yang terpejam, Zayver tersenyum tipis. Dia mendengar gumaman Arsana yang tidak jelas, dan dia tahu bahwa Arsana sedang menyesali perbuatannya. Senyumnya makin lebar, mengetahui apa yang baru saja terjadi.****Pagi yang cerah, sinar matahari menerobos masuk ke dalam ruangan rumah sakit tempat Arsana masih terlelap dalam tidurnya. Tak lama kemudian, Arsana terjaga, mengusap sebelah matanya yang masih berair, dan menoleh ke sisi tempat tidur yang k
Arsana memasuki ruangan VIP, di mana di dalamnya begitu mewah dengan keindahan lampu yang menghiasi ruangan tersebut. Bahkan di dalam ruangan karaoke terdapat layar yang besar dan meja biliar beserta tiang khusus penari striptis di sudut ruangan.Para wanita berjajar dengan rapi, berdiri di hadapan para lelaki hidung belang yang akan memilih mereka.Ini bukan yang pertama kalinya Arsana melakukan tugas di klub malam. Namun, baru kali ini dia cukup gelisah.Arsana takut bertemu Zayver di klubnya, walaupun itu tidak akan mungkin terjadi karena dia menggunakan topeng untuk menutupi setengah wajahnya.Tetapi untuk apa merasa takut?Bukankah ini bagus baginya, agar Zayver tidak menyukainya dan menceraikannya dengan cepat tanpa harus membayar Zayver dengan harga yang sangat mahal hanya karena meminta cerai darinya.Arsana melihat ke arah lima orang yang sudah Arsana tandai wajah-wajah mereka sebagai target dalam misinya.Mereka menatap setiap lekukan tubuh Arsana dari ujung rambut sampai uj
Arsana berdiri tepat di samping Zayver yang saat ini meletakkan kedua kakinya di atas meja.Zayver menoleh ke arah Arsana yang berdiri dengan detak jantung yang sangat cepat. Pikirannya terus bertanya-tanya apakah dia telah ketahuan.Zayver berdiri di hadapan Arsana yang sedikit menundukkan kepalanya."Apa kamu tahu berapa harga minuman itu?" tanya Zayver dengan nada yang sangat lembut.Arsana terkejut mendengar suara Zayver yang sangat berbeda. Biasanya Zayver akan bicara dengan suara yang terdengar keras padanya, tetapi kali ini sangat berbeda. Bahkan suara yang keluar dari mulut Zayver saat ini membuat Arsana merasa takut. Namun, Arsana mencoba tetap tenang.Arsana menggelengkan kepala, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dan tetap menundukkan kepala sampai Zayver mengangkat dagunya. Mata mereka saling menatap dengan tangan Zayver yang mulai meraba bibir tipis Arsana yang terlihat menggoda."mengapa wajahmu berkeringat? Apakah AC di sini kurang dingin?" Zayver mengelus pelipis Arsa
Suasana di dalam ruangan itu terasa berbeda dengan pandangan mata mereka yang saling bertautan. Arsana hanya bisa menatap Zayver tanpa mengucapkan sepatah kata pun setelah Zayver mengungkapkan hal tersebut. Tarikan di tengkuk lehernya membuat Arsana tertarik ke arah Zayver, dan pada saat itu, ciuman lembut menyentuh bibirnya dengan penuh kehati-hatian. Arsana terpaku dalam ciuman yang begitu berbeda dari biasanya. Biasanya Zayver menciumnya dengan kasar dan merengkuhnya dengan erat. Namun kali ini, Zayver melakukannya dengan penuh perasaan dan kehati-hatian, seolah-olah ingin menjaga Arsana dari rasa sakit. Zayver memperlakukan wanita yang bernama Arsa dengan begitu baik, namun perlakuan lembut itu tidak akan terjadi ketika wanita itu melepas topengnya. Arsana yang sejak tadi diam tanpa merespons ciuman, kini merasakan sentuhan lembut di punggungnya. Suasana di dalam ruangan makin memanas saat Arsana membalas ciuman Zayver dengan makin intens. Zayver mulai menjelajahi leher jenj
