Home / Urban / THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan / Bab 05-Toko Koran - Part II - end

Share

Bab 05-Toko Koran - Part II - end

Author: Aljum'ah R
last update Last Updated: 2025-02-08 10:39:46

Suatu sore, setelah menyelesaikan pekerjaan di toko, Thomas kembali ke rumah dengan hati yang lebih ringan. Dia membawa beberapa roti dan sayuran yang telah dibeli menggunakan uang yang diberikan oleh Sam. Namun, saat dia membuka pintu rumah, dia melihat adiknya, Jack dan Murphy, duduk di sudut ruangan dengan mata yang masih lelah.

“Ini untuk kalian,” kata Thomas sambil membagikan makanan yang dia bawa. Jack dan Murphy langsung menyantap roti dengan lahap, sementara Thomas duduk di samping mereka, menatap mereka dengan penuh kasih sayang.

Namun, kali ini ada sesuatu yang berbeda. Murphy, yang biasanya ramah dan ceria, tampak lebih tenang dan bijaksana. Dia memandang Thomas dengan mata yang berkaca-kaca, seolah-olah memahami lebih dari yang bisa dijelaskan oleh kata-kata.

“Kakak, aku melihatmu sering pergi ke daerah itu,” kata Jack dengan suara yang lembut. “Apa kau pernah ketemu dengan orang-orang berbahaya?”

Thomas merasa jantungnya berdetak kencang. Dia tidak ingin adiknya tahu terlalu banyak tentang situasi mereka. “Aku hanya mencari uang untuk kita semua. Tidak ada yang perlu kau khawatirkan, Jack.”

Namun, Murphy, yang lebih muda dan polos, mendekati Thomas dan menyentuh sudut bibirnya yang berbulu. “Aku tahu ada sesuatu, Kak. Aku bisa merasakannya.”

Thomas menatap adiknya dengan perasaan campur aduk. Dia ingin mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja, tetapi dia tidak tahu bagaimana caranya. “Tidak ada apa-apa, Murph. Kita akan mendapatkan makanan lagi besok.”

Namun, di dalam hatinya, Thomas tahu bahwa dia harus lebih berhati-hati. Dia mulai menyadari bahwa peranannya di toko koran mungkin memiliki dampak yang lebih besar dari yang dia bayangkan. Pertemuan dengan Sam dan pekerjaan barunya telah membuka pintu menuju dunia yang sebelumnya tidak dia ketahui, dunia yang penuh dengan rahasia dan bahaya.

Seiring berjalannya waktu, Thomas mulai memahami bahwa Sam bukanlah orang biasa. Ada sesuatu yang misterius dan mungkin gelap di balik kebaikan dan bantuan yang diberikan oleh Sam. Dia mulai menyelidiki lebih lanjut tentang alamat-alamat yang dia antarkan koran, mencoba mencari petunjuk tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Pada suatu malam, setelah menyelesaikan tugasnya, Thomas memutuskan untuk mengintip ke dalam salah satu alamat yang dia kunjungi. Dia menyembunyikan diri di balik bayangan, memperhatikan sekelompok pria yang sedang berkumpul di dalam sebuah rumah tua. Mereka tampak serius, berbicara tentang sesuatu yang penting. Thomas merasa hati-hatinya berdetak kencang, namun rasa ingin tahunya membuatnya tidak bisa berhenti mengamati.

Saat dia melihat salah satu pria menarik sebuah tas besar dari dalam rumah, Thomas merasa ada yang tidak beres. Tas itu terlihat berisi barang-barang berharga, mungkin senjata atau barang ilegal lainnya. Dia menyadari bahwa koran yang dia bawa sebenarnya adalah alat untuk menyampaikan pesan atau transaksi rahasia antara Sam dan pihak-pihak tertentu di dunia bawah kota.

Thomas merasa kecewa dan bingung. Dia tidak pernah menyangka bahwa pekerjaannya di toko koran akan membawanya ke dalam dunia kriminal. Rasa bersalah mulai menghinggapi dirinya karena telah terlibat dalam sesuatu yang jauh lebih besar dan berbahaya daripada yang dia bayangkan.

Pada saat itulah, Sam masuk ke dalam rumah untuk mengambil koran yang akan dikirim ke alamat tersebut. Thomas merasa bahwa waktunya hampir habis untuk pergi, namun sebelum dia bisa bergerak, Sam menatapnya dengan mata yang penuh rahasia.

“Kau sudah cukup penasaran, Thomas,” kata Sam dengan suara yang tenang namun penuh kekuatan. “Aku tahu kau mulai memahami lebih banyak tentang apa yang kita lakukan di sini.”

Thomas terkejut dan bingung. “Apa maksudmu, Paman Sam? Saya hanya menjalankan tugas saya.”

Sam mendekatinya, matanya menatap tajam. “Kau lebih dari sekadar pekerja, Thomas. Aku melihat potensi besar dalam dirimu, dan aku tahu bahwa kau bisa lebih dari yang kau pikirkan.”

