Share

Chapter 9

Author: Amelia Siauw
last update Last Updated: 2021-01-18 17:29:02

     Jenderal salah besar. Dia sendiri tidak pernah mengamati langsung para prajuritnya, karena itu dia tidak tahu seberapa besar rasa takut para prajurit terhadap An Dao Dui, dan strateginya yang memutar jalan berbelit-belit itu tidak melenyapkan ketakutan mereka, yang ada hanya memperpanjang perang dan semakin lama mengekang mereka dalam rasa takut. Kalau saja ada cara yang lebih baik... Secara kebetulan ia melihat salah seorang prajurit yang merupakan anak buahnya melintas. Yu Shi bergegas menghentikan si anak buah. "Kau tahu, seperti apa persisnya An Dao Dui?"

    "Maafkan saya, Tuan. Saya sendiri juga kurang mengerti karena belum pernah melihat mereka secara langsung. Hanya menurut kabar burung saja, kalau mereka..."

    "Ada di antara kalian yang pernah melihat An Dao Dui dengan mata kepala sendiri?"

    Si prajurit berpikir sejenak. "Katanya A Lan pernah bertatap muka langsung dengan mereka."

    "Kalau begitu, cepat panggilkan A Lan dan suruh dia menghadapku sekarang juga."

    "Laksanakan, Tuan!" Si prajurit membungkuk hormat dan bergegas pergi. Kurang kebih sepuluh menit kemudian ia kembali bersama seorang prajurit yang usianya telah mencapai pertengahan abad.

    "Kau pernah melihat An Dao Dui?" Yu Shi langsung ke pokok permasalahan.

    Prajurit tua bernama A Lan itu menjawab takzim, "Ya Tuan, semasa saya muda dulu."

    "Seperti apa rupa mereka yang sebenarnya?"

    "Wah... Hanya satu kata yang paling cocok untuk mendeskripsikan mereka; Mengerikan. Mereka tidak tinggi besar bahkan cenderung kecil, tapi mereka memiliki ilmu yang bahkan saya yakini tidak akan pernah dimiliki oleh manusia biasa lainnya. Mereka berlari secepat hantu, mereka bisa membunuh belasan orang dengan sekali tebasan pedang, bahkan pemimpinnya Song Qiu bisa langsung membunuh Jenderal terhebat dengan sekali lemparan Golok Kobaran Apinya." Dan Yu Shi bisa melihat tubuh A Lan gemetar karena takut.

    "Baiklah, kau boleh pergi," Yu Shi mengibaskan tangannya dan A Lan segera berlalu dari hadapannya. Kemudian ia memanggil prajurit muda tadi. "Hanya dia saja yang mengenal An Dao Dui?"

    "Tidak, masih banyak orang yang pernah melihat langsung An Dao Dui, tetapi kebanyakan mereka berada di barisan lain. Kalau di barisan kita, ya hanya A Lan saja."

    "Bisakah kau panggilkan mereka kemari?"

    "Baik, Tuan." Si prajurit kembali keluar. Ia lalu membawa kira-kira dua puluh orang kembali untuk ditanyai, namun jawaban mereka semua persis dengan A Lan. An Dao Dui dalam benak mereka benar-benar menakutkan  selayaknya pasukan yang datang dari Neraka.

    "Sudahlah Yu Shi. An Dao Dui itu benar-benar ada dan menakutkan. Panglima Liu sendiri juga berkeyakinan seperti itu, kan? Lebih baik kita ikuti saja instruksi mereka, mereka toh lebih berpengalaman dibanding kita, pasti tidak akan ada apa-apa," Cao Xun berusaha untuk menenangkan Yu Shi yang tampaknya mulai dilanda frustrasi.

