"Prediksi BMKG selama lima hari ke depan aman terkendali kok. Nih, kalian lihat sendiri," sergah Mira sambil menyodorkan ponselnya kepada kedua sahabatnya.
Lia, sang pemimpin perjalanan mereka kali ini. Juga ikut memeriksa data dari BMKG. Gadis itu langsung merasa lega setelah mengetahui semuanya dalam kondisi aman terkendali.Sera juga ikut melihat laporan prediksi cuaca dari BMKG selama seminggu ke depan. Akan tetapi rasa khawatirnya masih saja bersarang di dalam dirinya."Duh ... gue kenapa, sih? Masih gelisah begini?" tanyanya kepada dirinya sendiri.Sore hari di apartemen,Sera, Lia, dan Mira mulai sibuk mempersiapkan barang-barang yang akan mereka bawa nantinya selama berlayar di lautan.Diantara ketiga ransel para gadis itu. Ransel Sera lah yang agak besar dibandingkan dengan ransel kedua temannya yang lain.Bahkan gadis itu membawa dua ransel besar."Sera, Lo bawa apaan kok gede banget?" tanya Lia kepadanya."Entah tuh, Sera nggak jelas banget!" Mira juga ikut terheran-heran dengan sikap Sera itu.Namun sang gadis tidak mempedulikan sama sekali semua perkataan Mira dan Lia Dia terus saja fokus menyusun semua barang bawaannya.Menyadari sang sahabat yang diam saja. Membuat Mira kembali angkat bicara."Woi ... Serafina Florine! Kita mau berlayar ke laut! Bukannya mau mendaki gunung," serunya."Yang bilang kita mau mendaki gunung siapa, sih? Kita memang mau berlayar ke laut," jawab Sera santai."Tapi Lo ngapain bawa barang segede gaban?" tukas Lia masih merasa aneh dengan sikap temannya itu."Sudah, ah! Mending kalian ngurusin barang-barang kalian saja," seru Sera mulai jengkel dengan kedua temannya.Namun dasar Mira masih saja penasaran dengan tingkah laku Sera. Dia pun berkata lagi kepada Sera,"Terus Lo ngapain bawa pembalut wanita banyak banget?""Ya ... untuk persiapan saja, Guys! Yuk ah, kita susun bahan makanan dan perlengkapan lainnya," ajaknya kepada kedua sahabatnya."Semua sudah beres, Sera. Gue dan Lia telah menyusun semua barang yang akan kita bawa," sahut Mira."Kita tinggal berpamitan saja dengan para orang tua," sergah Lia lagi."Mira,bagaiman dengan kotak P3K. Apakah Lo juga sudah mempersiapkan semuanya?" Sera memastikan hal tersebut kepada sahabatnya."Sudah, kok. Gue sudah mempersiapkan semuanya," sahut Mira menjelaskan.Lalu ketiga gadis itu pun mulai menelepon para orang tua mereka masing-masing untuk berpamitan.Setiap orang atau kelompok yang ingin melakukan perjalanan ke laut, haruslah memberitahukan kepada keluarga terkait rencana perjalanan dalam mengitari lautan, baik rute perjalanan maupun jarak dan waktu yang diperlukan dalam menempuh rute tersebut. Hal ini bertujuan agar jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, keluarga dapat memberikan pertolongan dengan memberikan informasi kepada pihak terkait dan membantu dalam proses pencarian jika terjadi sesuatu hal yang buruk kepada mereka yang sedang melakukan perjalanan ke laut.Namun para orang tua menginginkan jika putri mereka mengunjungi keluarganya langsung. Untuk itu, saat ini ketiganya sedang bersiap-siap untuk pulang ke rumah mereka masing-masing."Guys, gue dipanggil pulang sama bokap gue," tukas Sera kepada kedua sahabatnya."Sama, gue juga." timpal Mira."Ya sudah, sampai jumpa nanti malam. Gue soalnya disuruh pulang juga." Ternyata Lia juga disuruh pulang oleh keluarganya.Jadilah saat ini mereka ke luar dari apartemen dan mulai berpencar untuk pulang ke rumah mereka masing-masing.Keesokan harinya di pelabuhan tanjung Priok, Jakarta Utara.Sebuah kapal kecil berjenis speed boat center console, yang telah disewa oleh ketiga gadis cantik itu, tengah bertengger di pelabuhan.Jenis speed boat ini lebih besar dari biasanya dengan kemampuan