Share

Membuang Pisang Goreng

Tetangga Sebelah Rumah

Part 3 (POV ELLA)

Pintu rumah Mbak Nina akhirnya terbuka.

"Ada apa ya Mbak? ngetuk pintunya pelan aja, saya belum budek kok," sontak aku melotot mendengar ucapan Mbak Nina barusan, dasar tetangga aneh.

"Maksud Mbak apa? kenapa pisang goreng yang saya kasih kemarin malah dikasihin lagi ke Pak Tarno? nggak sopan sama pemberian tetangga!" aku pun langsung memarahi tetangga baru itu.

"Loh, kan Mbak udah ngasih buat saya ya? terserah saya dong mau saya apain tuh pisang goreng, mau saya ancurin juga urusan saya, bukan urusan Mbak," jawabnya sambil memandangku dengan sinis.

"Jangan kepedean ya kamu, itu buat suami kamu, bukan buat kamu. Ngerti!" Lalu aku pun langsung pergi sambil menghentak-hentakan kaki, karena rasa kesal yang sudah tak tertahankan.

💋💋💋

Sejak kemarin daerah kami memang kedatangan tetangga baru, mereka tinggal persis di samping rumahku yang hanya dipisahkan oleh jalan kecil, mereka pindahan dari luar kota. Mereka sepertinya keluarga kecil yang terlihat sangat harmonis dan kompak, terbukti saat mereka datang, mereka menggunakan baju kembar, yang membuat hatiku seketika menjadi iri. Hal yang tak pernah kudapatkan dari suamiku sendiri.

Yang membuatku tambah terkejut, yaitu Suaminya tetangga baru tersebut mirip sekali dengan cinta pertamaku waktu di sekolah. Tapi, apa mungkin itu lelaki yang sejak dulu kuidolakan? aku dulu, waktu semasa SMA memang mengidolakan kakak kelasku, tapi karena aku yang pemalu, jadi nggak berani untuk berkenalan dengan lelaki tersebut.

Kini aku melihat sosok itu lagi setelah 13 tahun berlalu, wajahnya masih sama seperti dulu, nggak banyak berubah, hanya kini ditumbuhi jambang tipis disekitar wajahnya, wajahnya yang tampan dan rupawan membuatku makin mengidolakannya dan membuatku makin yakin kalau dia adalah cinta pertama dan terakhirku.

Suami Mbak Nina sangat rupawan sekali, sangat berbeda jauh dengan suamiku yang berperawakan kurus, kulitnya yang hitam karena sering terpapar oleh sinar matahari, dan wajahnya yang selalu jutek saat bersamaku.

Aku memang sudah menikah dengan Mas Sugino, tapi aku manggilnya Gio aja, biar agak kerenan dikit. Nggak kelihatan kampungan.

Umur kami selisih agak jauh sekitar 9 tahunan, waktu itu aku bertemu dengan Mas Gio saat sedang membantu kedua orang tuaku yang berjualan nasi warteg di dekat proyek pembangunan tersebut, sedangkan dia buruh di proyek tersebut.

Mas Gio juga sepertinya tertarik denganku, sampai akhirnya aku dan Mas Gio pun menjalin hubungan yang lebih dekat dan berniat untuk menikah, aku juga tak mempermasalahkan umur Mas Gio yang selisih jauh denganku.

💋💋💋

Kini aku mempunyai anak bernama Zahra, hasil buah pernikahan dengan Mas Gio. Mas Gio orangnya sangat dingin sekali, kadang menyapa saat ada butuh dan ada maunya saja, dan itu semua membuatku terasa kesepian akan belaian seorang suami.

Memang awalnya itu semua dari kesalahanku di masa lalu, aku yang tak bisa menjaga diri, lalu terbuai oleh bujuk rayunya, sampai akhirnya aku pun hamil duluan, lalu aku memaksa Mas Gio untuk bertanggung jawab.

Awalnya dia menolak dan berusaha untuk menghindar, tapi karena dipaksa oleh keluargaku dengan sedikit ancaman, maka akhirnya dia pun mau menikahiku, lalu sampai beberapa bulan kemudian lahirlah Zahra.

Awal-awal menikah dia tak sedingin sekarang, tapi makin kesini aku semakin merasa seperti tidak memiliki seorang suami.

Bahkan untuk menggendong atau mengajak main Zahra pun dia sepertinya sangat enggan sekali, sangat berbeda jauh dengan Suami si tetangga baru tersebut.

Suami Mbak Nina terlihat sangat sayang sekali pada istri dan anak-anaknya, terbukti saat aku mengintip dari celah pagar saat Suaminya mau berangkat bekerja, dia mencium kening istrinya dan sang istri pun mencium tangan suaminya, lalu dia juga mencium kedua anak-anaknya sebelum pergi bekerja. ah … bener-bener keluarga yang harmonis.

Mas Gio yang bekerja sebagai buruh kasar di dekat sebuah proyek bangunan, dan dia selalu pergi pagi-pagi sekali dan pulangnya sudah menjelang larut malam.

Saat berangkat kerja pun dia tak pernah berpamitan denganku, apalagi mencium Zahra, dia langsung pergi begitu saja, tak menganggap kami ada.

Saat dia libur pun, dia hanya sibuk dengan ponselnya, atau pergi bersama teman-temannya, dia sangat jarang sekali mengajak main Zahra, dia juga suka ogah-ogahan saat kusuruh untuk menjaga Zahra. padahal dia adalah ayah biologisnya Zahra, tapi malah seperti tak mau mengakuinya.