Alex dengan beraninya mencolek dagu Arsana yang sedang cemberut."Kau hanya perlu makan siang denganku sebagai ganti ruginya," ujar Alex.Arsana sedikit terkejut dengan tangan Alex yang berani menyentuhnya. Untuk sesaat Arsana terdiam, lagi-lagi dia mendapatkan ajakan makan siang."Oke, baiklah! Kita akan makan siang bersama. Sekali lagi aku minta maaf, dan kapan rencana makan siang itu?" tanya Arsana."Tentu saja hari ini!" jawab Alex.Arsana menggigit bibir bawahnya, dengan terpaksa dia menganggukkan kepalanya, menyetujui ajakan Alex dengan mata yang mengantuk.****Di dalam klub malam, Arsana mencoba melancarkan aksinya untuk mencari informasi tentang keberadaan markas mereka. Di markas tersebut, orang-orang yang terlibat dalam perdagangan manusia menyimpan orang-orang yang mereka culik dan tahanan di dalamnya.Mereka biasanya menculik para gadis yang masih berumur belasan tahun dan tentunya masih perawan, atau anak-anak yang berumur antara 7 hingga 12 tahun. Mereka akan menjual ga
Sebuah handuk yang sebelumnya melilit di dadanya dengan sengaja dilepas begitu saja. Arsana dengan percaya diri berdiri di hadapan Zayver, tubuhnya yang polos kecuali topeng yang masih terpakai dengan rapi menutupi setengah wajahnya. Zayver menatap wanita yang ada di depannya, tubuhnya benar-benar sempurna. Seulas senyum tercetak di wajahnya, saat Arsana memutar tubuhnya lalu menjatuhkan dirinya di atas pangkuan Zayver yang sedang duduk di sofa sudut. “Wajahku sepertinya berubah menjadi tomat,” Arsana bergumam. “Lebih tepatnya, seperti buah cherry yang manis.” Zayver berucap sambil mengelus pundak Arsana dengan tangannya. Zayver mulai menelusuri setiap bagian yang membuat wanita yang duduk di atas pangkuannya itu merasakan desiran di setiap aliran darahnya. Di saat Arsana sedang merasakan sensasi yang menjalar di tubuhnya, Zayver merubah posisi nya menjadi Arsana yang duduk di sofa. Arsana terkejut dengan ulah Zayver yang tiba-tiba merubah posisi mereka dan berlutut tepat d
Arsana menatap lekat-lekat orang yang tiba-tiba menciumnya dengan begitu beringas. Udara terasa tegang di sekitar mereka, dan Arsana merasakan denyut nadi yang cepat di lehernya. Kini Arsana tahu siapa orang yang menciumnya, setelah ciuman itu dilepaskan olehnya.“Zayver?” Arsana berucap dengan nafas terengah-engah. Zayver menyeringai, membuat Arsana merasa merinding dengan senyum yang muncul di bibir nya itu. “Z-Zayver, bukankah kamu sedang bekerja?” Arsana sedikit gelagapan melihat Zayver yang berada di hadapannya saat ini. Arsana sedikit waspada, takut ada barang-barang yang dipakai Arsana untuk berpura-pura menyamar menjadi Arsa semalam, tidak disimpan dengan baik. “Itu bukan urusanmu!” jawab Zayver dengan begitu dingin. “Ya, aku tahu pekerjaanmu memang bukan urusanku, tetapi kenapa pulang tiba-tiba lalu datang kemari? Jika kamu merindukanku, aku bisa pulang kerumah terlebih dahulu kamu hanya perlu mengabariku saja!” Arsana mencoba bersikap tenang, walaupun di dalam hatinya
"Astaga, Andre! Rara! Jadi ini yang kalian lakukan di belakangku?!" Arsana Putri membekap mulutnya tatkala melihat Andre dan Rara, sahabat Arsana yang sedang memadu kasih di atas ranjang apartemen milik Andre Wiranto, tunangannya. Seketika, Andre yang terkejut langsung menyingkirkan Rara dengan kasar yang sedari tadi bergerilya dan bergoyang di atas tubuhnya, lalu memakai handuk kimono dengan tergesa. "Dasar pengkhianat!" geram Arsana. "Arsana, ini tidak seperti yang kamu lihat!" ujar Andre seraya menarik tangan Arsana yang hendak pergi. "Apa? Kita ini sudah tunangan, Andre, sebentar lagi kita akan menikah!" teriak Arsana dengan mata yang berkaca-kaca. "Arsana, lebih baik kamu bergabung saja dengan kami. Ayo!" ajak Rara tanpa merasa berdosa. "Diam kamu, Rara!" Andre menatap tajam sahabat dari tunangannya itu. "Kalian berdua memang menjijikkan!" Arsana mengepalkan tangannya yang berkeringat, air matanya sudah tak bisa tertahankan lagi, tetapi dia tak ingin menunjukkan rasa sedi