menampung hingga 6 orang. Kapal ini dilengkapi dengan konsol tengah yang memudahkan pengemudi dalam mengontrol kapal dari satu tempat. Speed boat center console biasanya digunakan untuk kegiatan berlayar di lautan selama paling lama dua mingguan lebih.Fasilitas lain yang bisa dinikmati pada jenis speed boat ini yaitu tempat tidur dan tempat duduk yang empuk, toilet, dan tempat penyimpanan barang-barang.Dimensi panjang kapal diperkirakan antara lima sampai delapan meter dan lebar sekitar tiga meter. Mesin yang disematkan pada speed boat ini juga bertenaga tinggi, sehingga lebih mudah bergerak dengan kecepatan terkendali di atas air."Selamat pagi, Mas Omar." sapa ketiga gadis itu kepada seorang kapten kapal yang telah berlisensi."Pagi para Nona-nona," sahutnya kepada ketiganya.Ketiga gadis itu pun mulai naik di atas kapal. Mas Omar, juga terlihat membantu mereka dengan membawa barang-barang yang ada."Nona Sera, kenapa ransel Anda lebih besar dari Nona Lia dan Nona Mira?" tanya Mas Omar yang ikut terheran-heran dengan dua ransel besar yang dibawa oleh gadis itu."Untuk persiapan saja kok, Mas." jawab Sera sekenanya.Lalu dari arah dalam kapal, ke luar seorang perempuan yang umurnya sedikit lebih tua dengan para gadis itu."Hei ... dia siapa, Mas?" kaget Lia, sang pemimpin pelayaran.Setahunya mereka hanya menyewa Mas Omar seorang. Tidak dengan orang lain."Ma ... maaf, Nona-nona. Perkenalkan ini istri saya. Namanya Yuni. Dia juga akan ikut bersama kita saat berlayar nanti.Mendengarkan hal itu. Lia menjadi tak senang. Gadis itu pun berkata kepada Omar,"Lho, Mas. Bukannya kesepakatannya, jika hanya Mas saja yang ikut kami? Kok jadinya malah bertambah!" sengitnya.Lia berkata menusuk seperti itu karena dia tidak mau ada sesuatu yang akan terjadi nantinya di atas lautan.Lia dan kedua temannya sangat mahir berenang. Pasti demikian dengan Omar. Dia tidak mau pria itu membawa istrinya. Malah menjadi beban bagi mereka nantinya."Anda tenang saja, Nona. Istri saya jug jago berenang kok." sahut Omar lalu menyerahkan selembar fotokopian sertifikat berenang Yuni ke tangan Lia.Dengan seksama, Lia dan Mira memeriksa keaslian sertifikat berenang itu. Ternyata semuanya memang asli.Mira pun berbisik ke telinga Lia, agar mengizinkan Yuni ikut serta dengan mereka selama berlayar di lautan bebas."Bagaimana, Nona Lia? Apakah Anda mengizinkan saya membawa istri saya?"Mira memberikan isyarat agar Lia mengizinkan Mbak Yuni untuk ikut serta dengan mereka."Baiklah, Mas. Mbak Yuni bisa ikut serta dengan kita ke laut."Omar merasa senang bukan kepalang karena istri nya diizinkan untuk berlayar bersama mereka.Keduanya merupakan pasangan suami istri yang baru saja menikah.Omar sengaja mengajak istrinya untuk sekalian merayakan bulan madu mereka selama beberapa hari berada di atas laut.Kapal kecil itu, pun perlahan mulai meninggalkan pelabuhan Tanjung Priok Jakarta Utara.Perairan laut terlihat tenang langit yang biru juga mengiringi perjalanan mereka menuju ke arah tengah laut untuk menyusuri pulau-pulau.Sinar matahari juga terpancar sangat terik saat ini.Di pelabuhan itu juga bertengger kapal pesiar yang berukuran lebih besar dari kapal yang disewa oleh ketiga gadis tadi. Pemiliknya yaitu Hezki Arion, seorang pengusaha yang bergerak dalam bidang perkapalan.Kapal kecil itu berjenis speed boat cabin cruiser yang khusus dirancang untuk kegiatan rekreasi dan liburan. Kapal ini dilengkapi dengan kabin yang dapat menampung beberapa orang, serta fasilitas seperti dapur mini, kamar mandi, dan tempat tidur. Dimensi speed boat cabin cruiser umumnya lebih besar dan lebih berat daripada jenis speed boat lainnya, yaitu panjang antara delapan sampai dua belas meter dan lebarnya berkisar antara tiga sampai empat meter. Mesin yang disematkan juga bertenaga tinggi, sehingga bisa digunakan untuk perjalanan jauh di atas lautan bebas dengan fasilitas yang memadai. Ketiganya baru saja sampai di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Mereka terlihat sibuk menaikkan semua barang-barang pribadi masing-masing ke dalam kapal pesiar berukuran kecil itu.S