    Yu Shi memang sangat frustrasi. Ketakutan pasukannya akan An Dao Dui persis  seperti ketakutan orang yang divonis kena penyakit mematikan. Bahkan jumlah pasukannya mulai menyusut karena banyak di antara mereka yang melarikan diri. Dan yang masih bertahan pun juga tidak berada dalam posisi baik. Mereka tidak nafsu makan, tidak bisa tidur serta uring-uringan sepanjang waktu. Bahkan Yu Shi kerap menemukan ada yang mulai  membuat surat wasiat,  atau surat-surat  curahan hati pada keluarga ataupun kekasih mereka seakan mereka pasti mati besok harinya.

    "Ketakutan mereka terlalu berlebihan! Aku curiga ini pasti akibat hasutan musuh!" Yu Shi mendesah keras.

    Menanggapinya, Cao Xun hanya mengangkat bahu, "Lantas, bagaimana kau bisa meyakinkan mereka kalau anggapan mereka itu yang salah?"

***

    Pasukan kekaisaran mulai bergerak menuju Song Shan. Strategi yang dipakai Panglima Liu masih sama; menyerang di pagi buta saat musuh masih terlelap.

    Namun kali ini keadaan ternyata berbalik; pasukan Cheng Xi Bo-lah yang terlebih dahulu menyerang, tepat di saat bulan purnama bertengger di langit malam. Sinarnya yang pucat keperakan menerangi dengan samar-samar dunia yang kini saling berseteru. Semakin lama semakin panas semakin rusuh dan Yu Shi pun akhirnya melihatnya.

    Bertubuh kerdil namun tampak kekar dan berotot,  mereka muncul dari balik kabut malam yang tebal. Namun walaupun mereka semua berpakaian serba hitam dan memakai cadar penutup wajah, seluruh prajurit masih dapat mengenali siapa mereka  pancaran bola mata pasukan bercadar itu menyorotkan kekejian dan keberingasan yang seakan dapat menusuk sampai jauh ke tulang. Seolah angin dingin kutub bumi tengah lewat berhembus, membekukan semua orang yang ada di sana. Dan beberapa saat kemudian, A Lan  dengan tubuh gemetaran hebat dari kepala sampai kaki  berseru histeris, "Pasukan Jalan Kegelapan An Dao Dui!"

      Sesaat tidak ada yang berani bergerak, kemudian sekonyong-konyong pasukan bercadar itu melesat, mulai memainkan senjata mereka. Dalam hitungan menit, puluhan prajurit di barisan terdepan segera menjadi korban.

    "Tidak ada gunanya ketakutan seperti itu! Maju! Serang!!!" Yu Shi berseru memberi komando. Para prajurit pun mengangkat senjata, namun bukan untuk menyerang, melainkan bertahan dari kepungan musuh serta rasa takut akan kematian. Mereka mengayunkan pedang dengan beringas, namun sepertinya usaha mereka sia-sia belaka, mereka jelas tidak bisa mengimbangi kecepatan dan keganasan pasukan An Dao Dui. Kepala-kepala naas terpenggal satu demi satu, jumlah pasukan kerajaan menyusut secara drastis, dan Yu Shi hanya bisa termangu.

    "Yu Shi!!! Belakangmu!!!"

    Yu Shi tidak sempat menoleh  serangan itu sama cepatnya dengan seruan peringatan Cao Xun.Ia melesat menghindar tepat ketika sebuah lecutan menggores wajahnya dan kemudian menimbulkan dentuman amat memekakkan telinga tepat di belakangnya.

    "Kapten muda yang amat lihai atau kau hanya bernasib mujur? Selama ini, tak ada seorang pun yang mampu menghindari Lecutan Golok Kobaran Api-ku"

    Suara itu bernada khas; rendah, dingin, dan sarat dengan kegeraman. Yu Shi memandangi penyerangnya yang kini berdiri tepat di hadapannya. Lamat-lamat, ia bertanya, "Kaukah yang bernama Song Qiu?"

    Cadar yang menutupi wajah si penyerang bergerak-gerak, sepertinya ia sedang tersenyum. "Anak muda yang hebat, kau bisa langsung mengenaliku dalam sekejap. Ah, benar-benar sangat disayangkan, anak muda sehebat dirimu malah ditakdirkan untuk mati."

    "Bagaimana kau tahu aku pasti bakal mati?"