Thomas merasa ada sesuatu yang sangat penting dan berbahaya yang sedang terjadi, namun dia tidak tahu harus berkata apa. “Saya tidak mengerti, Paman Sam.”

Sam tersenyum misterius. “Semua akan terungkap pada waktunya. Untuk sekarang, teruslah bekerja dengan jujur dan tetap waspada. Dunia bawah kota ini penuh dengan rahasia, dan kau akan menjadi bagian darinya.”

Dengan kata-kata itu, Sam meninggalkan Thomas yang masih terdiam, mencoba mencerna apa yang baru saja dia dengar. Dia menyadari bahwa pekerjaannya di toko koran lebih dari sekadar menyapu dan menyemir sepatu. Dia terlibat dalam jaringan yang lebih besar, sesuatu yang mungkin tidak bisa dia kendalikan.

Saat malam semakin larut, Thomas kembali ke rumah dengan pikiran yang penuh kebingungan. Dia duduk di samping Jack dan Murphy, mencoba menyembunyikan kekhawatiran yang mulai menguasainya. Namun, dia tahu bahwa dia tidak bisa terus hidup dalam kebingungan dan ketakutan. Dia harus mencari cara untuk melindungi keluarganya tanpa terjebak lebih dalam ke dalam dunia yang gelap ini.

Thomas terbaring di tempat tidurnya, menatap langit yang dipenuhi bintang melalui jendela reruntuhan rumah mereka. Dia merenung tentang semua yang telah terjadi dalam beberapa minggu terakhir. Dari seorang anak jalanan yang terpaksa berjuang untuk keluarganya, dia sekarang terlibat dalam jaringan rahasia yang tidak dia ketahui sebelumnya.

Dia memutuskan bahwa dia harus mencari tahu lebih banyak tentang peranannya di toko koran dan siapa sebenarnya Sam. Namun, dia juga tahu bahwa ini adalah risiko besar. Jika dia terlalu penasaran, dia bisa membahayakan dirinya dan keluarganya. Namun, rasa tanggung jawab dan keinginannya untuk melindungi Jack dan Murphy membuatnya terus maju.

Dengan tekad yang baru, Thomas berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan menemukan kebenaran di balik semua ini, meski itu berarti harus menghadapi bahaya yang lebih besar. Dia tahu bahwa jalan di depannya penuh dengan tantangan, tetapi dia siap untuk menghadapinya demi masa depan yang lebih baik bagi keluarganya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 35 - Transformasi Thomas - Part 04

    Ia menghindari pukulan lurus dengan gerakan slipping, memiringkan kepala hanya beberapa inci dari tinju George.Hook kanan datang cepat, tetapi Thomas mengangkat sikunya untuk menangkis, merasakan benturan yang nyaris mematahkan tulangnya.Saat tendangan putar melesat, Thomas melompat mundur, menggunakan momentum George untuk memperhitungkan serangan balasan.Dan di situlah momen itu datang.Saat sikutan George mengarah ke lehernya, Thomas menurunkan tubuhnya, merendah, lalu meluncurkan uppercut langsung ke ulu hati George.DUG!Untuk pertama kalinya, George terdorong mundur.Thomas tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dengan kecepatan yang ia pelajari dari pertarungan ke-99, ia menyerang balik.Elbow strike ke rahang.Tendangan rendah ke lutut.Sebuah pukulan straight ke arah dada.Namun, George bukan lawan yang mudah. Saat serangan ketiga hampir mengenai, George tiba-tiba berbalik, menggunakan energi Thomas sendiri untuk menjatuhkannya dengan teknik grappling.Thomas terhuyung, teta

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 34 - Transformasi Thomas - Part 03

    Serigala itu tidak sendiri. Ada lima ekor lain yang mengintainya dari balik pepohonan.Thomas tahu bahwa ia harus bertarung.Ia mengambil tongkat besar yang terbakar di ujungnya dan mengayunkannya ke arah serigala pertama. Hewan itu mundur, tetapi lima lainnya bergerak mendekat. Ia tidak bisa melawan mereka semua.Pilihannya hanya satu "Lariiiii."Dengan cepat, ia berbalik dan berlari melewati hutan, napasnya tersengal. Ia melompati akar pohon, menerobos semak-semak, sementara suara cakar-cakar tajam mendekatinya dari belakang. Ia tidak bisa berhenti.Setelah hampir satu menit penuh berlari, ia melihat celah sempit di antara dua batu besar. Tanpa berpikir panjang, ia meluncur masuk dan menekan tubuhnya ke dalam ruang kecil itu. Serigala-serigala itu berhenti di luar, menggeram marah, tetapi tak bisa menjangkaunya.Ia menunggu, menahan napas, hingga akhirnya suara mereka menghilang.Malam itu, ia tidak bisa tidur. Ia menyadari satu hal: tempat ini tidak akan memberinya belas kasihan. J

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 33 - Transformasi Thomas - Part II

