ホーム / Rumah Tangga / TETANGGA WITH BENEFIT / Pemilik Gedung Sebelah 💐

共有

TETANGGA WITH BENEFIT
TETANGGA WITH BENEFIT
作者: DityaR

Pemilik Gedung Sebelah 💐

作者: DityaR
last update 最終更新日: 2025-07-31 23:48:13

୨ৎ A L D A N I જ⁀➴

"Ya elah, mending sekalian aja aku loncat ke atas pocongnya tuh, terus ngomong, ‘Eh, maaf ya Mama kamu meninggal. Tapi toko dia masih dijual, enggak? Kalian mau jual berapa?’" bisikku kepada saudara tiriku, Danny.

"Ya maksud aku, tuh setelah pemakamannya selesai, lah."

Aku naikkan sebelah alis, dan dia malah tertawa. Papa kami menoleh ke belakang sambil kasih tatapan mautnya yang khas.

Kita langsung memasukkan tangan ke kantong celana dan menunduk sopan. Begitu doanya kelar, semua bilang, "Amin."

Orang-orang mulai berdiri tegak lagi, dan bisik-bisik dari warga Pecang langsung bertebaran, semua ke arah Karin Mirrela yang baru saja kehilangan ibunya.

Aku sama Danny jalan turun bareng dari bukit pemakaman, soalnya entah kenapa Karin memilih mengadakan acara berkabung ibunya di tempat kita. Artinya, kita harus buka tempat itu dan pastikan semuanya siap.

"Aku kan cuma nyaranin kamu nanya baik-baik aja," kata Danny sambil naik ke mobilnya.

"Ya udah kamu aja yang nanya," balasku.

"Ngapain juga aku yang nanya? Dia tuh sahabat adikmu, bukan aku."

"Jangan lupa, dia sahabat adik tirimu."

Danny memang suka banget melimpahkan semuanya ke aku kalau lagi enggak mau ribet. Tapi coba kalau lagi pamer adikku, Alvaro, yang pemain bola terkenal itu, enggak pernah tuh dia mengaku saudara tiri. Dan pas Alvaro kasih tiket nonton dari kursi VIP? Langsung saja dia terima tanpa basa-basi.

"Kamu, kan udah kenal sama dia seumur hidupmu, bro," pekik Danny sambil menyalakan mesin mobil.

"Justru karena itu, makanya makin kelihatan kalau aku enggak punya hati. Ya udah, lah. Aku tetep enggak bakal mau jadi orang pertama yang nanyain soal toko itu."

Kita melambai ke keluarga yang juga turun dari bukit. Alvaro lagi merangkul Karin erat banget. Aku bisa merasakan sakitnya dia. Bahkan pas kita melewati makam Mamaku sendiri, rasanya kayak ditusuk di dada.

Sudah delapan belas tahun berlalu, tapi rasanya tetap perih. Proses healing mmemang panjang dan susah, tapi aku yakin Karin pasti bisa melewati ini, sama sepertiku saat umur dua belas dulu.

"Kamu tuh sadar enggak sih, banyak orang yang pengen ngembangin usahanya juga? Kita harus cepet ambil kesempatan," kata Danny.

Dan dia enggak salah. Itu juga salah satu alasan kenapa kerja sama kita di Brine & Barrel bisa jalan. Di bisnis, Danny berpikir jangka panjang, aku justru berpikir jangka pendek. Aku yang memikirkan acara trivia seru buat malam-malam santai pelanggan sekarang, sementara dia memikirkan bagaimana caranya minuman kita bisa masuk Supermarket sama Bar di seluruh Indonesia.

Aku tahu dia benar. Aku harus bicara ke Karin soal toko jahit itu, yang letaknya pas banget di sebelah tempat produksi minuman kita. Tapi aku yakin dia juga enggak bakal langsung jual begitu saja.

Masih enggak pasti, sih, tapi kalau bisa aku ingin nego lebih dulu, biar bisa bongkar tembok dan perluas tempat kita.