    "Itu pasti. Kau tentunya tahu, kami pasukan An Dao Dui dijuluki pasukan dari Neraka. Kami lah yang memutuskan apakah seseorang layak atau tidak dibiarkan hidup. Kami lah sang Dewa Kematian!"

    Ia berseru sembari mengayunkan goloknya. Tetapi Yu Shi lebih cepat. Ditariknya kekang kudanya, dipaksanya kudanya memutar ke belakang, dan kemudian ia sudah melesat pergi, melarikan diri. Di belakangnya, Song Qiu berseru-seru, "Percuma saja kau lari, Pengecut Cilik! Kau tak akan bisa meloloskan diri dariku!"

      "Mundur! Pasukan mundur!" Yu Shi memberi aba-aba. Pasukannya yang telah terdesak dengan senang hati menuruti perintahnya, bahkan termasuk pasukan dari barisan lain.

    Pasukan An Dao Dui terang saja tidak segera membiarkan mereka mundur. Di lain pihak, Yu  Shi kembali berseru, "Barangsiapa yang tidak berlari dengan cepat, akan mati dibunuh An Dao Dui!!!"

    Seruan Yu Shi membuat pasukannya mampu berlari lebih cepat dari seharusnya. Mereka semua berhasil menyelamatkan diri dan kembali ke kemah mereka.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 105

    Yu Shi menoleh ke arah Rong Xun. Sahabatnya mengangguk kecil. Walaupun tidak terucapkan kata-kata, namun pandangannya telah mengucapkan ribuan kata yang tak terungkap dengan teramat jelas. Yu Shi menengadahkan wajahnya, menegakkan tubuhnya, dan keluar dari tempat persembunyiannya, berjalan tepat menuju Tuan Li dan Feng Lan yang tak ayal sangat terkejut melihat kedatangannya. Feng Lan sampai terbelalak lebar. Sementara Tuan Li berdehem, dan pelan-pelan meninggalkan tempat mereka tanpa suara. Keadaan menjadi sangat hening. Mereka berdua hanya saling berhadapan tanpa berucap sepatah katapun. Sinar bulan berkedip, cahayanya menjadi lebih terang semenjak awan bergeser menjauhinya. Yu Shi mendehem. "Putri Feng Lan... aku telah mendengar seluruh percakapanmu dengan Guru Li..." Muncul semburat merah menghiasi pipi Feng Lan. "Ak

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 104

    "Guru! Ini bukan soal dendam pribadi! Mereka adalah tawanan negara!" Rong Xun memotong. "Aku tidak sedang bicara padamu!" Rong Xun tergugu. "Tetapi kepadamu, Yu Shi. Walaupun kau kaisar, namun kau tetaplah muridku. Karenanya aku harus membimbingmu." Yu Shi hanya diam membisu. "Kakekmu adalah seorang yang terus menyimpan amarah masa lalu dan penderitaan yang tak bisa ia ungkapkan. Karenanyalah, ia bertindak sadis dan semena-mena terhadap orang lain. Karena ia tidak bisa memaafkan dunia dan masa lalunya. Tapi, walaupun ia telah meraih banyak kesuksesan, apakah ia bahagia? Tidak, ia selalu menderita. Makanya ia sangat menyesali mengapa tak daridulu ia membuang semua dendam dan amarahnya, dan saat ia ingin melakukannya, kematian telah menunggunya. Yu Shi, tahukah kau? Kau yang sekarang sama dengan kakekmu! Kau dikuasai amarah dan dendam! Padahal kakekmu mengharapkan keturunannya menjadi

