Home / Urban / THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan / Bab 31 - Bayangan dan Ancaman- Part II

Share

Bab 31 - Bayangan dan Ancaman- Part II

Author: Aljum'ah R
last update Last Updated: 2025-02-16 13:51:39

Thomas tersenyum, tetapi ia tahu ada kebenaran dalam ucapan mereka. Ia memang berubah. Setelah melihat kematian, menyaksikan bagaimana Heptagon mengendalikan dunia kriminal, dan mengalami langsung pertarungan brutal, ia tidak bisa kembali menjadi siswa biasa yang hanya menjalani pelatihan tanpa memahami konsekuensinya.

Keesokan harinya, Thomas kembali ke rutinitas akademi tetapi dengan nuansa yang berbeda. Di lapangan latihan, setiap tatapan yang diarahkan padanya terasa berat. Sebagian besar siswa lain melihatnya dengan rasa hormat, beberapa dengan iri, dan yang lain dengan waspada.

Tidak seperti biasanya, Saat sesi Latihan kali ini, George Simbian adalah instruktur hari itu menggantikan Antonov, dan dia telah menanti terlebih dahulu dilapangan. "Hayooo….berkumpul lebih cepat, PARA BAJINGAN, kalian fikir kita sedang-piknik".

Mendengar teriakan George. para siswa panik, berlari dan segera cepat membentuk barisan. Diego mendengar suara yang tidak asing baginya, spontan menepuk jidatnya,"Waduh….saya lupa membawa nyawa cadangan lagi, alex jika saya mati kali ini, tolong kabari ibuku di Meksiko".

Alex hanya tersenyum dengan celotehan diego.

Setelah melakukan pelatihan dengan intensitas dua kali dari biasanya George memberikan mereka waktu istrahat sejenak, pada saat itu George

memendekati Thomas dengan ekspresi serius.

"Ikut aku."

Tanpa ragu, Thomas mengikuti George menuju ruang kerjanya. Saat mereka tiba, George menutup pintu dan menatapnya dalam-dalam.

"Kau berbeda, Thomas."

Thomas menelan ludahnya. "Aku tahu."

George menyandarkan diri ke dinding. "Setelah kau melihat perang, kau tak akan pernah sama lagi. Banyak yang berpikir bahwa bertarung adalah hal yang mudah, tetapi hanya mereka yang telah menghadapi kematian yang tahu bahwa perang bukan hanya tentang membunuh. Ini tentang bertahan hidup."

Thomas diam, membiarkan kata-kata itu meresap.

"Kau sekarang punya dua pilihan," lanjut George. "Terus naik ke puncak… atau mati mencoba."

Thomas mengangguk perlahan. "Aku tidak berniat berhenti di sini."

George tersenyum tipis. "Bagus. Tapi ingat satu hal, semakin tinggi kau naik, semakin banyak yang ingin menarikmu jatuh."

Percakapan itu meninggalkan kesan mendalam pada Thomas. Kini ia harus lebih berhati-hati, tidak hanya terhadap musuh di luar sana, tetapi juga mereka yang berada di dalam Heptagon.

Sementara itu, hubungan Thomas dengan timnya juga mulai berubah. Meskipun mereka masih bercanda seperti dulu, ada ketegangan yang samar di antara mereka. Alex, Diego, dan Flynn bisa merasakan bahwa Thomas kini lebih berhati-hati dalam berbicara, lebih waspada terhadap orang-orang di sekitarnya.

Di malam hari, saat mereka duduk bersama di kantin akademi, Diego akhirnya angkat bicara.

"Kau berubah, Thomas."

Thomas menatapnya. "Apa maksudmu?"

"Dulu kau orang yang lebih santai. Sekarang, kau seperti seseorang yang selalu memikirkan sesuatu yang lebih besar."

Flynn menyandarkan tubuhnya ke kursi. "Kami hanya ingin tahu, apakah kita masih tim yang dulu?"

Thomas terdiam sejenak sebelum menjawab. "Aku tidak tahu apakah kita bisa kembali seperti dulu. Tapi aku tahu satu hal aku masih membutuhkan kalian."

Alex mengangguk. "Baiklah. Tapi jangan lupa, sebelum kau menjadi orang besar di Heptagon, kau adalah bagian dari tim ini."

Malam itu, Thomas menyadari sesuatu yang penting. Meskipun perang telah mengubahnya, ia masih memiliki orang-orang yang mendukungnya. Namun, ia juga tahu bahwa tantangan yang lebih besar sudah menunggu di depan.

