"Reyna, apa kau sengaja ingin melawanku?" tanya Aldi dalam hati dengan tangan terkepal dan wajah menegang.
"Cepat kalian cari kemana istriku! Cek semua cctv yang ada di rumah sakit ini dan jalan raya yang ada di sekitar sini! Cepat! Dan cari juga laki-laki ini! Selidiki apa istriku bersamanya atau tidak!" perintah Aldi pada pengawal pribadinya seraya menyerahkan selembar foto laki-laki.
Aldi melajukan mobilnya ke butik milik Reyna, namun lagi-lagi dia tidak menemukan Reyna di sana. Aldi marah, berulang kali dia memukul kemudi yang dia jalankan seraya mengeraskan rahangnya geram.
"Kemana kau, Reyna? Apa ini sengaja kau lakukan untuk membuatku marah? Kau pergi bersama laki-laki itu? Awas saja jika aku menemukanmu bersama laki-laki itu! Kali ini aku akan mrmbunuhnya!" geram Aldi.
Aldi kembali ke kantor, dan kembali melampiaskan kekesalannya di sana.
"Reynaaaaaaaaa!"
Komen dunk sayang²ku.....tinggalkan jejak buat Reyna ya... Love you all
"Kakek!" protes Reyna kesal digoda kakeknya. Bima terkekeh melihat cucunya protes. Belum lagi melihat Farel yang wajahnya sudah seperti kepiting rebus saja, dan itu menjadi hiburan buat Bimantara. "Kenapa Reyna dijodohkan sama kakak sendiri sih, Kek? ada-ada saja Kakek," ucap Reyna lagi. "Farel hanya kakak angkatmu, tentu saja bisa, kata siapa tidak bisa," jawab Bima tersenyum. "Kek, lebih baik istirahat dulu, aku tahu kakek capek," potomg Farel mengalihkan percakapan. *Baiklah, Kakek akan beristirahat beberapa saat, setelah itu kakek siap-siap kembali," jawab Bima. "Kakek, bermalam semalam dulu bersamaku, aku masih rindu," bujuk Reyna dengan wajah permohonan. "Perusahaan tidak bisa ditinggal lama-lama, cu. Kakek harus kembali, apalagi Farel di sini, jadi di sana tidak ada yang mengawasi. Belum lagi banyak projek baru masuk
Sekitar satu jam kemudian Farel yang sibuk dengan laptopnya terkejut ketika dia merasa ada seseorang yang memperhatikannya. Farel mendongak ke arah pintu. "Reyna! Kenapa hanya berdiri di sana? Ada apa?" tanya Farel menatap Reyna yang wajahnya terlihat pucat pasi. ""A ... a-da kecoa di kamar mandi Kak," ucap Reyna yang tidak sadar dia hanya menutup tubuhnya dengan kimono mandi. Wajah Reyna pucat pasi membuat Farel beranjak dan menarik tangan Reyna kembali ke kamar mandi yang ada di kamarnya. Farel membuka kamar mandi dan mengamati setiap sudut ruangan namun tidak menemukan apa-apa di sana. "Tidak ada, Reyna. Di sini tidak ada kecoa satu pun." "Ada kak, aku tadi sungguh-sungguh melihat binatang itu jalan di lantai ini," tunjuk Reyna pada lantai kamar mandi dengan wajah sungguh-sungguh. Dan baru saja Reyna aka
Farel tidak menanggapi ucapan Reyna, dia hanya tersenyum kecil menatap wajah Reyna yang memerah akibat malu membuat Farel bertambah gemas saja pada Reyna. Di tempat lain, tepatnya di ruang kerja milik Aldi, terlihat kembali wajah tegang dan marah saat dia membaca surat yang di kirim dari pengacara Reyna. Surat gugatan cerai dari Reyna yang telah di tandatangani oleh istri pertamanya itu. Aldi mengepalkan tangan seraya menatap marah pada selembar kertas yang ada di hadapannya. "Oh, ini yang kau mau Reyna? Selama ini aku sungguh-sungguh salah menilaimu! Kau ternyata tidak lebih hanya wanita murah yang tidak pantas aku cintai, Nadia benar, kau wanita yang tidak pantas untuk dicintai. Kau penghianat!" ucap Aldi geram. "Simpan surat ini dan panggil pengacara Reyna yang menangani kasus ini. Aku ingin bertemu dengannya terlebih dahulu," pinta Aldi pada Nadia. "Baik, Pa," ucap
Aldi meminta Nadia memanggil Andre, asisten pribadinya untuk menghadap. "Anda, memamggil saya, Tuan?" tanya Andre. "Bagaimana perkembangan informasi yang aku minta?" "Saya sudah melakukan perintah anda Tuan, tetapi sampai saat ini saya dan orang-orang kita belum mendapat nformasi yang mengarah kepada titik terang. Semua masih belum jelas, nyonya Reyna masih belum berhasil kami temukan." "Hemm, sudah aku duga. Dia sangat pintar mencari tempat persembunyian, hingga kita belum berhasil menemukannya." "Menurut saya, nyonya Reyna selama ini kemungkinan dibantu oleh seseorang yang berpengaruh, hingga kita belum mampu menemukan dia Tuan." "Aku ragu akan hal itu. Setahuku dia tidak punya siapa-siapa lagi sejak ayah dan ibunya meninggal. Dia pernah bilang dia masih memiliki kakek yang berdomisili di luar negri, aku lupa tepatnya dimana, t
