Si wanita melompat. Gerakannya sangat gemulai. Dan rambut panjang yang menutupi dadanya berkibar, serta merta mulai membuka singkapannya. Yu Shi dan Rong Xun menahan nafas. Jantung mereka berdebar keras. Sebentar lagi mereka akan melihat buah dada wanita itu.....
... Yang ternyata datar.
Tapi sebelum Yu Shi sempat bahkan mengucapkan sepatah katapun, si “wanita” telah menubrukkan dirinya merangkul Yu Shi erat-erat.
“Kau pria!!! Tapi mengapa kau bersikap begini?!?” Yu Shi berseru sambil berusaha melepaskan diri dari dekapannya.
“Betul, aku pria. Tapi jiwaku adalah wanita. Sebetulnya wajahku pun juga wajah wanita tulen, bahkan jauh lebih cantik daripada mereka, hanya saja aku tak memiliki organ intim yang mereka punyai... Tapi, bukankah kau tertarik padaku? Jangan malu-malu, akuilah. Aku pun juga tertarik padamu...”
“Lepaskan Yu Shi!!!” Tiba-tiba saja Rong Xun telah berada di belakang Ivan, dengan cepat menghajar tengkuknya. Terhuyung lemas, Ivan jatuh ke samping. Yu Shi sendiri berusaha keras melepaskan dirinya dari cengkeraman para prajurit. Usahanya berhasil. Memastikan dirinya telah bebas, ia menarik pedangnya, dan bersama-sama Rong Xun terlibat dalam pertempuran riuh di Klasnyvyska. “Cepat keluarkan Puteri! Atau kami habisi kalian semua!” Yu Shi berseru, pedangnya menebas dua orang sekaligus. “Sialan!” Ivan turut mengangkat pedangnya. Suasana benar-benar sangat riuh. Yu Shi dan Rong Xun juga mulai kewalahan, karena jumlah prajurit Kishov seakan tidak ada habis-habisnya. Dan Ivan sendiri ternyata sangat andal dalam pertarungan. “Rasanya kita harus gunakan Strategi ke-36!” Rong Xun berseru frustrasi. Yu Shi
Kamar tidur Putera Mahkota Ivan terletak di lantai tiga Menara Timur. Sangat luas dan indah, dan didesain dengan nuansa yang apik, yang menyiratkan sang Pangeran memiliki selera sangat tinggi dalam desain dan artistik. Dalam hati Yu Shi bergumam, Hanya orang seperti Ivan yang mau bersusah payah mendesain kamarnya seartistik ini. Kalau aku, aku tak akan mau capek-capek begini, bagaimanapun aku harus menangani banyak urusan lain yang lebih penting. Yah... tapi setiap orang memang berbeda-beda! Yu Shi memandang sekelilingnya dengan gelisah. Bagaimanapun, Ivan membuatnya menanti terlalu panjang. Pangeran muda itu berkata ia ingin membersihkan diri supaya terlihat menarik di mata Yu Shi. Yu Shi sendiri tidak peduli seberapa menarik Ivan, yang ia pedulikan adalah menyelesaikan masalah ini secepatnya. Dan itu berarti, menghadapi Ivan secepatnya. Akhirnya, pintu terbuka. Keluarlah Ivan dari kamar mandi, tubuhnya hanya
Yu Shi menengadah. Tatapannya kembali menerawang. “Kakak Xun, bila kakek adalah aku saat ini, kau rasa, apakah yang akan ia lakukan?” Rong Xun hanya bisa membalasnya dengan tatapan hampa lantaran ia tidak mampu menjawab pertanyaan Yu Shi. Yu Shi sendirilah yang menjawab, “Itu tidak mungkin terjadi... Sebab kakek telah mampu mengantisipasi segala kemungkinan. Lain denganku yang terlalu mudah terpancing emosi ini.” Menyadari keputusasaan tengah melibat sahabatnya, Rong Xun berujar, “Aku yakin, kakekmu tetap akan melakukan hal yang sama denganmu. Karena yang tengah diculik adalah seseorang yang amat disayanginya. Siapapun dia, bila orang yang paling disayanginya direnggut dari sisinya, pasti akan berusaha untuk menyelamatkannya. Itu adalah pemikiran yang wajar dimiliki oleh seluruh manusia, Yu Shi. Pemikiran yang wajib dimiliki seorang pemimpin sejati. Kasih sayang. Dengan kasi
