-35-
Janji sumpah setia telah diucapkan dengan lancar oleh kedua mempelai. Diiringi dengan kabut di mata kedua pasang orang tua masing-masing. Demikian pula dengan para tamu yang hadir, semuanya ikut larut dalam keharuan proses penyatuan kedua insan tersebut.
Theo mengangkat kain penutup wajah Nadine, merapikannya dengan hati-hati di atas kepala sang istri. Pria itu mengulaskan senyuman sebelum memajukan tubuh dan mengecup dahi Nadine yang memejamkan matanya.
Teriakan teman-teman yang memanas-manasi suasana agar Theo mengecup bibir Nadine, dibalas tawa kecil kedua pengantin. Sesaat mereka beradu pandang dengan penuh rasa bahagia dalam hati.
Beberapa detik berlalu, kemudian tubuh Nadine menegang ketika Theo kembali mendekat sambil berbisik,"Aku sayang kamu, Istriku yang seksi."
Nadine membeliakkan mata, tetapi bibirnya membentuk sebuah senyuman. Merasa senang atas ungkapan jujur dari Theo yang telah sah me
-36-Malam semakin larut. Pesta pernikahan telah usai. Satu per satu orang menuju kamar dan cottage masing-masing, yang telah disewa oleh keluarga Nadine selama dua hari. Untuk acara ini Pak Daniel tidak segan-segan mengeluarkan biaya banyak, karena ingin memberikan kenangan terindah untuk putri kesayangannya.Pria paruh baya itu menatap punggung Nadine yang tengah berjalan menjauh dengan dituntun oleh Theo. Matanya kembali mengabut karena merasa telah kehilangan hak pada sang putri. Sekarang Theolah yang akan bertanggung jawab atas kehidupan Nadine."Jangan nangis, Pi," ucap Bu Rianti yang ternyata sudah berada di samping Pak Daniel."Papi nggak nangis, ini cuma kelilipan doang," kilah pria berkulit putih tersebut, merasa malu karena ketahuan tengah menangis oleh istrinya.Tawa kecil Bu Rianti akhirnya membuat Pak Daniel pun turut tertawa. Pria itu melingkarkan tangan di pinggang istrinya dan mendaratkan kecupan di peli
-37-"Na." Suara khas Bu Rianti yang disertai dengan ketukan di pintu, menyapa pagi hari Nadine yang bergegas bangun.Perempuan berambut panjang itu jalan dengan sedikit gontai. Membuka pintu dan melongok ke luar, beradu pandang dengan seraut wajah sang mami yang tengah tersenyum lebar."Ya, Mi?" tanya Nadine."Sarapan, yuk!" ajak Bu Rianti sambil mengulurkan tangan ke leher sang putri. "Theo geragas sekali," sambungnya seraya terkekeh.Mata Nadine seketika membola. Refleks menyentuh leher dan mengira-ngira ada apa di sana."Tutupin pake foundation dan bedak tebal. Nggak mungkin kamu pake syal kan."Nadine mengangguk ragu-ragu, dan hanya bisa memandangi punggung maminya yang jalan menjauh sambil tetap tertawa kecil. Setelah menutup dan mengunci pintu, Nadine bergegas menuju meja rias.Pekikan kecilnya membangunkan Theo yang seketika langsung bangkit dan duduk di tempat tidur. P
-38-Napas Theo tersekat ketika melihat sosok Nadine yang jalan ke luar dari lorong toilet. Tatapan tajam sang istri terasa menghunjam kalbunya. Firasat buruk seketika menghantam hati, tetapi Theo tetap berusaha untuk menampilkan sikap tenang dan raut wajah santai.Kala Nadine sudah berada di hadapan, pria bertubuh tinggi itu mengulaskan senyuman yang diharapkan bisa mencairkan suasana. Akan tetapi, Nadine malah melengos dan berlalu, melenggang pergi menuju gerbang untuk naik ke terminal keberangkatan.Theo menggeleng pelan. Menarik ransel yang tadi diletakkannya di kursi tunggu, kemudian jalan cepat mengejar Nadine. Setelah melewati gerbang masuk dan menaiki eskalator, Nadine jalan mendahului dan memasuki sebuah toko di deretan kiri."Na, kita ngopi di situ aja," tunjuk Theo pada sebuah kafe di sebelah kanan."Jangan belagu deh, di situ kan mahal!" ketus Nadine yang membuat Theo terkejut.Pria itu hanya bisa pasrah sa
-39-"Kamu ... mau apa?" cicit Nadine ketika Theo mendekat sembari membuka kausnya dan melemparkan benda itu ke lantai."Menurutmu?" Theo balas bertanya sambil melepaskan sabuk. Mendudukkan diri di sebelah kiri Nadine dan menyentuh rambut sang istri yang tampak tegang."Jangan pernah ngajak aku bercinta lagi!" bentak Nadine. Perempuan itu menggeser tubuh menjauh, tetapi Theo semakin bergeser mendekati. Tak peduli Nadine memandanginya dengan tajam."Kenapa? Kita kan sudah sah menikah. Aku dan kamu menjadi satu," balas Theo sembari mengernyitkan dahi."Kamu lupa, pernikahan kita ini cuma pernikahan kontrak. Setahun langsung selesai!""Aku nggak pernah menandatangani kontrak, Na. Cuma kamu doang. Cek aja!""Pokoknya aku nggak mau terus-terusan nikah sama cowok penipu!"Theo terkesiap, memajukan tubuh dan menatap wajah Nadine lekat-lekat. "Apa maksudmu? Aku nggak ngerti.""Jangan pu
