Share

Ini Seperti Mimpi (162)

#Testpack (162)

Test Pack ART-ku

Ini Seperti Mimpi

“Boleh panggilan WA ini kuubah jadi video call, Bang?”

“Boleh.” Jawaban itu terdengar manis. Mungkin karena ia menjawab sembari tersenyum di seberang sana.

Kuswitch menjadi video call.

Sosok itu sedang duduk di sudut kamarnya, mengenakan kaos putih dan sarung.

“Abang habis apa?”

“Habis shalat.”

“Masyaa Allah solehnya. Pantes terpancar wajah bersih bersinar di sana.” Kuurai senyum menggambarkan kekagumanku padanya.

“Bolehkan aku datang ke rumahmu, Bang?” kuucapkan dengan menatap matanya.

Hening, ia tetap menatapku, tapi diam. Dan aku tak menuntut jawaban darinya. Kunikmati keterpakuan yang terjadi di antara kami berdua dalam panggilan telepon ini. Tersirat ada sebuah kerinduan di sana, yang … mungkin ia tahan.

“Boleh.” Akhirnya ia menjawab. Jawaban yang tak membuatku tak nyaman. Karena aku tahu. Dia lelaki yang setenang itu. Setiap apa yang ia keluarkan dari bibirnya, sudah selalu dipikirkannya dengan masak.

“Besok sore boleh?” mata
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status