Pagi menjelang.
Matahari perlahan mengintip malu-malu di ufuk timur. Memberikan kehangatan pada dedaunan yang berembun.
Seorang lelaki terbangun dari tidurnya. Membuka mata dan melihat ke arah langit-langit kamarnya yang bernuansa abu-abu.
Gibran mengerutkan kening saat pandangannya terasa berkunang-kunang dengan kepala yang sedikit pening.
Saat kondisinya sudah lebih baik, Gibran justru mendapati nuansa langit-langit kamar yang berbeda dari biasanya.
Langit-langit kamar yang kini dia tempati berwarna putih.
Kepala Gibran menoleh hendak menyapu seisi ruangan namun sosok lain yang ditangkapnya tertidur pulas di sampingnya membuat Gibran terkejut.
"Mirella?" pekiknya dengan suara pelan hampir tak bersuara.
Gibran berpikir dan mencoba mengais sisa-sisa ingatan tentang apa yang terjadi malam tadi hingga kini dirinya dan Mirella bisa berada di
"Aku hamil..." ucap Mirella dengan suara yang pastinya bisa didengar oleh orang lain.Saat itu, bukan hanya Gaby dan Gibran yang terperangah, tapi ada beberapa orang lain yang berdiri di ambang pintu kediaman Gibran yang turut mendengar dan menyaksikan apa yang baru saja terjadi di ruang tamu rumah besar itu.Mereka, keluarga Gibran dari Bandung.Gaby yang kebetulan melihat hal itu buru-buru mencari cara jitu untuk mengalihkan perhatian orang-orang di ambang pintu.Gaby jelas tak ingin Gibran berada dalam masalah. Terlebih terjadi kesalahpahaman di sini."Astaga! Jadi, benar kamu hamil Mimi?" teriak Gaby yang langsung berhambur ke arah Mirella dan Gibran. Gaby merangsek di antara ke duanya, memisahkan mereka dari kedekatan.Detik itu juga Gaby langsung memeluk Mirella seraya menangis terisak di balik punggung wanita itu. Sementara Mirella terlihat kebingungan mendapati rea
Gibran baru saja mengantar Mirella pulang. Dia sudah memparkirkan kendaraannya di kediaman Reno.Sepanjang perjalanan tadi ke dua manusia itu terus saja diam.Hingga akhirnya Gibran pun bicara sebelum Mirella keluar dari mobilnya. Gibran harus mengkonfirmasi ulang mengenai pengakuan Mirella di kediamannya tadi."Kamu serius sama kata-kata kamu tadi, Mi?" tanya Gibran saat itu.Mirella baru saja melepas seat belt. Dia tercenung sesaat, seolah terkejut dengan pertanyaan yang diajukan Gibran."Aku pikir, aku nggak perlu menjelaskan lebih lanjut sama kamu, seharusnya kamu sudah mengerti," sahut Mirella kemudian. Dari ekspresinya dia tampak tersinggung. Bahkan Mirella langsung membuka pintu mobil dan keluar saat itu juga.Gibran langsung mengejar. Dia menahan lengan Mirella sebelum kekasihnya itu melangkah menuju rumah Reno."Dengerin aku dulu, Mi! Aku belum selesai bicara!"Mirella terdiam di tempat menunggu kelanjutan kalimat Gibr
Flash Back On...Hari itu, Reno baru saja kembali dari kantor firma hukumnya. Hujan deras membuat tubuh Reno basah kuyup karena kebetulan dia sedang tidak membawa mobil. Reno menepikan motornya di teras rumah dan beranjak masuk ke dalam rumah pribadinya.Kening lelaki itu berkerut samar saat mendapati sebuah motor matic lain terparkir di teras yang sama.Apa iya Mirella sedang menerima tamu?Tapi siapa?Reno tampak berpikir hingga akhirnya dia memutuskan untuk segera masuk ke dalam rumah karena takut terjadi hal buruk menimpa Mirella.Anehnya, saat Reno memasuki rumah itu dia tak mendapati keberadaan Mirella di dalam kamar wanita itu.Beberapa kali Reno memanggil-manggil Mirella namun tak terdengar suara sahutan. Reno semakin dilanda perasaan cema
"Kamu ingin aku melakukan apa?" tanya Reno pada Mirella."Aku ingin kamu menuntut Freddy dengan hukuman mati! Sebab jika Freddy mati, aku bisa bebas melakukan apapun sesuka hatiku!" jawab Mirella."Lalu setelah itu, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Reno lagi."Aku ingin hidup bahagia bersama Gibran, hanya aku dan Gibran!"Ke dua alis Reno bertaut. "Apa kamu akan membunuh Gaby?" tanya Reno selanjutnya.Mirella tertawa. "Kalau perempuan itu berulah, aku tak punya pilihan lain. Tapi sepertinya, Gaby bukan saingan beratku. Sebab pernikahan Gaby dan Gibran hanya pernikahan palsu! Gaby akan menceraikan Gibran selepas satu tahun pernikahan mereka nanti," beritahu Mirella.Reno pura-pura terkejut. "Maksudmu, mereka tidak benar-benar saling mencintai?" tanya Reno memastikan.Mirella menge