Reyna terkesima, dia menatap Farel yang terlihat emosi. Tangannya masih berada di dada Farel yang dengan jelas masih terdengar degup jantung tidak teratur. Baru kali ini Reyna mendengar Farel berbicara banyak padanya, biasanya dia pelit sekali dalam berucap. Laki-laki itu jelas sekali mengkhawatirkan dia, Farel terlihat sangat cemas. Perhatian seorang kakak terhadap adiknya. Hanya itu pikiran Reyna saat ini. Reyna tiba-tiba merasa bersalah, tapi dia masih bingung harus berkata apa. Farel melepaskan genggaman tangannya lalu berbalik meninggalkan Reyna yang masih terpaku menatap kepergian laki-laki itu. Reyna seketika tersadar dan berlari mengejar Farel, wanita itu kemudian menabrak tubuh Farel dan memeluknya dari belakang membuat Farel menghentikan langkahnya. Farel terkejut dengan reaksi Reyna. Ada yang menghangat dalam hati laki-laki
Apa kamu ingin mengambil kembali milikmu? Aku bisa melakukannya jika kamu mau," tawar Farel pada Reyna. "Jangan kak, biarkan saja dia mengambilnya. Aku ingin membuka butik baru saja lagi seperti dulu, hanya saja aku belum punya tempat." Farel mendekati Reyna dengan wajah yang terlihat dingin. Sekilas orang tidak mengerti jalan pikiran pria tampan itu. Sama seperti Reyna saat ini. "Apa yang kau pikirkan, Kak?" tanya Reyna yang menatap pria yang saat ini sudah berada sejengkal dari hadapannya. "Sebenarmya kau mampu untuk mengelola perusahaan, Reyna, aku tahu kau cerdas. Aku rasa tidak.sulit mengajarimu, bukankah selain design, kau dari lulusan ekonomi bisnis? tentunya tidak akan sulit mempelajarinya. Kalau soal design itu hobbymu sejak dulu, dan kau bisa memegang keduanya jika kau mau." Reyna membisu, tawaran dari Farel sebenarnya sangat menarik, hanya entah mengapa
Esok malamnya acara gathering Mayapada group bersama partner cabang Jakarta dilaksanakan di lantai 5 gedung itu. Acara ternyata bertema bebas dan santai, lebih kepada pengenalan dan promosi perusahaan Mayapada, khususnya untuk cabang di Jakarta. Reyna dengan gaun berwarna peach terlihat sangat cantik dan anggun, tangannya dia lingkarkan pada lengan Farel. "Tenang Reyna, semuanya akan baik-baik saja," bisik Farel. "Maaf Kak, aku sedikit gugup," balas Reyna ikut berbisik. Detak jantungnya berubah lebih cepat. "Ingat, jangan terlihat lemah di depan mereka," ucap Farel seraya menepuk punggung tangan Reyna untuk menenangkan hati wanita itu. Saat mereka masuk, berpasang-pasang mata memperhatikan kedua pasangan yang terlihat sangat serasi ini. Mereka memuji pasangan yang terlihat elegan. "Sepertinya wajah yang pria sangat familiar ya, t
"Oh Tuan dari perusahaan konsultan yang kami minta bekerja sama dalam projek kami itu, bukan? Apakah kalian pasangan kerja dari perusahaan yang sama?" tanya Nadia mencoba mencari tahu, dia masih belum yakin Farel hanya memegang perusahaan konsultan saja mengingat banyaknya tamu undangan yang menghormatinya. "Dia wanitaku," jawab Farel santai seraya melingkarkan tangannya pada pinggang Reyna. Dia menatap Aldi yang terlihat jelas menatap mereka denga pandangan rumit. "Tuan, mari saya antar Tuan ke ruangan khusus. Ada sesuatu yang akan kami bicarakan empat mata berkenaan dengan projek yang kami tawarkan. Apakah anda tidak keberatan?" tanya Nadia mencoba menjauhkan Reyna dari Farel. Nadia sangat kagum dengan kharisma Farel dan ketampanan pria itu. Entah mengapa dia isangat tertarik untuk mengenal Farel lebih jauh. "Sepertinya pria ini bukan orang sembarangan, hemmm, beruntung sekali wanita mandul itu dekat dengan pria