Ketiga gadis itu sama sekali tidak menyadari jika pasangan suami istri itu dari tadi mulai berjalan perlahan menuju ke pintu ke luar. Entah apa yang hendak mereka lakukan beberapa saat lagi."Sa ... saya, juga tidak tahu apa yang akan dilakukan untuk mengatasi hal ini Nona Lia. Kita kan tidak bisa memprediksi tentang cuaca di tengah laut," tutur Mas Omar."Saya bukan sedang membicarakan tentang cuaca laut, Mas! Yang saya permasalahkan adalah bagaimana kapal ini bisa mencapai daratan kalau tidak ada bahan bakar? Mbak Yuni! Apa solusi dari Anda?" sahut Lia sengit.Sepasang suami istri itu malah terdiam dan tak dapat berkata-kata. Sementara Sera dan Mira mulai ketakutan dengan apa yang akan terjadi kepada mereka selanjutnya.Lalu tanpa ketiganya sadari, pasangan suami istri itu, tiba-tiba ke luar dari kabin. "Maafkan kami, Nona!" seru Mas Omar sambil menarik tangan istrinya menuju dek kapal."Hei ... apa yang kalian lakukan!" teriak Mira.Namun terlambat, pasangan suami istri itu, telah
Di atas kapal, Lia, Mira, dan Sera dapat melihat jika sepasang suami istri itu dari tadi mencoba berusaha untuk mendekati kapal. Akan tetapi gelombang laut yang besar malah membuat kapal itu semakin jauh terombang-ambing dari mereka.Ketiga gadis itu juga tidak dapat berbuat apa-apa karena mereka tidak memiliki peralatan untuk menolong mereka. Beruntungnya Omar dan Yuni sangat terlatih dalam hal berenang. Sehingga mereka dapat bertahan lebih lama lagi di laut. Apalagi keduanya juga telah memakai baju pelampung yang membuat tubuh mereka tetap terapung di atas lautan luas itu.Hari pun mulai gelap, namun gelombang laut masih saja besar. Ketiga gadis itu telah kembali masuk ke dalam kabin kapal.Mereka baru saja selesai makan malam seadanya untuk mengganjal perut mereka malam ini. Ketiganya sedang duduk di sebuah sofa kecil yang ada di dalam kabin kapal kecil itu.Sepertinya Lia akan segera memulai rapat penting.Gelombang laut masih saja besar tapi sudah agak berkurang terjangan om
Ternyata amukan cuaca buruk di tengah lautan juga dirasakan oleh Hezki, Ronald, dan Edu yang juga sedang berlayar di tengah lautan bebas. Kapal mereka mulai berderit-derit di atas gelombang tinggi. Angin kencang menderu, memekik, dan mengoyak debu-debu asin laut. Hezki, Ronald, dan Edu yang berdiri di geladak terlihat mulai pucat dan cemas."Kita harus mengendalikan kapal ini dengan baik!" seru Edu, berusaha menahan dirinya dari goyangan kuat. "Betul! Kita tidak boleh membiarkan badai ini merobek kapal kita menjadi dua," tambah Ronald dengan wajah tegang.Hezki, yang biasanya tenang, berkata, "Gue akan ke ruang kemudi, cobalah mempertahankan apa yang kita punya di sini!"Mereka bertiga berusaha mati-matian mengendalikan kapal, tetapi ombak raksasa dan angin kencang terus menguji ketahanan mereka. Kapal melayang naik dan turun di atas gelombang seperti permainan ayunan neraka."Hezki, tolong berpegang terus dikemudi! Ronald, bantu gue mengamankan semua beban kapal!" perintah Edu sa
