Ternyata yang menghubungi Hera adalah adik tirinya Ewan yang mengabarkan jika ayahnya saat ini berada di rumah sakit dan sedang kritis. Mendengar hal itu Hera buru-buru keluar dari hotel tersebut, setelah sebelumnya ia berkata kepada King, jika ia sedang terburu-buru, King meninggalkan kartu namanya kepada Hera. Dan berkata jika ia akan menunggu jawaban Hera sampai tengah malam nanti.
Sementara itu masih di restoran hotel, King sedang tersenyum sinis, "menarik banget, hahahaha gue akan balas dendam kepada wanita itu," gumamnya dalam hati. Juyan pun bertanya-tanya ada apa dengan tuannya, kok tiba-tiba tersenyum seperti itu?."
"Tuan muda, Anda punya rencana apa dengan nona Hera?" King malah menatap Juyan dengan tajam, "wanita itu mau gue jadiin istri guelah! lo tau kan, bokap nyokap gue mau jodohin gue dengan seorang wanita yang gue nggak kenal".
"Tapi bos, anda kan tidak mengenal nona Hera?" Seru Juyan sengit. "Hahahaha, makanya lo diam! gue yang atur skenarionya, gue mau buat si culun tadi menderita, sepertinya ia juga matre" ujar King lagi. Keduanya pun meninggalkan hotel itu dan beranjak pulang menuju ke apartemen mereka.
Hera berjalan menuju koridor rumah sakit, saat ini ayahnya di rawat di ruang ICU, terlihat Ewan yang berjalan mondar-mandir di depan ruangan itu menunggu Hera datang. Ia segera menghampiri Ewan, dengan berlinang air mata Hera menanyakan lebih rinci kenapa ayahnya bisa sampai di bawa ke rumah sakit. Ewan menceritakan jika tadi ayahnya tiba-tiba merasakan sakit di bagian dadanya lalu jatuh pingsan.
Dokter yang melihat Hera telah datang segera memanggilnya ke ruangannya dan mengatakan jika ayahnya perlu di operasi secepatnya, karena jika tidak, kemungkinan terburuk mungkin akan terjadi. Mendengar hal itu Hera semakin hancur hatinya, ia belum siap kehilangan ayahnya.
Ia pun berkata kepada dokter, agar memberinya waktu sebelum tengah malam, ia sedang mengusahakan uang untuk biaya pengobatan Sang Ayah. Hera keluar dari ruangan dokter itu dan berjalan kembali menuju ruang ICU, masih dengan berlinang air mata, Hera melihat ayahnya yang sedang dirawat, dimana tubuhnya dipasangi benda-benda medis untuk membantu pernafasan Sang Ayah.
Ewan menghampiri Hera lalu berkata, "kak, bagaimana caranya agar Ayah bisa sembuh? uang yang kakak kasi ke aku, sudah aku pakai untuk membayar tunggakkan uang kuliahku," Ewan mendadak lesu setelah mengatakan itu.
"Wan, kakak titip Ayah sebentar, kakak mau pergi ke suatu tempat, setelah itu kakak akan kembali dan Ayah akan di operasi" ujarnya yakin kepada Ewan.
Ewan seketika bingung melihat kakaknya yang berpakaian tidak seperti biasanya, memakai gaun dan berdandan, ia ingin menanyakannya tetapi melihat kakaknya yang terus menangis, ia mengurungkan niatnya untuk bertanya.
Setelah pamit kepada Ewan, Hera kembali melangkah dan menjauh dari ruang ICU dimana ayahnya di rawat. Ia berjalan menuju pintu keluar rumah sakit, sesampainya di luar, ia segera memesan taksi online dengan tujuan apartemen King. Saat itu menunjukkan pukul sebelas malam. Tinggal satu jam lagi waktu yang diberikan King kepadanya.
Tak terasa, taksi sudah sampai di apartemen King. Ia keluar dari dalam taksi dan mengedarkan pandangannya. Begitu banyak gedung gedung pencakar langit di lokasi itu. Ia bingung, apartemen King yang sebelah mana.
Hera mengumpulkan keberaniannya dan berjalan ke pos satpam. Ia bertanya kepada beberapa sekuruti dimana kah letak apartemen King, dengan menyodorkan kartu nama yang diberikan King kepadanya. Para sekuriti itu berpikir jika ia adalah wanita malam yang menjajakan tubuhnya kepada King, mengingat Hera masih menggunakan gaun yang tadi ia pakai saat bertemu king.
