Share

THE IMPERIOUS HUSBAND
THE IMPERIOUS HUSBAND
Penulis: EDELWEIS

1. AWAL KEHANCURAN

Wanita cantik dengan mata bulat indah dan bulu mata lentik sempurna melangkahkan kaki menghampiri sosok laki-laki tampan yang baru saja memasang arloji di tangan kiri. Sedangkan si wanita, saat ini tengah berdiri menghadap sang suami yang menampilkan kaki jenjang putih mulus berbalut gaun hitam sebatas lutut berkerah sabrina.

"Sayang, apa semua sudah selesai?" tanya Reyna. Wanita itu sembari memasang dasi suaminya dan tidak lupa mengecup pipi pria itu.

Pria tampan bermata tajam dengan alis tebal yang menambah sempurna keindahan wajah, tersenyum seraya membalas, memberikan kecupan di kening Reyna dengan lembut. Sorot mata penuh cinta terlihat jelas di mata pasangan itu.

Aldi—nama suami Reyna adalah seorang CEO Mayapada Group yang sukses dan cerdas. Sedangkan, dia sendiri adalah seorang fashion designer yang bisa dikatakan sukses.

Pernikahan mereka telah berjalan tiga tahun. Dengan dibumbui pertengkaran kecil yang biasa dalam rumah tangga. Kehidupan rumah tangga mereka sangat bahagia walau belum dikaruniai anak. 

"Siap, Nyonya Aldi! Bagaimana denganmu, Sayang? Ada jadwal di butik hari ini?" tanya Aldi pada Reyna yang menjadi owner sekaligus fashion designer dari butik milik istrinya itu.

Reyna tidak menjawab pertanyaan Aldi, dia memandang takjub pada laki-laki yang semakin terlihat sempurna. Setelan jas kerja dan dasi yang baru saja dipasang, melengkapi dan membuat ketampanan sang suami di matanya  tidak tertandingi oleh siapa pun.

Reyna mematung sejenak mengagumi ketampanan yang sempurna milik Aldi. Dia kemudian tersadar dengan pertanyaan suaminya lalu menggeleng kecil, "Kebetulan hari ini aku free. Aku ingin istirahat di rumah saja, Mas. Mas pulang tepat waktu, kan? Tidak ada acara apa pun hari ini?" tanya Reyna, wanita cantik yang sudah membuat hati Aldi dipenuhi dengan cinta.

“Ada apa?” tanya Reyna heran melihat suaminya yang seperti terpaku menatap dia.

Pertanyaan Reyna pun tidak mendapat jawaban. Laki-laki itu seakan larut dengan dunianya sendiri. Aldi diam tanpa mengalihkan pandangan pada wajah Reyna. Kemudian, dia menarik tubuh Reyna ke dalam dekapan. 

"Entah mengapa, ketika aku bersamamu seakan hatiku sangat berat meninggalkan wanita terindahku ini. Seperti ada magnet kuat yang membuat tubuhku tidak bisa melepas pelukan," bisik Aldi. Untuk sesaat, mereka hanyut dengan segenap rasa kebahagiaan yang tidak bisa diukiskan dengan kata-kata.

Reyna kemudian menarik tangan Aldi dan mengajak untuk sarapan. Mereka menikmati sarapan dengan nikmat dan penuh kehangatan. Keluarga kecil mereka terlihat sangat bahagia, meski sampai saat ini masih tanpa kehadiran seorang anak.

Setelah menyelesaikan sarapan, Reyna melanjutkan tugas melayani suami yang akan berangkat kerja. Mengambil tas kerja yang terletak di atas sofa ruang keluarga. Tadi sebelum memulai sarapan, Reyna meletakkan tas itu di sana. 

Aldi menerima tas yang diberikan Reyna dengan raut wajah sedih, dia tiba-tiba teringat bahwa setelah semua pekerjaan di kantor selesai dia harus menghadiri pertemuan bersama rekan bisnisnya. Wajah sedih laki-laki itu seakan tidak rela membuang waktunya bersama sang istri.

"Sayang, kemungkinan hari ini aku pulang sedikit larut. Apa boleh?" tanya Aldi pada Reyna.

Reyna sedikit membelalakkan mata yang sudah bulat indah sempurna. "Kenapa tidak boleh?"  tanya Reyna bingung.

"Jika kau keberatan aku pulang terlambat, aku akan membatalkan pertemuan ini,"  lanjut Aldi.