Tapi, Danny, tuh bukan anak asli Pecang. Mungkin itu juga kenapa dia enggak mengerti cara main di kota kecil ini. Dia memang sudah tinggal di sini dari umur tujuh belas waktu Mamanya nikah sama Papaku, tapi setelah itu kita kuliah, dan dia merasa sudah mengerti tempat ini.

Padahal Pecang itu kota kecil di Jawa yang semua orangnya suka mengurusi urusan orang lain. Kalau aku langsung tembak Karin soal jual-beli, besok paginya pasti seluruh kota sudah membicarakanku sebagai cowok yang enggak punya empati. Dan ... ya, mereka benar.

"Aku ngerti, kok. Tenang aja, aku bakal ngobrol sama dia. Tapi enggak hari ini," kataku.

"Aku, sih enggak lihat akan ada masalah kalau kamu cuma nanya, ‘Eh, kamu suka jahit?’ Gitu aja. Toh kita juga enggak tahu apa-apa soal Karin selain dia pengen banget dapetin Alvaro."

Aku menyengir sinis. "Mereka itu sahabatan, bro. Sahabatan biasa!"

Dia ketawa. "Gila kamu kalau masih mikir gitu. Dia itu tahu semua tentang Alvaro jauh lebih detail daripada Alvaro sendiri. Dia selalu paksa kamu adain nobar di tempat Kita tiap kali Alvaro tanding. Dia bahkan gambar nomor punggung Alvaro di pipinya. Udah jelas banget, dia tuh naksir cowok itu."

"Aku enggak tahu, sih. Aku enggak pernah dapet clu kalau dia emang beneran suka sama Alvaro."

Danny geleng-geleng kepala sambil masuk dari pintu belakang. "Itu tandanya kamu butuh liburan."

Aku keluar dari mobil dan langsung buka jas. Sekarang sudah masuk awal musim kemarau, jadi masih agak dingin.

"Liburan ke mana?"

"Ke dunia nyata, bro. Dunia per-cintaan!"

Enggak kayak Danny, aku jarang banget keluar dari Pecang. Setelah lulus kuliah, kita dapat pinjaman modal buat buka Bar minuman fermentasi, dan aku taruh semua energi dan duit aku ke bisnis ini biar sukses.

Di kampus, sih aku sempat pacaran, tapi aku tahu dari awal kalau hidupku bakal berputar saja di kota kecil ini. Pecang itu rumah aku. Aku enggak ingin tinggal di kota besar, tapi sayangnya enggak semua cewek bisa menerima untuk tinggal dan hidup di kota kecil ini. Bukan berarti aku jomblo stadium akhir, ya.

Kita masuk ke Bar, menyalakan lampu. Aku jalan ke pintu depan, buka kunci, dan hapus tulisan "Tutup untuk sementara" dari papan tulis di luar.

Toko jahit Bu Mirrela ada di sebelah, sepi dan gelap. Enggak tahu, deh terakhir buka kapan. Sejak Bu Mirrela pertama kali divonis sakit, Karin sempat coba tetap menjalankan tokonya, berharap ibunya bisa sembuh dan balik lagi. Tapi ya … enggak kesampaian.

Sekarang toko itu mangkrak, padahal lokasinya di pusat kota. Aku melangkah ke arah sana, perbaiki tenda toko yang semalam terbalik kena angin. Tapi tetap saja kelihatan usang, warnanya pudar, bahannya robek.

Walikota kami, Ivoe, pernah memaksa semua toko di alun-alun punya tenda senada biar terlihat rapi. Banyak aturan menyebalkan dari dia, tapi ya sudah, lah.