Lui langsung mencari sang mommy. "Selamat sore jagoan Opa?" sapa tuan Roland kepada cucunya. "Oma, Mommy kemana,kok nggak kelihatan?" ia bukannya membalas sapaan kakeknya. Ia malah menanyakan keberadaan sang mommy. Jadinya tuan Luther menjadi terbengong-bengong dengan sikap cucunya itu. Sifat Lui bertolak belakang dengan sifat kakaknya Kiran yang menyapa kedua kakek dan neneknya dengan semangat. "Welcome home.., Oma, Opa," ucap Kiran lalu memeluk keduanya. "Lui.., kamu nggak kangen sama Oma?" Nyonya Yesi pura-pura sedih. Ia sangat tau kelemahan cucunya. "Tentu saja, Lui kangen Oma," ujarnya lalu memeluk omanya dengan erat. Namun ia tidak mau memeluk opanya. "Opa jangan sedih ya, sini main sama aku saja," Kiran mengetahui raut kesedihan di&n
Empattahun kemudian,"Kiran.., anak Daddy, Where are youbaby..," ucap King yang mulai mencari keberadaan anak sulungnya itu di setiap ruangan dalam rumahnya, karena tadi ia sengaja mampir ke sekolah anaknya untuk menjemputnya, namun gurunya mengatakan jika si anak sudah dijemput duluan oleh seseorang.Jelas saja ia sangat kuatir karena Bu Gurunya kurang kenal dengan orang itu, ia hanya berkata jika ia adalah sopir keluarga Elwood.Ditambah lagi, istrinya Hera sedang ngambek dengannya sudah dua hari ini. Semua gara-gara putranya yang lahir setelah dua tahun Kiran hadir dalam kehidupan mereka.Lui Putra Elwood, demikian nama putra mereka. Walaupun Luimasih berumur 2 tahun namun tingkahnya seperti anak yang berumur lima tahun, ia sering kali menjalihi King.Satu persatu King menyebut nama-nama orang yang ada di rumahnya. Namun tidak ad
"Sayang.., pelan aduh..," King merasa sangat kesakitan karena untuk kesekiankalimya Hera menancapkan kuku-kukunya dilengan King.Saat ini Hera sedang berjuang di ruang persalinan untuk melahirkan bayi pertama mereka.King yang sok jago,melarang mami Yesi dan mama Lisma untuk menemaninya masuk ke ruang bersalin. Alhasil ia yang menjadi bulan-bulanan istrinya yang sedang berjuang melahirkan bayi mereka.Hera terlihat menahan rasa sakit yang teramat sangat, namun bibirnya sama sekali tak mengeluh, hanya sorot matanya yang mengeluarkan banyak air mata, mengisyaratkan rasa sakit yang mendalam."Sayang.., semangat baby, kamu pasti bisa!" King mencoba menyemangati Hera, ia juga menyeka keringat yangsudah bercampur air mata di wajah istrinya."Bu Hera, sekali lagi kita coba, kepala si kecil sudah mulai nongol nih, tarik napas dalam-dalam, l
Beberapa bulan kemudian,"Sayang.., i'm home baby.., where are you?" ucap King setengah berteriak mencari keberadaan istrinya di dalam kamar."Aku disini mas," jawab Hera yang baru saja selesai mandi."Kamu baru selesai mandi sayang? ayo buruan, aku akan mengantarmu ke rumah sakit," ujar King lagi."Lho mas, bukannya pagi ini kamu akan menghadiri meeting penting?" seru Hera bingung. Soalnya mami Yesi mengatakan jika suaminya sangat sibuk hari ini jadi, ibu mertuanya yang akanmenggantikan King untuk mengantarkannya ke rumah sakit."Sayang.., yang terpenting bagiku saat ini hanya kamu dan bayi kita, yang lain mah.., lewat! lagian kamu nggak usah kuatir ada dua tim kuat yang ikut mendukung suksesnya perusahaan kita," jelas King kepada istrinya."Maksud mas, tim kuat yang bagaimana sih?"
Pagi hari pukul enam, Hera terbangun dan merasakan badannya terasa capek. Ia melihat sekelilingnya, "aku ada dimana?" gumamnya dalam hati.Ia lalu mengitari pandangannya di dalam ruangan itu. Akhirnya ia tau jika ia sedang berada di dalam rumah sakit.Tangannya juga telah di infus, ia lalu mengingat bayi di dalam kandungannya."Bayiku.., apakah kamu baik-baik saja nak?" Hera mulai terisak, dan menangis tersedu-sedu. Tuan Roland danNyonya Yesi yang sedang menjaga Hera seketika terbagun dari sofa yang mereka tiduri."Pi.., Hera sudah sadar! segera hubungi dokter!" pinta nyonya Yesi kepada suaminya.Sementara ia sendiri menghampiri ranjang tempat Hera terbaring."Ra.., kamu sudah bangun?" sapa nyonya Yesi lembut."Mi.., bayiku mi.., bayiku bagaimana mi?" isaknya lagi."Kamu tenang ya Ra, cucu mami
Juyan yang baru saja mendapat laporan dari Jonas, jika Hera saat ini di rawat di sebuahrumah sakit, segera membawa King menuju rumah sakit dimana Hera sedang dirawat.Sepanjang perjalanan King mencoba terus mengumpulkan kesadarannya. Ternyata pengaruh wine yang ia minumtadi mulai bereaksi.Sesampai di rumah sakit, ia langsung menerobos masuk ke dalam ruangan unit gawat darurat, ia tidak peduli lagi jika beberapa perawat menghalangi jalannya.Ia melihat istrinya yang terbaring tidak sadarkan diri, dengan wajah pucat dan infus yang terpasang di tangannya.Ia lalu menggenggam tangan istrinya sambil menangisia berkata, "Ra.., kamu kenapa sayang? maafkan aku, bangun baby.., maafkan aku..," lirihnya."Dokter bagaimana keadaan istri saya?" tanyanya kepada dokter yang bertugas di UGD saat itu."Kondisi pasien saat ini