Share

2. Apartemen mini

Juyan mulai membuat iklan di media online dan langsung menyebarkannya. Belum lima menit, iklan tersebut sudah dilihat hampir satu juta orang dan ada beberapa yang mulai mengirimkan hasil design mereka.

Saat ini King sedang istirahat di sebuah ruangan yang mirip apartemen tetapi tampilannya lebih mini yang ada di dalam kantor itu yang terhubung langsung dengan ruangan CEO. Ruangan itu cukup luas dengan satu kamar, satu kamar mandi, ada ruang makan, ruang tamu, pantry kecil untuk menghidangkan suatu masakan juga tersedia disitu.

Terdengar teriakannya dari dalam mini apartemen itu "Juyan!" mendengar teriakan bossnya, Juyan segera masuk ke dalam ruangan itu. "Siap pak boss!" ujarnya.

"Ini, rumah ataukah kandang ayam? berantakan banget. Ruangan ini juga di design ulang, tawarkan harga setinggi langit."

"Siap, Laksanakan tuan muda," ujarnya lagi. King membuka tirai jendela kaca transparan, terlihat penampakan pemandangan kota jakarta yang sibuk siang ini. Kebetulan ruangan CEO terletak di lantai paling atas.

"Gue mau tidur dulu, jika ada yang nyari gue, cari alasan yang tepat, gue lagi malas kerja. Jika ada yang penting suruh si Wina untuk menghandlenya dulu." "Siap pak boss laksanakan!" Ujarnya lantang.

Juyan keluar dari apartemen mini itu menuju ke ruang CEO, dia mulai menambahkan kembali apa yang di minta oleh King, lalu menuliskannya di media online. Kemudian ia menghubungi Wina untuk masuk ke ruangan CEO. Ruangan ini cukup luas terdiri dari dua meja kerja. Satu untuk King dan satunya lagi untuknya.

King tidak menyukai orang lain satu ruangan dengannya kecuali Juyan sahabatnya sekaligus pengawal pribadinya. Itu sudah menjadi syarat mutlak sebelum ayahnya ingin menjadikannya seorang CEO. Sedangkan Wina bertindak sebagai sekretaris Juyan, setiap apapun yang berhubungan dengan King harus melalui Juyan, tidak boleh langsung kepada King.

"Selamat siang pak Juyan," terdengar suara Wina. "Masuklah," ujarnya. Wina masuk ke ruang CEO dan celingak-celingukkan mencari keberadaan King. Diam-diam Wina terpesona dengan ketampanan King. Juyan mengetahui perangai Wina itu dan langsung mengingatkannya. "Bu Wina, tolong anda fokus kerja disini dan jangan mengharapkan lebih, jika anda mau berumur panjang bekerja di kantor ini," ujarnya tajam sambil menatap Wina.

Wina seketika terpesona dengan Juyan, ia berkata dalam hati, "nggak boleh gangguin pak bos, tapi boleh dong gue gangguin pengawalnya," lalu ia tersenyum ke arah Juyan dan berkata "iya pengalawal Juyan."

Juyan seketika bergidik, ternyata jika Wina tersenyum sungguh sangat mematikan. "Ih.., dasar janda genit," ujarnya dari dalam hatinya. Ia segera memerintahkannya untuk keluar dari ruangan itu.

Wina keluar dari ruangan itu dengan hati deg-degan, sebenarnya ia tidak seberani itu menggoda laki laki, namun itu harus ia lakukan untuk melindungi dirinya sendiri sebagai seorang janda. Jika ia dikenal genit, pasti tidak ada yang mau dengannya, itulah pemikiran Wina si janda anak satu yang ditinggal pergi oleh suaminya yang selingkuh.

King masih terjaga dalam tidurnya, tiba-tiba ia mengingau dan menyebut nama seorang wanita, ia merasa kesakitan yang sangat dalam, tubuhnya mulai mengeluarkan keringat dingin.

"Gladis.., jangan tinggalkan aku.., ku mohon.., Gladis.., beri aku kesempatan untuk merubah segalanya.., Gladis.., tidak.. jangan pergi..."  Juyan yang sedang sibuk berkutat di depan laptop dengan segera masuk ke dalam apartemen mini setelah mendengar teriakan menyayat dari mulut King.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status