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 103

    Di pihak lain, di dalam sel. Ternyata Xiu Lan telah masuk ke sana. Setelah seharian ia berpikir, hanya ia sendiri yang menjalani hidup bahagia dan tenteram sementara keluarganya yang lain akan menjalani hukuman mati, ia merasa sangat resah. Ternyata Xiu Lan merupakan anak yang baik, hanya perilakunya saja yang memang kurang matang, namun hatinya sungguh baik. Ia pun menyusup masuk ke dalam sel, dan menuntut untuk ikut menjalani eksekusi bersama. Ying Lan sampai menangis terharu dan memeluknya erat-erat. "Kakak, jangan menangis. Kau membuatku sedih," kata Xiu Lan. Ying Lan mengusap airmatanya. "Kalau saja aku tahu akan jadi begini, aku akan baik-baik terhadapmu!..." Saat itulah Feng Lan tiba. Ia juga tercegang melihat keberadaan Xiu Lan. Di pihak lain, orang-orang dalam sel juga sama tercegangnya saat melihatnya. "Feng Lan, kau juga sama seperti kami?..." Ying Lan bertanya tak percaya

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 102

    Mereka kini berjalan menyusuri istana, aula istana, lorong-lorong, taman dalam... dan mereka semuanya diam, hening. Feng Lan meremas jari-jari tangannya. Perjalanan yang mereka tempuh sungguh panjang, sebelum mereka tiba di akhir perjalanan mereka; Paviliun Shu Ling. Dikelilingi taman yang indah, Paviliun Shu Ling merupakan paviliun yang amat asri dan rindang. Seharusnya senantiasa terjadi percakapan yang menyenangkan hati di sana, namun kali ini suasananya berbeda - suasana yang dipenuhi ketegangan. Feng Lan meremas tangannya kuat-kuat. Ia pandangi Yu Shi yang masih tetap berjalan di depannya dan memunggunginya walaupun mereka telah sampai di tempat tujuan, sangat lama. Dan ketika Yu Shi membalikkan tubuhnya, Feng Lan dapat melihat ekspresi wajahnya yang sayu dan sendu. Feng Lan menggigit bibir. Ia sangat terkejut melihat raut wajah sang kaisar muda, yang kini banyak dipenuhi kerut, dan terdapat lingkar

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 101

    Penyerangan Han ke Liang tidak memakan waktu lama. Sudah sangat terlambat bagi Liang untuk mempersiapkan diri. Walaupun kini Ying Lan bekerja ekstra keras untuk menutupi kegagalannya, ia tetap harus menerima bahwa, hanya dalam kurun waktu tiga minggu pintu gerbangnya telah dibuka dan para prajurit musuhpun dapat dengan mudah meringkus para anggota kerajaan. Termasuk pula Feng Lan. Feng Lan memang datang di saat yang tidak tepat. Saat ia tiba di istana bersamaan dengan saat ketibaan para prajurit Han. Otomatis ia ikut tertangkap. Tapi tak apa. Aku jadi bisa bertemu dengan Yu Shi, pikirnya saat berada dalam kereta tawanan. "Kakak... aku takut..." Di sebelahnya, Xiu Lan berkata, tangannya yang gemetaran hebat memegang erat tangan kakaknya. Feng Lan mengusap rambut adiknya. "Tenanglah. Ada kakak di sampingmu..." &

  • THE HEIR OF DRAGON   Chapter 100

    "Kabar baik, Paduka! Song telah kita kuasai!" Komandan Besar Rong Xun memberi laporan. Duduk di singgasana, Yu Shi mengangguk. "Bagus," jawabnya singkat. Kini, ia memang terkenal suka memberikan jawaban singkat. Jangan mengharapkan jawaban panjang darinya. Rong Xun melanjutkan, "Dan kini kami tengah mengarah ke sasaran terakhir kita - Liang." Seluruh menteri di aula yang sangat luas itu mendesah, bergairah. Pula mereka tahu bahwa menaklukkan Liang adalah harapan terbesar pemimpin mereka. Ketika Liang ditaklukkan, maka Han akan mengulang kejayaannya menguasai dunia seperti dahulu kala. Tidak sesuai dengan dugaan orang-orang, mimik Yu Shi sama kakunya dengan sebelumnya. "Laksanakan," katanya pendek. "Perintah dari Paduka Yang Mulia, Laksanakan!" Rong Xun berseru. Setiap orang pun langsung masuk ke posnya masing-masing, siap be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status