    Ia menggoreskan bilahnya ke telapak tangannya sendiri. Darah segar menetes ke dalam gelas kosong di tengah mereka.Tanpa ragu, Flynn mengambil pisau itu dan mengikuti, menyayat telapak tangannya sendiri sebelum meneteskan darahnya ke dalam gelas. "Setiap misi, setiap pertempuran, setiap kejatuhan… kita tetap satu."Alex, dengan tatapan penuh tekad, mengulangi ritual yang sama. "Kita tidak akan pernah berdiri sendirian. Kita adalah satu jiwa dalam empat tubuh."Akhirnya, Thomas mengambil pisau itu, merasakan dinginnya baja di kulitnya sebelum menyayat telapak tangannya sendiri. Darahnya bercampur dengan darah saudara-saudaranya, mengukuhkan sumpah yang lebih kuat dari sekadar kata-kata.Ia mengambil gelas itu, memutarnya pelan sebelum meneguknya. Darah hangat mengalir di tenggorokannya, bukan sebagai simbol kelemahan, tetapi sebagai bukti tak terbantahkan bahwa mereka telah memilih jalan yang sama. Tanpa ragu, gelas itu berpindah ke Alex, lalu ke Diego, dan terakhir ke Flynn. Mereka me

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 32- Transformasi Thomas - Part I

    Setelah berminggu-minggu menjalani latihan intensif di akademi, Thomas mulai merasakan perubahan dalam dirinya. Ia menjadi lebih cepat, lebih kuat, dan lebih waspada. Namun, dalam setiap latihan, ia juga mulai menyadari batasannya. Meskipun telah melalui berbagai skenario pertempuran, Thomas tahu bahwa ia masih jauh dari kata siap untuk menghadapi ancaman Black Dawn yang sesungguhnya.Sebuah komunikasi rahasia terjadi di salah satu markas Heptagon. Mr. Ice, salah satu The Council, telah berbicara dengan George Simbian secara langsung."Anak itu punya potensi," kata Mr. Ice dengan suara dingin khasnya. "Tapi dia belum siap. Jika dia ingin bertahan dalam perang berikutnya, dia harus menjadi lebih dari sekadar prajurit biasa."George menyilangkan tangan. "Kau ingin aku melatihnya secara khusus?""Ya. Tapi aku tidak ingin kau menawarkan diri. Jika Thomas benar-benar siap, dia akan datang kepadamu sendiri."George mengangguk paham. "Baik. Jika dia cukup cerdas untuk menyadari kelemahannya,

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 31 - Bayangan dan Ancaman- Part II

    Thomas tersenyum, tetapi ia tahu ada kebenaran dalam ucapan mereka. Ia memang berubah. Setelah melihat kematian, menyaksikan bagaimana Heptagon mengendalikan dunia kriminal, dan mengalami langsung pertarungan brutal, ia tidak bisa kembali menjadi siswa biasa yang hanya menjalani pelatihan tanpa memahami konsekuensinya.Keesokan harinya, Thomas kembali ke rutinitas akademi tetapi dengan nuansa yang berbeda. Di lapangan latihan, setiap tatapan yang diarahkan padanya terasa berat. Sebagian besar siswa lain melihatnya dengan rasa hormat, beberapa dengan iri, dan yang lain dengan waspada.Tidak seperti biasanya, Saat sesi Latihan kali ini, George Simbian adalah instruktur hari itu menggantikan Antonov, dan dia telah menanti terlebih dahulu dilapangan. "Hayooo….berkumpul lebih cepat, PARA BAJINGAN, kalian fikir kita sedang-piknik". Mendengar teriakan George. para siswa panik, berlari dan segera cepat membentuk barisan. Diego mendengar suara yang tidak asing baginya, spontan menepuk jidatn

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 30 - Bayangan dan Ancaman- Part I

    Langit malam di Afrika Selatan terbentang luas, bertabur bintang yang bersinar di atas kota Johannesburg. Thomas berdiri di balkon kamar hotelnya, menghirup udara malam yang segar, tetapi pikirannya jauh dari ketenangan yang ditawarkan kota ini. Sudah dua minggu sejak operasi besar-besaran Heptagon menghancurkan Black Dawn di Afrika, tetapi jauh di dalam dirinya, ia tahu bahwa ini bukanlah akhir. Perang yang sebenarnya baru saja dimulai.Di belakangnya, suara langkah kaki mendekat. Thomas menoleh dan melihat Sebastian N'Dour berdiri dengan tangannya disilangkan di dada, ekspresi wajahnya tetap setenang biasanya."Kau seharusnya menikmati malam terakhir di Afrika sebelum kembali ke akademi," ujar Sebastian.Thomas mengangguk pelan. "Sulit untuk merasa lega ketika kita tahu bahwa ini belum selesai."Sebastian tersenyum tipis dan mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya sebuah pisau berbilah hitam dengan ukiran tribal khas Afrika. Ia menyerahkannya kepada Thomas."Ini sebagai kenang-kenan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status