-40-Langit sudah terang saat Theo terbangun di pagi hari itu. Setelah menguap dan mengucek mata beberapa kali, pria berambut cepak itu mengedarkan pandangan ke sekeliling. Tatapannya terhenti di sebelah kanan, di mana Nadine masih bergelung dalam selimut.Pria tersebut melebarkan senyuman, mengulurkan tangan dan merapikan rambut sang istri yang berantakan di atas bantal. Dia memandangi raut wajah cantik perempuan tersebut sambil mengucap syukur dalam hati.Kini hatinya telah mantap seiring dengan membesarnya rasa cinta untuk Nadine. Theo berjanji tidak akan menyakiti perasaan sang istri, apalagi sampai harus bercerai.Membayangkan harus berpisah membuatnya menggeleng tanpa sadar. Theo benar-benar tidak mau hal itu terjadi dan dia akan berusaha keras untuk mewujudkan rumah tangga yang harmonis, dan meyakinkan Nadine agar tetap bersamanya sampai kapan pun.Perhatian Theo teralihkan oleh getaran di ponselnya yang berada
-41-Masa bulan madu sudah berakhir. Hari ini Theo dan Nadine berangkat kembali menuju Jakarta. Pasangan pengantin baru itu merasa enggan untuk pulang, tetapi karena pekerjaan sudah menunggu, mau tidak mau mereka harus kembali.Terutama Theo, dia ingin segera bertemu dengan Fenita dan membahas tentang rencana gadis itu untuk melanjutkan menjebak Bagaskara. Theo memang belum menceritakan tentang hal itu pada Nadine. Dia tidak mau bila istrinya akan merasa khawatir akan keselamatan diri mereka.Theo sudah mengatur rencana bersama Samuel. Tanpa sepengetahuan Nadine, Theo telah menelepon Samuel dan menceritakan perihal rencana Bagaskara. Kakak iparnya itu bersedia untuk membantu Theo menghadapi Bagaskara, dan membantu pria itu dalam kepemimpinan perusahaan, sesuai keputusan Pak Daniel.Theo juga sudah menghubungi Anto, dan memintanya untuk ikut membantu usahanya menggagalkan rencana Bagaskara. Theo yakin bila Bagaskara pasti akan bermain de
-42-Pak Dibyo, pria paruh baya yang merupakan pengacara perusahaan milik Pak Daniel, tiba di kantor polisi terdekat dengan kediaman Nadine dan Theo. Pria berkumis tebal itu datang bersama kedua asistennya yang langsung sibuk di kantor Kapolsek, sedangkan Pak Dibyo sendiri mengajak pasangan pengantin baru itu beserta Anto, menuju sebuah rumah makan yang berada tepat di sebelah kanan polsek."Papimu udah nyerahin semuanya ke om, Na. Sekarang terserah kamu dan Theo. Apa ini mau dilanjutkan ke ranah hukum atau gimana?" tanya Pak Dibyo, sesaat setelah memesan minuman pada pelayan."Menurut Om, bagusnya gimana?" Nadine balas bertanya. "Sebetulnya aku udah bete sih, pengen menghajar Bagas, tapi kayaknya bukti-bukti kita belum komplit, ya?" lanjutnya sambil mengerutkan dahi."Nah, benar itu. Kalau menurut om, lebih baik memang kita kumpulkan bukti dulu. Tuduhan pengintaian pada orang-orang suruhannya pun nggak membuat mereka dipenjara, N
-43-Keesokan harinya.Tubuh tegap pria berkulit kuning langsat itu melangkah memasuki gedung perkantoran. Para petugas keamanan dan resepsionis menyapanya sambil menundukkan kepala sedikit. Sementara pria itu membalas dengan anggukan kepala.Langkah pria tersebut berhenti ketika sudah berada di dalam lift. Beberapa orang karyawan yang kebetulan sudah berada di sana pun menyapanya dengan anggukan sopan yang dibalas pria itu dengan seulas senyuman manis.Sesampainya di lantai tujuan, pria berambut cepak itu melangkah ke luar lift. Menyusuri lorong yang diisi kubikel para karyawan yang seketika berdiri menyambut kedatangannya.Santi pun melakukan hal yang sama setelah selama beberapa detik tertegun mengagumi penampilan Theo yang sangat berbeda dari biasanya.Theo yang dikenalnya selama beberapa tahun terakhir selalu mengenakan kemeja dan celana kain saja, sesekali berganti dengan celana jeans dan kaus yang mencetak b