Share

Chapter 7

Author: Amelia Siauw
last update Last Updated: 2021-01-20 15:07:48

     "Apa katamu?! Bisa-bisanya kalian malah membunuhnya!"

     Ming Shi tampak amat murka, Jenderal Wei yang ketakutan cepat-cepat berlutut meminta pengampunan, "Beribu maaf saya haturkan atas kesalahan saya, Yang Mulia, namun ini bukanlah hal yang kami sengajai. Semua ini terjadi karena kekacauan yang ditimbulkan seorang pemuda..."

     "Lantas, apa hanya karena seorang pemuda kalian jadi boleh melanggar perintahku seenaknya?! Kau tahu, bagitu inginnya aku bertemu dengan Perdana Menteri Zhan. Ia adalah Perdana Menteri legendaris, dengan adanya dia di sini akan sangat membantu kemajuan negeri kita!"

     "Saya sangat menyesal..."

     "Menyesal saja tidak cukup untuk menebus kesalahanmu. Satu-satunya yang bisa menebusnya hanyalah dengan nyawamu!"

     "Saya..." Tapi belum sempat Jenderal Wei melanjutkan kalimatnya, Sekretaris Li tiba-tiba maju dan berlutut. 

     "Yang Mulia, mengingat jasa-jasa Jenderal Wei yang begitu besar bagi negeri ini, saya berharap Anda memberinya keringanan hukuman!"

     Jenderal Wei memandang tak percaya ke arah sekretaris muda yang selama ini selalu dianggapnya sok tahu dan lemah itu. Selama ini ia selalu menganggapnya terlalu lembek karena Sekretaris Li selalu memprotes sedikit saja praktek kejam dalam pemerintahan, bahkan tak jarang ia menuding anak muda itu terang-terangan. Memang sejak semula, ia sudah siap mendapat hukuman mati. Namun bagaimanapun, ia merasa terharu ada orang yang rela membelanya. Apalagi saat mengetahui orang itu adalah Sekretaris Li,  anak muda yang selalu diremehkannya.

     Ming Shi mendelik marah. "Li Run Xiang! Selama ini aku sudah cukup sabar terhadap segala ocehanmu! Kini aku sudah tidak bisa mentolerirmu lagi! Jangan kira karena kau sepupuku kau bisa seenaknya mengaturku!"

     Sekretaris Li melanjutkan dengan berani. "Sekarang Perdana Menteri Zhan sudah meninggal, mau berapa banyak nyawa yang Anda hukum mati tidak akan bisa menghidupkannya kembali. Lebih baik Anda merelakannya..."

     "Kau bicara sekali lagi dan nasibmu akan sama dengan Jenderal Wei!"

     "... dan cari penggantinya. Mengapa Anda tidak menemui muridnya saja?"

     Kemarahan Ming Shi berganti menjadi rasa ingin tahu. "Murid? Kudengar dia tidak pernah mau mengangkat murid bahkan seorang saja..."

     "Itu dulu. Tapi baru sehari yang lalu, tepat saat kita menyerang Ming, beliau mengangkat seorang pemuda dua puluhan tahun sebagai muridnya. Makanya kabar ini sangat heboh di antara para pembesar Ming. Pastilah sang murid begitu jenius."

     Wajah Ming Shi berseri-seri. "Kalau begitu, cepat bawa dia ke hadapanku."

     "Sayangnya, itu akan sulit dilakukan. Pemuda itu sedang mendekam di penjara bawah tanah. Namanya adalah Sun He Xian."

     "Sun He Xian?!" Jenderal Wei ikut berseru. "Bukankah dia pemuda pembuat onar itu?!"

     "Ada apa ini? Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Ming Shi kebingungan.

     "Sun He Xian itulah pemuda pengacau yang saya maksudkan tadi. Saat saya tengah membacakan titah Yang Mulia, tiba-tiba ia muncul menghunus pedang dan mengucapkan rentetan kata-kata makian. Yah..." Jenderal Wei menelan ludah. Hanya dia seorang saja bangsawan dari negara kalah perang yang begitu berani melawan walau ia tahu ia pasti akan kalah. Setidaknya, saya harus memuji keberaniannya."

     "Baik, kalau begitu," Ming Shi tampak tak sabar. "Pertemukan aku dengannya sekarang juga."

***

      He Xian disekap di penjara bawah tanah Han, bersama Kaisar Ming, ibunya dan adik perempuannya, beserta beberapa pejabat paling senior negeri Ming. Dibanding para bangsawan lain yang sibuk bercakap-cakap, He Xian memilih diam di sudut penjara.