Pusat kota kita memang kecil tapi keren. Tata kotanya diprioritaskan buat pejalan kaki. Parkiran semua ada di belakang bangunan, jalanan batu bata jadi pemisah antar toko. Pas musim turis, lampu-lampu hangat digantung di atas jalan. Kalau musim tahun baru, lampunya diganti warna-warni plus hiasan daun cemara. Pecang mungkin kota kecil, tapi keren banget dan ... ini rumahku.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • TETANGGA WITH BENEFIT   Surat Wasiat 📝

    ୨ৎ M A Y A જ⁀➴Besok paginya, aku naik Grabcar dari salah satu Resort di Bangora, langsung ke kantor pengacara. Malas banget kalau aku harus balik dulu ke Pecang.Aku turun dari mobil, berdiri di bawah papan bertuliskan Eifel Botman, Pengacara. Begitu masuk, bel ruangan kecil itu langsung berbunyi. Di balik meja resepsionis duduk ibu-ibu paruh baya yang sepertinya sempat kulihat juga waktu pemakaman kemarin.Dia melirik ke atas, matanya langsung melebar. "Oh, halo," katanya sambil menunduk lagi. "Kamu Maya, ya?"Aku mengangguk pelan."Sebentar, ya. Aku cek dulu Pak Botman-nya udah siap apa belum." Dia senyum ramah, lalu jalan ke lorong kecil di belakangnya.Aku duduk di ruang tunggu, sambil berpikir, "Aku pingin banget ngobrol dulu sama Karin sebelum lakuin semua ini. Tapi ya udah, lah …."Perutku rasanya mual setiap kali membayangkan bagaimana reaksi dia begitu tahu kalau aku sudah di kota ini. Tapi bisa saja dia memang tahu. Atau justru enggak pernah dikasih tahu apa-apa selama in

  • TETANGGA WITH BENEFIT   Untuk Apa Menikah? ❤️‍🩹

    Aku peluk dia. Aku tahu banget rasanya. Aku pernah ada di posisi dia dulu.“Tapi percaya, deh, suatu hari nanti waktu kamu inget dia, rasanya enggak sesakit sekarang.”Dia balas pelukanku. “Makasih buat semuanya.”Aku mengangguk.“Kamu di sini, ternyata.” Alvaro masuk, menginjak kain dan benang yang berserakan di lantai.Karin senyum ke dia. “Aku di sini. Bisa anter aku pulang, ya?”Alvaro mengangguk dan langsung melingkarkan lengannya di bahu Karin. “Ayo.”“Makasih, Karin,” kataku.Dia balik badan. "Sama-sama."Alvaro lagi menjaganya soalnya kita tahu bagaimana rasanya kehilangan orang tua. Karin kehilangan dua-duanya sekaligus neneknya. Keluargaku memang menyebalkan, tapi aku enggak bisa membayangkan hidup sendirian tanpa siapa-siapa.Waktu aku hampir memasukkan kunci itu ke kantong, Danny tiba-tiba muncul di pintu. "Jadi benaran?""Apaan?""Dia ngasih kunci itu ke kamu? Dia bakal jual tempat ini ke kita?"Aku melihat-lihat ruangan ini, memikirkan seberapa banyak kita harus renovasi

  • TETANGGA WITH BENEFIT   Toko Jahit Mirrela 💐

    ୨ৎ A L D A N I જ⁀➴“Jangan-jangan kamu bikin dia kabur, ya?” Danny menghampiriku saat aku lagi memperhatikan si cewek pirang jalan keluar dari Bar. Dia sempat berhenti dekat Karin, kayaknya mau bicara sesuatu, tapi terus jalan lagi.Derrin langsung menyelip di antara aku dan Danny. “Katanya sih, acara berkabung tuh tempat semua rahasia kelam seseorang pada kebongkar.”Aku angkat tangan, malas banget dengar ocehannya Derrin sekarang.“Udah-udah, lihat tuh, dia kayaknya mau nyebrang jalan,” kata Danny sambil mengambilkan gelas. “Jelas-jelas ada yang aneh dari dia.”“Kenapa? Dia bilang sesuatu?” tanya Derrin.“Enggak. Tapi dia lebih milih Aldani daripada aku. Jelas itu udah tanda-tanda aneh banget,” kata Danny sambil geleng-geleng kepala.Aku tertawa dan dorong bahunya. “Kamu tahu kan, aku lebih jago ngegombal daripada kamu.”“Gombal apaan? Kamu aja enggak punya kenalan cewek satu pun di Pecang.”Tiba-tiba Alzian, adikku, masuk ke Bar pakai seragam Outdoor Tambangnya. Dia langsung mengha