Ancaman Baru & Misteri yang Meningkat

Langit malam di Akademi Heptagon tampak lebih kelam dari biasanya. Thomas berdiri di balkon asramanya, menatap ke kejauhan dengan pikiran yang penuh dengan kekhawatiran. Sejak kembali dari Afrika, perasaannya tak pernah benar-benar tenang. Meskipun akademi kembali dalam rutinitasnya yang biasa, ada sesuatu yang berubah. Ia bisa merasakan bahwa sesuatu yang besar sedang mendekat.

Pagi itu, pertemuan darurat diadakan di ruang strategi akademi. beberapa petinggi Heptagon, termasuk instruktur senior dan perwira intelijen, berkumpul untuk membahas laporan terbaru tentang Black Dawn.

"Kami mengira Black Dawn telah mati di Afrika," kata salah satu perwira tinggi Heptagon, "Tapi itu hanya permulaan. Kami menerima laporan bahwa sisa-sisa organisasi mereka telah menyebar ke Timur Tengah dan Amerika Latin."

Sebuah layar besar menampilkan gambar satelit dari lokasi-lokasi baru yang dicurigai sebagai pusat operasi Black Dawn. Salah satu gambar menunjukkan sebuah kompleks tersembunyi di padang pasir Suriah, sementara yang lain menampilkan jaringan gudang di sepanjang pesisir Amerika Selatan.

"Dan lebih buruknya lagi," lanjut perwira itu, "Pemimpin lama mereka, yang seharusnya sudah mati, ternyata masih hidup."

Keributan kecil terjadi di dalam ruangan. Thomas menatap layar dengan tajam. Ini berarti perang belum berakhir dan mungkin akan menjadi lebih buruk.

Lalu, sebuah pesan misterius diterima melalui jalur komunikasi rahasia Heptagon.

"Kami masih di sini. Dan kami akan kembali."

Sementara itu, di dalam akademi, ketegangan mulai muncul di antara para siswa. Tidak semua orang setuju dengan cara Heptagon menangani Black Dawn, dan beberapa mulai mempertanyakan apakah mereka benar-benar berada di sisi yang benar.

"Kita hanya menggantikan Black Dawn," ujar seorang siswa dengan nada tajam di kantin akademi. "Kita menghancurkan mereka, tapi sekarang kita yang mengambil tempat mereka."

Thomas mendengar percakapan ini dari kejauhan. Ia menyadari bahwa bukan hanya musuh eksternal yang menjadi ancaman, tetapi juga konflik internal di dalam Heptagon sendiri.

Malam itu, Thomas menerima pesan lain. Kali ini bukan dari Black Dawn, tetapi dari sumber anonim yang tidak diketahui.

"Jangan percaya siapa pun. Bahkan Heptagon sendiri."

Thomas menatap layar ponselnya dengan hati berdebar. Ini bukan hanya perang melawan Black Dawn ini adalah perang di mana ia bahkan tidak tahu siapa yang sebenarnya bisa dipercaya.

Dengan perang baru yang semakin dekat, Thomas menyadari bahwa dunia yang ia masuki lebih berbahaya dari yang pernah ia bayangkan. Dan perang sesungguhnya baru saja dimulai.

Kesadaran Thomas & Keputusan untuk Berlatih Lebih Keras

Setelah pertemuan darurat itu, Thomas berjalan keluar dengan langkah mantap, tetapi pikirannya masih dipenuhi dengan informasi yang baru saja ia terima. Black Dawn belum benar-benar musnah, dan lebih buruknya, pemimpin lama mereka yang dianggap telah mati ternyata masih hidup.

Saat ia mengingat misi di Afrika, Thomas menyadari satu hal yang penting: dia tidak cukup kuat.

Meskipun misinya berhasil, ia menyadari bahwa dirinya masih memiliki banyak kelemahan.

Ia bertahan hidup bukan hanya karena keahliannya, tetapi juga karena keberuntungan dan dukungan tim.

Ia belum sepenuhnya menguasai infiltrasi tingkat tinggi, penggunaan senjata secara maksimal, dan manipulasi informasi untuk keuntungan misi.

Ia tahu bahwa pertempuran langsung bukanlah solusi jangka panjang di dunia Heptagon, mereka yang bertahan bukan hanya yang terkuat secara fisik, tetapi juga yang paling cerdas.

Jika ia ingin bertahan dalam perang yang akan datang, ia harus menjadi lebih baik, lebih kuat, dan lebih siap.

Dengan kesadaran ini, Thomas mulai berlatih lebih giat dari sebelumnya.

Latihan Fisik & Ketahanan

Menambah waktu latihan bertarung tangan kosong setiap pagi dan malam.

Meminta Jamal Okoye melatihnya dalam teknik perang gerilya & taktik bertahan hidup ekstrem.

Mengasah kemampuan bertahan dalam situasi ekstrem, termasuk menahan rasa sakit dan kelelahan lebih lama.