Saat ini pagi yang baru saja menyapa, matahari belum lama muncul di cakrawala, menerangi samudera yang tak berujung. Kapal yang di atasnya ada Sera, Mira, dan Lia, yang sebelumnya berlayar dengan semangat, kini terombang-ambing di atas ombak yang ganas. Badai masih belum surut, angin masih bertiup sangat keras, dan hujan deras juga terus saja membasahi lautan luas itu. Mira dan Lia berdiri di dek kapal, kedua gadis itu tampak cemas. Sementara Sera duduk di kokpit kapal, mencoba untuk mencari solusi.Dengan nada khawatir Sera pun berkata, "Guys, apa yang akan kita lakukan sekarang? Kapal kita kehabisan bahan bakar, dan badai ini semakin parah!""Apa yang yang akan terjadi selanjutnya, Mira? Bagaimana kita bisa keluar dari situasi ini?" Sera masih saja khawatir.Lia yang dari tadi diam saja mulai memikirkan situasi ini. Dia lalu angkat bicara, "Kita harus tetap tenang, kecemasan dan kegelisahan tidak akan memecahkan masalah. Pertama, kita perlu memastikan jika kita dan semua barang-
Omar dan Yuni hanya mengangguk dan terlihat sinis memandang ketiga gadis itu.Sementara Lia, Mira, dan Sera, telah sampai di dalam kapal. Mereka pun segera melakukan rapat kecil darurat.Ketiganya sengaja mengecilkan volume suara mereka agar percakapan rahasia ini tidak didengar oleh sepasang suami istri yang licik itu."Guys, mau tidak mau. Kita harus merelakan Omar dan Yuni untuk bergabung dengan kita di atas kapal ini. Nggak mungkin kita menyuruh mereka untuk melompat ke laut. Itu sama saja kita melakukan sesuatu hal yang tidak berperikemanusiaan. Hanya saja. Kita harus terus berjaga-jaga. Jangan sampai kita kecolongan lagi dengan tipu muslihat mereka," ucap Lia panjang lebar kepada kedua temannya."Seperti rapat kita sebelumnya, gue akan bertanggung jawab dengan semua urusan yang berhubungan dengan logistik! Jangan harap gue akan membiarkan mereka mendekati gudang persediaan makanan kita!" tegas Sera diliputi amarah kepada Omar dan Yuni yang menyebabkan mereka terombang-ambing di
Kapal yang di atasnya ada Lia, Sera, dan Mira, Yuni dan Omar yang sedang berlayar di lautan bebas, ternyata membentur batu karang yang berada di dalam lautan. Ombak besar mulai menghantam kapal mereka lagi."Oh tidak, badai semakin parah!" teriak Lia."Kita harus segera mencari tempat berlindung. Kapal ini tidak akan tahan terhadap badai ini." tukas Sera."Tapi apa yang harus kita lakukan! Kita sedang berada di tengah lautan!" ujar Yuni semakin panik."Kita harus mencari daratan terdekat untuk berlindung sementara." seru Omar."Apakah kalian lupa? Kapal ini telah kehabisan bahan bakar! Kita hanya bisa terombang-ambing sekarang!" Mira mencoba menyadarkan semua orang yang ada di atas kapal itu.Ketika tadi kapal menabrak batu karang dengan keras, air laut mulai masuk ke dalam kapal. Benturan tersebut membuat mereka sangat ketakutan dan panik. Mereka menyadari bahwa kapal dalam bahaya sekarang dan kelimanya takut kapal ini akan tenggelam."Oh tidak, air mulai masuk ke dalam kapal! Apa
"Selamat siang, Nona-nona. Ada apa dengan kapal kalian?" tanya Hezki, sang kapten kapal. Namun sorot matanya tertuju kepada Mira yang menurutnya, gadis paling cantik di atas kapal itu."Tuan-tuan, terima kasih banyak telah menanggapi panggilan darurat dari kami. Saat ini kami sedang dalam keadaan darurat. Kapal kami telah menghatam baru karang dan sedikit bocor. Kami telah menambalnya dengan peralatan seadanya. Namun kami tidak yakin itu dapat bertahan lama, jadi kami sangat membutuhkan bantuan Tuan-tuan sekalian," ucap Lia yang diduga oleh Hezki sebagai pemimpin mereka.Sementara gadis yang menarik hatinya terlihat diam namun memandang penuh arti kepadanya berharap Hezki dan teman-temannya mau membantu mereka.Ketiga pemuda tampan itu saling lihat-lihatan untuk berembuk terlebih dahulu. Ketiganya terlihat menggangguk seperti mengisyaratkan jika mereka akan menolong para gadis itu."Baiklah, kami akan menolong Anda bertiga," sahut Edu, pria bermata teduh yang dari tadi matanya terus