  • TETANGGA WITH BENEFIT   Kita Tidak Sendiri 💔

    Aku lihat sekeliling. Tempat ini cocok banget sih sama vibe mereka. Ada tong-tong besar di balik kaca, meja-meja kayu gelap yang besar, TV-TV berjejer di atas Bar yang memutar pertandingan bola. Dan di tengah ada plang besar dari baja bertuliskan Brine & Barrel.“Tempatnya keren. Cuma … aku bukan pecinta bir, sih. Jadi enggak tahu aku bisa menilai atau enggak.”Danny menyodorkan Aldani ke arahku.“Coba aja kamu minum dikit terus bilang ke Aldani kalau bir aku lebih enak.”Senyum plus kedipan mata Danny itu kayak senjata maut. Pasti sudah sering bikin cewek klepek-klepek sampai ke ranjang.Aldani balas, “Kita dapet cuan dari dua-duanya, bro. Jadi ini gak gitu juga.”Aku mencicipi bir dari Aldani, terus langsung telan. Mereka berdua menunggu aku berkomentar.“Enak kok. Dua-duanya enak.”“Kalau kamu harus ngabisin satu gelas, kamu pilih yang mana?”“Hmm .…” Jujur aku lebih milih nge-review bir mereka daripada harus menjelaskan siapa aku sebenarnya.“Kayaknya aku lebih suka yang rasanya e

  • TETANGGA WITH BENEFIT   Brine & Barrel 🍻

    ୨ৎ M A Y A જ⁀➴Aku masuk ke tempat acara duka yang ternyata digelar di Bar, dan seketika suasananya berubah seperti film horor, semua orang mendadak diam.Sebenarnya Mama sudah mengingatkanku, sih. Dia ingin banget ikut aku ke Pecang, tapi aku bilang kalau aku bisa handle sendiri.“Kamu nggak mengerti kota kecil. Kamu enggak bakal disambut pakai karpet merah,” katanya waktu itu.Sebenarnya, kadang aku bersyukur punya Mama yang overprotektif. Tapi kadang juga kesal. Kayaknya Papa sampai harus mengikatnya di kursi biar dia enggak menyusulku ke sini.Aku senyum kecil, terus mataku langsung menemukan Karin, anaknya almarhum. Dari tadi dia dikelilingi orang terus, bahkan sampai sekarang. Awalnya aku pikir semua bakal minum, makan, dan cerita-cerita kenangan manis bareng Mamanya, jadi aku bisa menyelinap buat ngobrol sebentar sama Karin.Tapi rencana tinggal rencana. Semua mata sekarang mengarah kepadaku. Jadi ya sudah, aku langsung menuju meja makanan, biar saja orang-orang mikir kalau aku

  • TETANGGA WITH BENEFIT   Cewek Misterius 🕊️

    Aku lagi jalan balik ke Bar, mataku tiba-tiba menemukan cewek pirang duduk di bangku taman dekat caffe, Mellow Mug. Gayanya rapi banget, pakai celana hitam sama heels hitam, seperti habis datang dari pemakaman.Gak terlihat atasannya, karena tertutup jaket hitam. Mungkin dia salah satu tamu, lagi menunggu orang lain datang. Ada yang familiar dari mukanya, tapi aku enggak bisa menebak itu siapa. Mungkin kalau dia mengangkat sedikit matanya dari HP, aku bisa lebih yakin.“Itu dia,” kata Derrin. Aku menengok ke belakang dan melihat dua adik tiriku, Derrin sama Donna, berdiri di depan Bar.“Siapa memangnya?”Donna ngangkat bahu. “Dia ada di pemakaman tadi.”Aku jalan mendekat. “Makanya aku ngerasa kenal. Dia orang sini ya?”Ingat, Pecang itu kota kecil. Kalau kalian enggak kenal orangnya, minimal kalian bakal pernah lihat mukanya. Karena lagi bukan musim liburan, lihat orang asing bakal jarang banget, kecuali dari kota tetangga seperti Bangora. Tapi kalau dia ada di pemakaman, berarti dia

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status