Pelatihan Intelijen & Infiltrasi

Belajar menyamar dan menyusup ke jaringan musuh dari Dante Rook, spesialis infiltrasi.

Mengikuti latihan manipulasi psikologis yang diajarkan oleh Isabelle Laurent.

Mempelajari analisis strategi militer global dan bagaimana organisasi kriminal beroperasi dalam skala besar.

Penguasaan Senjata & Teknologi

Latihan penggunaan berbagai jenis senjata api dan senjata taktis.

Belajar penggunaan teknologi dan enkripsi komunikasi agar bisa menyusup tanpa terdeteksi.

Thomas tidak lagi sekadar berlatih untuk lulus dari akademi sekarang, ia berlatih untuk bertahan hidup. Selama latihan intensifnya, Thomas mulai menyadari sesuatu yang lebih besar. Ada sesuatu yang tidak beres di dalam Heptagon. Ia mendengar bisikan di antara para petinggi akademi sebagian dari mereka mulai mempertanyakan tujuan Heptagon.

Beberapa instruktur bahkan tampak gelisah, seolah mereka menyembunyikan sesuatu.

Koneksi Black Dawn dengan Heptagon mungkin lebih dalam dari yang mereka bayangkan.

Suatu malam, setelah sesi latihan yang melelahkan, Thomas Kembali menerima pesan lain.

"Jangan percaya siapa pun. Bahkan Heptagon sendiri."

Darahnya berdesir. Siapa yang mengirim pesan ini? Mengapa ada yang ingin memperingatkannya?

Thomas duduk diam di ranjangnya, menatap layar perangkatnya. Ia tahu bahwa perang sesungguhnya baru saja dimulai, dan kali ini, ia harus lebih dari sekadar prajurit. menyadari bahwa latihan dan pengetahuannya akan menjadi senjata utama dalam perang bayangan yang lebih besar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 35 - Transformasi Thomas - Part 04

    Ia menghindari pukulan lurus dengan gerakan slipping, memiringkan kepala hanya beberapa inci dari tinju George.Hook kanan datang cepat, tetapi Thomas mengangkat sikunya untuk menangkis, merasakan benturan yang nyaris mematahkan tulangnya.Saat tendangan putar melesat, Thomas melompat mundur, menggunakan momentum George untuk memperhitungkan serangan balasan.Dan di situlah momen itu datang.Saat sikutan George mengarah ke lehernya, Thomas menurunkan tubuhnya, merendah, lalu meluncurkan uppercut langsung ke ulu hati George.DUG!Untuk pertama kalinya, George terdorong mundur.Thomas tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dengan kecepatan yang ia pelajari dari pertarungan ke-99, ia menyerang balik.Elbow strike ke rahang.Tendangan rendah ke lutut.Sebuah pukulan straight ke arah dada.Namun, George bukan lawan yang mudah. Saat serangan ketiga hampir mengenai, George tiba-tiba berbalik, menggunakan energi Thomas sendiri untuk menjatuhkannya dengan teknik grappling.Thomas terhuyung, teta

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 34 - Transformasi Thomas - Part 03

    Serigala itu tidak sendiri. Ada lima ekor lain yang mengintainya dari balik pepohonan.Thomas tahu bahwa ia harus bertarung.Ia mengambil tongkat besar yang terbakar di ujungnya dan mengayunkannya ke arah serigala pertama. Hewan itu mundur, tetapi lima lainnya bergerak mendekat. Ia tidak bisa melawan mereka semua.Pilihannya hanya satu "Lariiiii."Dengan cepat, ia berbalik dan berlari melewati hutan, napasnya tersengal. Ia melompati akar pohon, menerobos semak-semak, sementara suara cakar-cakar tajam mendekatinya dari belakang. Ia tidak bisa berhenti.Setelah hampir satu menit penuh berlari, ia melihat celah sempit di antara dua batu besar. Tanpa berpikir panjang, ia meluncur masuk dan menekan tubuhnya ke dalam ruang kecil itu. Serigala-serigala itu berhenti di luar, menggeram marah, tetapi tak bisa menjangkaunya.Ia menunggu, menahan napas, hingga akhirnya suara mereka menghilang.Malam itu, ia tidak bisa tidur. Ia menyadari satu hal: tempat ini tidak akan memberinya belas kasihan. J

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 33 - Transformasi Thomas - Part II