Kelakuan dan sikap Mas Gio benar-benar membuatku sangat jengah dan ingin mengganti suami dengan suaminya tetangga baru itu, aku akan berusaha untuk merebut dari istrinya. Lihat saja nanti!

Aku akan mencari tahu dulu tentang suaminya tetangga baruku tersebut, baru aku akan berusaha untuk mendekatinya.

💋💋💋

Hari ini aku sangat kesal sekali dengan kelakuan tetangga sombong itu, sengaja aku memasak pisang goreng spesial untuk sang Suami dari tetangga baru tersebut, dengan sedikit ditaburi ramuan pemikat. tapi nyatanya dia malah memberikan pisang goreng tersebut pada Pak Tarno, duda tua yang terkenal ganjen di kampung ini.

Mengingat di dalam pisang goreng itu ada ramuannya, dan dimakan oleh Pak Tarno membuatku bergidik ngeri membayangkannya. Aku takut ramuan itu manjur dan akhirnya malah Pak Tarno yang tergila-gila lalu mengejar-ngejarku, ihh …!

Setelah pergi dari rumah si Nina, aku pun buru-buru ke rumah Pak Tarno untuk segera membuang pisang goreng tersebut, jangan sampai Pak Tarno memakannya.

Kini aku pun telah sampai di depan rumah Pak Tarno. rumahnya tampak ramai. semua orang sedang sibuk, karena memang dua hari lagi akan diadakan pesta pernikahan putrinya.

Aku mencari keberadaan Pak Tarno di sekeliling rumahnya, dan akhirnya aku menemukan dia yang sedang duduk sendiri di pojokan rumahnya sambil menyesap sebatang rokok.

Aku juga melihat piring pisang goreng tersebut ada disitu dan semoga saja dia belum memakannya.

"Pak … Pak Tarno!" panggilku sambil mendekatinya dengan terburu-buru.

Saat dia melihatku, tampak wajahnya berbinar-binar, dia juga tersenyum lebar sambil memamerkan gigi emasnya. ya ampun silau men!

"Ada apa Sayang? eh Ella maksudnya, ada apa? kamu kangen ya sama aku?" ya ampun, dia udah berbicara ngalor ngidul kaya gitu, apa mungkin dia udah makan pisang goreng itu ya?

"Apa sih, Pak? sayang-sayang, nggak malu emang sama calon mantu noh," jawabku kesal pada tua bangka tersebut.

"Iya, kan saya cuma nanya, ada apa? jutek amat sih? nanti cantiknya ilang loh kalau jutek," ucapnya lagi masih dengan gayanya yang alay, padahal udah tua.

"Saya mau buang pisang goreng ini, ini yang dikasih sama Mbak Nina kan?" aku langsung to the point sambil menunjuk piring pisang goreng yang berada di sebelahnya.

"Iya, emang kenapa pisang gorengnya?" tanyanya kebingungan.

Lalu tanpa persetujuan darinya, aku pun langsung buru-buru mengambil piring berisi pisang goreng tersebut dan membuangnya ke tong sampah yang berada di dekat rumahnya.

"Ella, kamu ngapain buang pisang goreng itu? mana nggak pake minta izin dulu lagi sama saya," Pak Tarno berdiri sambil mengacak pinggang, wajahnya terlihat sangat marah. bodo amat deh, yang penting dia nggak makan pisang goreng itu.

"Ih, Bapak! jangan dimakan, itu pisang ada racunnya, Bapak nggak tau sih si Nina itu orangnya kaya gimana. yang tahu ya sayalah, kan saya lebih dekat rumahnya sama dia," tuturku menjelaskan padanya.

Dia sontak melotot padaku, mungkin terkejut mendengar penjelasanku. untungnya dia nggak jantungan dan langsung end. hehehe.

"Masa sih pisang itu ada racunnya? kan saya baru kenal sama dia, ngapain juga dia mau racunin saya? kamu bohong ya, Ella?" tanyanya menyelidik.

"Ya udah kalau nggak percaya, yang penting saya udah nolongin Bapak! bukannya berterima kasih sama saya, malah marah-marah! Dasar semua tetangga pada aneh." Lalu aku pun berlalu pergi meninggalkan tua bangka tersebut yang masih kebingungan melihat sikapku barusan. bodo amat deh, emang gue pikirin! Hahaha.

💋💋💋

Saat aku berjalan untuk menuju ke arah rumah, aku melihat Suaminya Mbak Nina sedang berboncengan dengan seorang laki-laki yang kemungkinan temannya.

Dia mengendarakan motornya menuju ke arahku, bukan deh. lebih tepatnya ke arah rumahnya. Karena kan rumah aku sama rumah dia emang berdekatan.

Aku pun buru-buru mengejarnya, agar kami bisa sampai berbarengan.

Kini aku pun sudah sampai di dekat rumahnya, aku melihat jelas wajah suaminya Mbak Nina tersebut. ya Allah gantengnya bukan main. beda tipislah sama Mas Al yang main sinetron ikatan batin. Mas Aldebaran yang membuat hatiku jadi berdebaran.

Kini aku makin yakin, kalau dia benar kakak kelasku waktu di SMA dulu.

Lalu aku berniat untuk pura-pura terjatuh di depannya dan berharap dia menolongku, lalu memandang wajahku dan kami saling jatuh cinta. Uhuy.

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status