Yu Shi menarik nafas panjang. “Jangan kaukira hanya dirimu yang sengsara dan menderita. Semua orang memiliki kesusahan dan penderitaannya masing-masing. Kau tak tahu, aku dulu dibuang ke Yitmaiszk sebagai budak selama sembilan tahun sebelum akhirnya aku berhasil melarikan diri. Kau tentu tak mengerti bagaimana rasanya menjadi budak, harus bekerja siang dan malam walau tubuhmu sudah kelelahan, dan selalu dihina serta dimaki seakan kau sederajat dengan binatang...” Dan, bagaimana rasanya dihina karena dosa leluhurmu serta darah yang mengalir di dalam tubuhmu... Ivan berbisik lemah, “Aku memang pernah dengar akan kisahmu...” “Tapi aku tak pernah merasa pantas berbahagia di atas penderitaan orang lain, walaupun sekarang aku mempunyai kekuasaan yang cukup untuk membalas dendam pada orang-orang yang telah membuatku menderita.” Yu Shi menatap Ivan
“Kakak Xun, sebetulnya apa yang telah terjadi? Bisakah kau jelaskan padaku?” Mereka tengah mengendarai kuda yang melangkah dengan tenang. Langit malam maha luas, indah ditaburi bintang-bintang berkilauan. Rong Xun sendiri balas menatap Yu Shi, tersenyum. “Aku lupa memperkenalkan kalian. Ini Puteri Shirma dari Tukhestan.” Yu Shi memberi hormat. “Rupanya Anda seorang Puteri... Tapi, bagaimana mungkin...” Rong Xun tidak suka disela bila keterangannya belum selesai ia kemukakan. Ia berbalik menghadap Shirma. “Dan ini sahabatku, Han Yu Shi. Ia adalah Panglima Utama Negeri Liang.” Yu Shi tersentak kaget. Tidak disangkanya Rong Xun bisa seberani itu, mengungkap blak-blakan identitasnya pada seorang Tukhestan. Tapi Shirma sendiri terlihat tenang-tenang saja. Ia balas menghormat. “Terima kasih atas keb
“Ayo, kita pergi sekarang,” kata Yu Shi, sembari tersenyum ceria. Rong Xun tak dapat menahan rasa penasarannya. “Apa sebetulnya yang tengah kaurencanakan?” “Mencegah Raja Yerzhan bertindak lebih jauh dari yang seharusnya dia lakukan.” “Tuan Panglima, kau tenanglah. Ayahku tidak mungkin mencari masalah dengan kalian. Toh kalian telah menyelamatkanku!” kata Shirma. Yu Shi memandang Shirma. Inilah alasannya mengapa ia tidak bisa menyebutkan apa yang persisnya ia lakukan. Ia kembali tersenyum. “Ya, saya juga sangat mengharapkan demikian.” “Aku akan memastikannya! Karena kalian adalah penyelamat jiwaku!” Shirma memandang Rong Xun, dan Rong Xun ikut menukas, “Yu Shi, tenanglah. Putri Shirma sudah menjamin kita. Raja Yerzhan pasti akan menjamu kita dengan baik.” “Tentu saja.” Yu Shi tersenyum. Ia memang tenang, tapi bukan
“Kan sudah kubilang, Raja Yerzhan tidak akan peduli soal budi baik. Karena kakek telah memanfaatkan Putri Tukhestan untuk memadamkan pemberontakan Tukhestan. Jadi ia menganggap aku berbuat sama seperti kakekku, mencoba memikat putrinya untuk mendapat takhta.” Yu Shi menatap Rong Xun lekat-lekat. Rong Xun sendiri tidak mampu membalas, ia hanya bergumam pendek. “Untung kau meminta bantuan Guru Li...” Tuan Li ikut berujar. “Begitu kudengar kalian berniat menuju Tukhestan, aku tentu langsung pergi ke sana. Tukhestan jauh lebih berbahaya daripada Khanate ataupun Kishov karena mereka adalah suku bangsa yang paling membenci Han. Apalagi kudengar kalian langsung masuk ke Istana Khestagon.” Ia geleng-geleng kepala. Karena saat itu mereka ada di kamar yang sepi, Yu Shi berani bertanya blak-blakan. “Guru, sudahlah! Cepat beritahu kami di mana Puteri Feng Lan
Menyelundup keluar dari Istana tidaklah sulit, karena memang Raja Yerzhan telah sengaja mempermudah jalan keluar mereka. Namun Yu Shi dan Rong Xun sama sekali tidak mengira akan hal itu, mereka pikir Putri Shirma-lah yang telah berjasa dalam mencarikan jalan keluar. Begitu pula dengan perjalanan menuju Rumair. Bahkan telah tersedia dua ekor kuda bagi mereka. Mereka pun dapat tiba lebih cepat di Rumair. Kuda berhenti berderap. Yu Shi memandangi suasana di sekelilingnya. Ia refleks menggigit bibir. “Inikah Rumair...” Yang terhampar di hadapannya adalah pemandangan sebuah kota hantu. Ditambah dengan suasana kelam malam membuat kengerian semakin menjadi-jadi. Kabut tipis samar-samar membaurkan puing-puing yang berdiri di hadapan mereka. Genggaman tangan Yu Shi bergetar. Sementara Shirma refleks menggenggam tangan Rong Xun yang kontan terperangah