     "Kabarnya Kaisar Han Wen Xing itu sangatlah kejam. Ia selalu membantai keluarga kerajaan kalah perang, lalu memajang kepala mereka di balai kota," Mantan sekretaris negara Ming berkata ketakutan.

     "Kalau begitu Anda aman, Sekretaris Qing. Anda bukan termasuk keluarga kerajaan. Tidak seperti kami, Penasihat kerajaan yang merupakan paman Kaisar menukas.

     "Saya mengkhawatirkan Anda sekalian."

     "Maafkan aku," Mantan Kaisar menggumam lirih. "Aku bukan pemimpin yang baik, tidak sanggup melindungi bahkan diriku sendiri..."

     "Yang Mulia, ini bukan kesalahan Anda. Kalau mau disalahkan, salahkanlah Kaisar yang tamak itu. Dialah yang membuat kehancuran di mana-mana. Dia harus dimusnahkan!"

     "Siapa itu yang berani memaki Yang Mulia?!?"

     Seruan yang berasal dari luar pintu penjara tersebut serta merta mengagetkan para penghuni penjara. Ketakutan, mereka memandangi terali besi yang di baliknya kini telah berdiri beberapa pejabat Han. Sipir penjara membukakan pintu, mempersilakan salah seorang dari antara mereka masuk.

     "Siapa yang bernama Sun He Xian?" Sekretaris Li bertanya.

     He Xian tidak menyadari dirinya dipanggil. Ia masih diam tepekur, merenungi nasibnya dan pertemuannya dengan Perdana Menteri Zhan dan mengapa takdir membawanya pergi begitu cepat. Sesungguhnya bahkan, ia tidak peduli lagi dengan nasibnya akan datang nanti.

     Kaisar Ming mendekatinya, "Tuan Sun, mereka memanggil Anda..."

     He Xian mendongak, kemudian berdiri menghampiri Sekretaris Li, menatapnya dengan tajam. 

     "Tuan Sun, Yang Mulia Kaisar memanggil Anda ke ruang pribadinya. Beliau ingin bertemu dengan Anda."

     Semua orang nampak tercegang. Tapi He Xian sendiri tidak menunjukkan reaksi apapun. Ia hanya mengikuti para pejabat tersebut, keluar dari penjara dalam diam.

***

     Bila sikonnya dalam keadaan biasa, He Xian pastilah akan merasa lebih keder saat ini. Karena ia akan bertemu dengan Kaisar penguasa tiga perempat dunia, yang kekuasaannya jauh lebih besar dibanding Kaisar negerinya - yang sekarang ini pula telah hancur. Ia semestinya juga akan merasa lebih terpesona, mendapat kesempatan melihat istana negeri lain yang memiliki peradaban lebih maju. Tetapi sekarang batinnya terasa amat kosong. Ia melewati begitu saja taman-taman istana yang elok dan koridor-koridor dengan hiasan yang memukau tanpa berniat memperhatikannya. 

     “... Berjanjilah bahwa, di manapun kau berada nantinya, kau akan selalu mendedikasikan dirimu untuk kebenaran dan kebaikan, dan bukan untuk egomu sendiri ...”

     Kakek, sekarang aku telah berada di Han. Tolong ajarkanlah aku bagaimana aku bisa tetap mendedikasikan diriku demi kebaikan dan kebenaran sementara aku berada di negara musuh.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 96

    “Run... Xiang...” Ming Shi bergumam lemah. “Juga... Yan Xu... kurasa aku tak akan bisa bertahan di dunia ini lebih lama...” “Kakanda! Jangan berkata seperti itu! Tabib akan dapat menyembuhkan luka Anda!...” Yan Xu menjerit histeris, sementara He Xian dan Sekretaris Li memandang Ming Shi dengan lesu. Luka di tubuhnya sudah terlalu parah untuk dapat disembuhkan. Nyawanya tak mungkin diselamatkan. “Percuma saja Yan Xu...”M ing Shi menatap Yan Xu lekat-lekat. “Aku hanya menyesalkan satu hal, mengapa aku tidak diperbolehkan berada di dunia ini lebih lama. Aku masih belum sempat membahagiakan permaisuri yang aku cintai...” Yan Xu tergugu. Selama ini tidak pernah ia mendengar Ming Shi mengatakan bahwa pria itu mencintainya. Jangankan itu, pria itu bahkan tidak pernah memujinya cantik seperti yang lumrah dilakukan seorang pria terhadap kekasihnya. Mendadak, ia merasa limbung luar bi