"Boleh Papah mengajukan satu pertanyaan padamu Gaby?" Ucap Hardin.Gaby mengangguk dengan kepala yang menunduk dalam, dada wanita itu naik turun karena sesenggukan."Apa kamu mencintai Gibran?" Tanya Hardin kemudian.Gaby terdiam cukup lama sebelum akhirnya dia pun menjawab dengan sebuah anggukan kepala."Ya, Gaby mencintai Gibran. Dan Gaby akan mengikhlaskan Gibran menikahi Mirella dengan catatan, Gibran tidak menceraikan Gaby..."Gibran terperangah hebat.Hardin dan Yura saling berpandangan, merasa bersalah pada Gaby atas sikap anak lelaki mereka.Luna tampak geleng-geleng kepala, sedikit terkejut dengan apa yang diucapkan Gaby. Sebab, jika Luna ada di posisi Gaby, sudah Luna pastikan lebih baik dia mundur daripada harus bertahan bersama lelaki brengsek macam kakaknya itu.Luna memang sudah mengetahui semuanya dari Mbok Sumi, termasuk te
Hari itu sepulang Gibran mengantar Mirella kembali kekediaman Reno, dia mendapati beberapa orang polisi datang kekediamannya untuk menanyakan perihal kejadian yang menimpa Revan karena pasca sadar dari pingsannya, lelaki itu mengatakan bahwa dirinya sedang berada di apartemen Gaby kemarin malam.Hingga setelahnya, sesuai cerita karangan yang sudah dirancang oleh Gibran dan Frans dkk, Gibran pun membantu Gaby menjelaskan duduk perkaranya dengan menitikberatkan Revan sebagai terduga bersalah karena sudah hampir memperkosa Gaby.Pengakuan Gibran tersebut diperkuat dengan adanya bukti cakaran di tubuh Gaby yang mereka percaya itu adalah perbuatan Revan.Untungnya, Xavier adalah salah satu pengusaha besar yang memiliki relasi orang dalam di apartemen yang dihuni Gaby sehingga dia bisa menghapus bukti dan jejak berupa rekaman CCTV ketika mereka mendatangi apartemen Gaby beramai-ramai.Hal itu jelas memuluskan re
Flash back on...Gibran baru saja terbangun dari tidur ketika dia mendapati ponselnya berdering.Masih dengan mata yang memicing dan sesekali menguap Gibran meraih ponsel dengan ujung jarinya dan mengintip siapa nama yang tertera di layar ponsel miliknya.Nama Reno tertera di sana.Gibran segera mengangkat."Apa? Theo melukai Mirella lagi?" Pekiknya setelah mendengar suara Reno di seberang.Gibran sontak merubah posisinya yang semula masih berbaring nyaman di ranjang menjadi duduk. Sepertinya dia benar-benar terkejut hingga membuatnya sempat terbengong. Seolah apa yang baru saja di dengarnya itu hanyalah mimpi.Dia baru terbangun dan langsung mendapat kabar buruk tentang Mirella. Hal itu sangat membuat Gibran khawatir hingga lelaki itu tak ingin menunggu untuk langsung berangkat menuju kediaman Reno.Bahkan tanpa
Gaby sudah menunggu kurang lebih dua jam di lokasi yang dijanjikan Theo namun sosok yang dia tunggu tak juga menunjukkan batang hidungnya.Jemari Gaby dengan kukunya yang bercat merah terus mengetuk meja tanda dia mulai bosan. Kepala wanita itu celingukan mengamati kesekeliling kafe yang dia datangi malam itu.Suasana kafe tampak sepi.Lokasi yang memang sangat cocok untuk dijadikan tempat pertemuan rahasia. Selain tempatnya yang terpencil, kafe ini jauh dari keramaian.Seorang lelaki berjaket kupluk dengan wajahnya yang tertutup masker terlihat memasuki kafe dan berjalan ke arah Gaby. Karena memang hanya ada dirinya di kafe itu, Gaby langsung berpikir bahwa lelaki itu adalah Theo.Dari postur tubuhnya yang tinggi besar dan model rambut gondrong yang terikat asal di atas kepalanya, seolah memberi kesan bahwa lelaki itu tak pandai merawat diri. Bahkan penampilannya sangat berantakan.