Reyna menggeleng cepat, dia tidak ingin memberatkan langkah suaminya untuk mencari rejeki demi kesuksesan perusahaan.

"Ini urusan pekerjaanmu, Mas. Aku tidak akan membuat suamiku kehilangan kesempatan untuk bisa mendapatkan keuntungan dalam usahanya. Itu terdengar sangat lucu. Istri macam apa aku jika melakukan itu, hm?" jawab Reyna dengan nada yang lembut. 

Dengan rasa sayang, Reyna menciumi setiap inci wajah tampan suaminya. Diperlakukan manis oleh sang istri membuat perasaan Aldi membuncah bahagia. 

"Aku pasti akan merindukanmu, Sayang. Aku tidak sanggup berlama-lama tanpa kau di sisiku. Dan kali ini kemungkinan aku pulang terlambat lagi," ucap Aldi sedih dan melingkarkan tangannya di pinggang Reyna seraya mengecup puncak kepala Reyna.

Reyna tersenyum dan memeluk manja Aldi. Menenggelamkan kepala di dada Aldi, menghirup aroma perpaduan musk dan wood  khas milik sang suami. Dalam benak, dia membenarkan dan juga merasakan apa yang dikatakan sang suami. Wanita itu kemudian melonggarkan pelukan dan mendongak menatap Aldi.

"Mas tetap harus semangat mencari rejeki buat kita. Sayangnya, kita belum memiliki anak. Jika saja dia hadir di tengah-tengah kita ...," ucap Reyna dan menjeda. Kalimatnya menggantung karena kesedihan yang tiba-tiba melanda hati wanita itu.

"Sayang, aku mohon ...." Aldi menggeleng dan membuat gerakan tidak ingin Reyna melanjutkan kata-katanya. 

Dia kemudian membelai kepala Reyna dengan lembut dan mencium kening wanita itu. Mata Reyna mengerjap mencoba menahan air mata yang mulai menggenang di pelupuk mata. Dan tentu saja si suami sangat sadar apa yang dirasakan Reyna.

Aldi kembali mendekap erat sang istri dengan posisi dagu menempel pada kepala wanitanya. "Ssstttt, Sayang, jangan bahas ini lagi, oke? Aku sudah sangat bahagia memilikimu. Jadi, jangan mempermasalahkan itu lagi," sergah Aldi yang ikut merasakan kesedihan Reyna. Dia tidak ingin mereka  terlarut dalam dilema yang mereka hadapi hingga saat ini.  

Reyna kemudian melepaskan diri dari pelukan Aldi. Tatapan tepat menusuk ke manik mata sang lelaki. "Pernikahan kita sudah masuk usia yang ketiga, Mas," kata Reyna mengingatkan.

"Dan aku tidak peduli, asal kau tetap setia bersamaku," ucap Aldi tegas dan membalas tatapan Reyna dengan lembut.

Reyna menghela napas panjang, dia kemudian mengantar Aldi sampai ke depan rumah mereka. Reyna mencium punggung tangan Aldi yang dibalas laki-laki itu dengan mencium kening sang istri dan mengusap pelan puncak kepala Reyna.

"Aku berangkat kerja, Sayang. Jangan pikirkan sesuatu yang membuatmu sedih, oke? Aku mencintaimu tanpa tapi. Jadi, percaya padaku," ucap Aldi lirih.

Reyna mengangguk lalu mengantar suaminya ke depan mobil hingga bayangan Aldi tidak terlihat lagi. Doa kebaikan selalu tersemat dari bibir indahnya setiap sang suami ke luar dari rumah untuk menjalankan kewajibannya bekerja.

***

Waktu telah menunjukkan pukul 07.00 malam ketika Aldi memarkir mobil di salah satu hotel bintang lima, yang terletak di pusat kota. Dia segera mencari ruangan yang telah dipesan khusus untuk meeting perdana proyek besar perusahaannya.

Aldi sudah ditunggu oleh beberapa lelaki dan dua orang wanita yang merupakan perwakilan tiga perusahaan. Mereka semua berasal dari perusahaan yang akan bekerja sama dengan perusahaan yang Aldi pimpin.

Pertemuan itu memakan waktu yang tak sedikit, materi yang sedang mereka rapatkan bukan pekerjaan sederhana. Mereka terlibat percakapan serius tentang perjanjian kerja sama yang akan dilakukan pada proyek pembangunan mall dan hotel bintang lima dengan segera mereka bangun di lokasi yang berdampingan.

