Share

Ibu Anang Meninggal

Bab 26

Selama di perjalanan pulang ke Jakarta, sang Ibu lebih banyak diam. Kalaupun ia bersuara, semata-mata hanyalah isakan tangis.

Enam tahun lamanya menunggu anaknya pulang, ternyata bagai menjaring angin. Kini, baik ia maupun suaminya, telah menyerah.

Lenyap sudah sisa-sisa pengharapan yang selama ini berupaya bertahan di sanubari mereka.

"Yang sabar, Bu. Kita ikhlaskan saja Anang ke hadirat Allah. Yang penting kita sudah berusaha semaksimal mungkin," ujar anaknya menasehati dari balik kemudi.

Sang Ayah menarik jemari istrinya ke pangkuannya, memijat lembut agar wanita itu merasa tenang.

"Nang, Nang ... di mana pun kamu berada saat ini, hidup atau mati, susah atau senang, biarlah Allah yang melingkupi kamu, Nak," keluh sang Ayah diikuti membuang napas berat.

***

Di hari-hari selanjutnya, kesehatan Ibu Anang semakin menurun.

Sakit vertigonya semakin menjadi-jadi. Ia sering gelap mata dan merasakan tubuh seperti melayang. Kalau sudah demikian, tidak sekali ia jatuh pingsan hing
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status