    Ia menggoreskan bilahnya ke telapak tangannya sendiri. Darah segar menetes ke dalam gelas kosong di tengah mereka.Tanpa ragu, Flynn mengambil pisau itu dan mengikuti, menyayat telapak tangannya sendiri sebelum meneteskan darahnya ke dalam gelas. "Setiap misi, setiap pertempuran, setiap kejatuhan… kita tetap satu."Alex, dengan tatapan penuh tekad, mengulangi ritual yang sama. "Kita tidak akan pernah berdiri sendirian. Kita adalah satu jiwa dalam empat tubuh."Akhirnya, Thomas mengambil pisau itu, merasakan dinginnya baja di kulitnya sebelum menyayat telapak tangannya sendiri. Darahnya bercampur dengan darah saudara-saudaranya, mengukuhkan sumpah yang lebih kuat dari sekadar kata-kata.Ia mengambil gelas itu, memutarnya pelan sebelum meneguknya. Darah hangat mengalir di tenggorokannya, bukan sebagai simbol kelemahan, tetapi sebagai bukti tak terbantahkan bahwa mereka telah memilih jalan yang sama. Tanpa ragu, gelas itu berpindah ke Alex, lalu ke Diego, dan terakhir ke Flynn. Mereka me

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 32- Transformasi Thomas - Part I

    Setelah berminggu-minggu menjalani latihan intensif di akademi, Thomas mulai merasakan perubahan dalam dirinya. Ia menjadi lebih cepat, lebih kuat, dan lebih waspada. Namun, dalam setiap latihan, ia juga mulai menyadari batasannya. Meskipun telah melalui berbagai skenario pertempuran, Thomas tahu bahwa ia masih jauh dari kata siap untuk menghadapi ancaman Black Dawn yang sesungguhnya.Sebuah komunikasi rahasia terjadi di salah satu markas Heptagon. Mr. Ice, salah satu The Council, telah berbicara dengan George Simbian secara langsung."Anak itu punya potensi," kata Mr. Ice dengan suara dingin khasnya. "Tapi dia belum siap. Jika dia ingin bertahan dalam perang berikutnya, dia harus menjadi lebih dari sekadar prajurit biasa."George menyilangkan tangan. "Kau ingin aku melatihnya secara khusus?""Ya. Tapi aku tidak ingin kau menawarkan diri. Jika Thomas benar-benar siap, dia akan datang kepadamu sendiri."George mengangguk paham. "Baik. Jika dia cukup cerdas untuk menyadari kelemahannya,

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 31 - Bayangan dan Ancaman- Part II

    Thomas tersenyum, tetapi ia tahu ada kebenaran dalam ucapan mereka. Ia memang berubah. Setelah melihat kematian, menyaksikan bagaimana Heptagon mengendalikan dunia kriminal, dan mengalami langsung pertarungan brutal, ia tidak bisa kembali menjadi siswa biasa yang hanya menjalani pelatihan tanpa memahami konsekuensinya.Keesokan harinya, Thomas kembali ke rutinitas akademi tetapi dengan nuansa yang berbeda. Di lapangan latihan, setiap tatapan yang diarahkan padanya terasa berat. Sebagian besar siswa lain melihatnya dengan rasa hormat, beberapa dengan iri, dan yang lain dengan waspada.Tidak seperti biasanya, Saat sesi Latihan kali ini, George Simbian adalah instruktur hari itu menggantikan Antonov, dan dia telah menanti terlebih dahulu dilapangan. "Hayooo….berkumpul lebih cepat, PARA BAJINGAN, kalian fikir kita sedang-piknik". Mendengar teriakan George. para siswa panik, berlari dan segera cepat membentuk barisan. Diego mendengar suara yang tidak asing baginya, spontan menepuk jidatn

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 30 - Bayangan dan Ancaman- Part I

    Langit malam di Afrika Selatan terbentang luas, bertabur bintang yang bersinar di atas kota Johannesburg. Thomas berdiri di balkon kamar hotelnya, menghirup udara malam yang segar, tetapi pikirannya jauh dari ketenangan yang ditawarkan kota ini. Sudah dua minggu sejak operasi besar-besaran Heptagon menghancurkan Black Dawn di Afrika, tetapi jauh di dalam dirinya, ia tahu bahwa ini bukanlah akhir. Perang yang sebenarnya baru saja dimulai.Di belakangnya, suara langkah kaki mendekat. Thomas menoleh dan melihat Sebastian N'Dour berdiri dengan tangannya disilangkan di dada, ekspresi wajahnya tetap setenang biasanya."Kau seharusnya menikmati malam terakhir di Afrika sebelum kembali ke akademi," ujar Sebastian.Thomas mengangguk pelan. "Sulit untuk merasa lega ketika kita tahu bahwa ini belum selesai."Sebastian tersenyum tipis dan mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya sebuah pisau berbilah hitam dengan ukiran tribal khas Afrika. Ia menyerahkannya kepada Thomas."Ini sebagai kenang-kenan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status