Share

Bab 7

Mas Rian menoleh ke arahku, tanda meminta persetujuan, lalu aku pun berfikir sejenak, dan membolehkannya, tapi dengan syarat aku dan anak-anak harus ikut. 

"Ya udah, Mah. kamu ikut ya? sekalian ajak anak-anak, tunggu sebentar ya Mbak? kalau nggak duluan aja, nanti saya nyusul kesana," seakan Mas Rian tau isi hatiku, lalu dia menyuruhku untuk segera mengajak anak-anak ke rumah Mbak Ella, namun Mbak Ella malah melongo saat mendengar perkataan Mas Rian. emangnya enak, nggak bisa berduaan! huft.

Tampak raut wajah Mbak Ella seperti tak suka, saat tahu kalau aku beserta anak-anak akan ikut bersamanya. ya iyalah gue bakal ikut, mana rela melihat suami berduaan di rumah perempuan yang jelas-jelas kelihatannya ngebet banget.

@@@

Akhirnya kami berempat sampai juga di depan rumah Mbak Ella, dia menyuruh kami semua untuk masuk, bukan kami sih sebenarnya, hanya Mas Rian yang disuruh masuk, menyebalkan! Tapi aku tetap saja masuk, dan pura-pura nggak dengar omongannya.

"Mari, silahkan masuk Mas Rian, jangan sungkan-sungkan ya? maaf, rumahnya berantakan," Mas Rian hanya menjawab dengan senyuman, lalu menggenggam tanganku sambil mengajak untuk ikut masuk.

Anak-anak kusuruh untuk duduk diam di sofa, karena Zahra sedang tertidur di kasur kecil, yang ditaruh  tepat di depan televisi.

"Mari, Mas. disini kamar mandinya," Mas Rian mengikuti Mbak Ella yang menuju ke arah dapur.

"Kalian tunggu disini ya, Sayang?" ujarku pada Adit dan Rara.

"Iya, Mah." jawab mereka kompak, mereka memang anak yang penurut, tak pernah neko-neko jika bukan di rumahnya.

Lalu aku pun langsung mengikuti Mas Rian ke dapur yang berdekatan dengan kamar mandi.

Tampak Mas Rian agak menunduk, sambil membenarkan kran air yang katanya rusak, aku ikut berdiri di belakangnya Mbak Ella.

Mbak Ella juga berdiri di belakang Mas Rian yang masih menunduk, entah sengaja atau tidak, tangan Mbak Ella berani-beraninya menyentuh punggung Mas Rian, jadi posisinya seperti orang yang merangkul.

"Ehem, Mbak Ella mending jangan disitu deh! malah bikin Mas Riannya nggak konsen loh, lagian sempit juga kan kalau di kamar mandi banyak orang," seketika dia pun langsung salah tingkah nggak jelas, saat melihatku sudah ada dibelakangnya.

Aku melipat kedua tangan di depan dada, sambil nyender di tembok rumahnya dan menghadap ke arah kamar mandi, tempat Mas Rian yang sedang membenarkan kran air.

"Loh, Mbak Nina. kok kesini sih? Bukannya tunggu depan aja, duduk di depan gih!" Karena mungkin salah tingkah, dia bicaranya malah makin ngelantur, segala aku lah disuruh tunggu depan, sedangkan nih wewe gombel malah ngintilin Mas Rian disini, ngajak ribut kayaknya.

"Ya udah, yuk Mbak. tunggu depan juga, bareng saya. daripada disini kasihan kan Mas Rian-nya ribet takut nggak konsen." ajakku pada si wewe gombel itu.

"Iya Mbak, mending tunggu depan aja ya? sebentar lagi juga selesai ini krannya," ucap Suamiku menimpali.

Lalu dengan langkah kurang ikhlas, akhirnya dia pun melangkah ke ruang tamu bersamaku.

@@@

Setelah sampai di depan ruang tamu, ternyata Zahra sudah terbangun dari tidurnya, dia sedang bermain bersama Adit dan Rara anakku.

"Loh, kok Zahra udah bangun sih? cepet banget kamu tidurnya sayang, kamu keberisikan ya? karena banyak orang disini?" Ucapnya sambil melirik ke arahku beserta anak-anak. seketika ucapannya membuatku agak tersinggung.

"Perasaan dari tadi anak-anak saya nggak ada yang berisik deh, Mbak. mungkin emang si Zahra-nya aja yang terbangun sendiri," sanggahku pada Mbak Ella, dia berdecak seperti orang kesal. apalagi gue? jangan ditanya keselnya kaya gimana sama orang satu ini.

"Iya maksud saya, lagian Mbak Nina ngapain ikut-ikutan kesini sih? bawa anak-anak pula? ketakutan ya kalau Mas Rian-nya bakal selingkuh sama aku?" jawabnya sambil tersenyum licik, membuatku makin geram sama manusia satu ini, tapi kutahan saja rasa kesal ini, dan ingin melihat kelakuan absurd apalagi yang akan dia keluarkan.

"Ya terserah saya dong, itu kan suami saya. ngapain saya takut Mas Rian selingkuh, saya yakin kok kalau suami saya bakal setia, saya serahin semuanya sama Allah yang maha membolak-balikkan hati manusia," ucapku yakin. Dia memutar bola matanya, meremehkan ucapanku. biarin aja nanti kualat matanya keseleo trus jadi juling. Ggrrr!

"Ye ... Mbak tau kan, ibarat kucing kalau tiap hari disodorin ikan asin pasti bakal apa? bakal kesini mulu kan? nah, gitu juga nanti Mas Rian ke aku." Jawabnya kepedean, membuatku makin geleng-geleng kepala.

Ya Allah lihat aja nanti, nih wewe gombel bakal aku kerjain, karena sangking geramnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status