Kesepakatan tercapai dan penanda tanganan kerja sama telah mereka setujui dari tiap perwakilan perusahaan. Aldi yang terkenal cerdas dan sangat ahli dalam negosiasi dengan mudah bisa mengusai forum serta memikat klien.

Presentasi yang dia lakukan sukses membuat partner-nya kagum dan semakin menghormati pria itu. Selain cerdas, Aldi terkenal sebagai pria yang tidak pernah mau kalah dengan para kompetitor maupun pesaing bisnis. Dia berupaya dan harus menjadi orang yang paling berpengaruh di lingkungan bisnis.

Saat pembahasan sudah selesai, tiba-tiba kepala Aldi terasa berat dan tanpa alasan yang jelas dia merasa gerah. Laki-laki yang terlihat gelisah itu tanpa sadar membuka jas kerjanya dengan kasar. Dia kemudian juga membuka beberapa kancing kemeja. Wajah Aldi terlihat memerah menahan gejolak rasa. 

"Bro, ada apa?" tanya seorang peserta meeting yang bernama David. Laki-laki itu kemudian menatap ke sosok wanita yang melangkah mendekat ke arah mereka. Kerlingan mata David menatap wanita itu dengan senyum menggoda.

"Pak Aldi, kau tidak apa-apa?" tanya wanita yang bernama Nadia. 

Sekilas dia melirik David yang memberikan kesempatan untuk menemani Aldi. Wanita itu menghampiri dan menyentuh lengan Aldi dan berhasil membuat dia merasakan sensasi aneh. Tubuh Aldi bergetar menahan suatu rasa. 

Aldi kemudian sudah setengah tidak sadar saat dia merasa dituntun ke suatu ruangan seperti sebuah kamar. Pria itu masuk dan duduk di tepi ranjang sembari kembali membuka seluruh pakaian bagian atas yang dibantu oleh seorang wanita. 

Aldi menoleh ke arah sosok wanita yang membantunya itu, sedikit membelalakkan mata lalu dia tersenyum dan mendorong pelan wanita itu ke atas ranjang dengan gairah yang meledak. Sosok wanita itu terlihat sebagai Reyna, istrinya.

"Reyna, Sayang," bisik Aldi lalu menyerang tubuh Nadia.

Aldi tidak sabar lagi karena tubuh itu menginginkan sesuatu yang lebih intim. Dengan penuh gairah Aldi menyambar bibir merah wanita itu,   penuh hasrat dan disambut agresif oleh Nadia.

"Came on, Honey ... I want you," bisik Nadia parau di telinga Aldi.  

Mereka benar-benar larut dalam gairah panas malam penuh nikmat. Saat ini, detik ini, waktu yang ditunggu sekian lama olehnya. Wanita itu sangat menyukai Aldi sejak setahun yang lalu tanpa Aldi tahu. Permainan ranjang yang mereka lakoni penuh gairah dan hasrat membara, tentu saja Nadia lebih banyak terlihat memimpin permainan.

Wanita itu kemudian  mengalungkan tangan di leher Aldi. Menerima serta membalas semua serangan Aldi untuknya tanpa sedikit pun penolakan. Lambat laun hanya terdengar suara lenguhan merdu dari keduanya yang penuh hasrat memenuhi ruangan tersebut. 

Di tengah pergumulan terlarang itu, ponsel Aldi berbunyi. Aldi menggapai ponsel yang ada di atas nakas di samping tempat tidur.  Sedangkan sebelah tangan yang  lain masih asik bergerilya di tubuh Nadia.

“Tolong hubungi aku besok pagi jika penting. Ini waktu istirahat,” jawab Aldi kepada orang yang menelepon.

"Aldi ...." Suara desahan Nadia yang lolos dari bibirnya membuat pria itu segera mematikan ponsel. 

Aldi tidak tahu jika ada sosok wanita di seberang sana yang masih tertegun di tempat seraya menggenggam erat benda pipih yang baru saja ia gunakan untuk menghubungi sang suami, dengan menahan gejolak rasa yang berkecamuk di hatinya.

***

Author Note:

Hai-hai, bertemu lagi denganku di sini. Aku mencoba membuat cerita tentang kisah pasangan suami istri yang penuh dengan lika liku kehidupan.

HATI-HATI! CERITA MENGANDUNG BAWANG ....Cuzzzzz lanjut

Kuy kenalan ma Author dan tokoh cerita ini

I* : the.rain96

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status