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 95

    Putri Chang menyentak sinar setar, begitu keras dan mengejutkan hingga membangkitkan suatu sengatan yang secepat kilat menstimulasi otak He Xian. Senyum sang putri mengembang. Ia telah berhasil memengaruhi He Xian sepenuhnya, dan pemuda itu akan mengangkat pedangnya untuk selanjutnya menyerang Ming Shi. “Kalian salah. Hatiku tidak lagi menyimpan kebencian dan dendam terhadap Kaisar Han. Dan itu jauh lebih baik. Dendam bagaikan kumpulan api yang panas membakar, belum tentu kalian berhasil meluapkannya, namun kobaran api tersebut sudah pasti melukai diri kalian sendiri. Dengan membuang kobaran api tersebut, aku menghentikan melukai diriku sendiri.” He Xian berkata bijaksana. “Aku tahu Tuhan menciptakan aku ke dunia ini bukan untuk mewujudkan misi negatif. Melainkan untuk mewujudkan sebuah misi positif dengan mengalahkan rintangan berupa hasrat negatif. Begitu juga dengan kalian. Singkirkanlah semua kebencian kalian, dan

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 94

    Mangkuk tersebut kini berada dekat sekali dengan tangan Ming Shi. Si wanita menyentak halus, dan Ming Shi mulai mengangkat mangkuk itu, siap meminumnya. TSRATTT! Lontaran panah secepat kilat menjatuhkan mangkuk beracun tersebut. Si wanita berbalik, siap membuat perhitungan pada orang yang berani mengacaukan pekerjaannya yang nyaris rampung itu. “Siapa kau?!” Ia berseru marah. Di saat bersamaan Ming Shi juga tersadar sepenuhnya dari hipnotis si wanita. “Sun He Xian dan Run Xiang?!” serunya. “Juga... Yan Xu! Bagaimana kalian bisa ada di sini?!” He Xian dan Sekretaris Li menghaturkan hormat, “Berkat Yang Mulia Permaisuri, Yang Mulia, beliaulah yang mendapatkan firasat Anda tengah mengalami bahaya. Dan syukurlah, rupanya kami datang tepat pada waktunya. Anda nyaris saja membunuh diri Anda sendiri!” &

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 93

    Mereka telah merencanakan akan mengadakan di bawah pohon willow raksasa ini. Dua orang telah berdiri di sana, menunggu dengan tak sabar orang ketiga yang tak kunjung datang. “Mengapa ia lama sekali datang?” si wanita berseru tak sabar. “Apa dia lupa kalau hari ini kita akan mengadakan pertemuan di sini?” Si pria menenangkan. “Tidak mungkin, Putri. Dia pastilah sedang sibuk, bagaimanapun dia adalah kepala kasim di istana ini.” “Huh, dia baru seorang kasim, sedangkan kau Menantu Raja!” “Aku bukanlah Menantu Raja dengan gelar resmi, Putri... Pernikahan kita hanya beratapkan sinar rembulan di dalam hutan...” “Bagaimanapun juga kau menikah denganku yang merupakan seorang putri!” ujar si wanita berapi-api. “Kau tidak seharusnya merendahkan diri seperti itu, ap

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 92

    Mulanya Yan Xu bingung melihat jumlah pengawal Istana Barat bertambah dua kali lipat, pula mendapati He Xian dan San Jin kini ganti mengiringinya ke mana-mana. Ming Shi sendiri pun selalu datang menemaninya tepat setelah pria itu menyelesaikan tugasnya di istana. “Apa kalian mau mengatakan si pembunuh kini ganti mengincarku?” tanyanya pada He Xian, yang menjawab, “Kami tidak tahu, Yang Mulia. Tetapi para selir telah mendapatkan pengawalan yang aman, sementara Anda tidak sama sekali, padahal Anda adalah permaisuri.” Yan Xu melengos. “Aku tidak apa-apa, kalian sama sekali tidak perlu mengkhawatirkanku. Apa kau tak tahu Tuan Sun, aku kan pernah membunuh Khan Khanate! Jadi si pelaku tentunya bukan tandinganku!” Ia berseloroh. “Ohya, tentu saja kau tak tahu. Kau kan tengah menuju negeri Qi saat itu.” Walaupun Yan Xu mencoba bergu

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 91

    Secara tak terduga Min-Hwa melintas di hadapan mereka. He Xian terpana. Min-Hwa kini nampak sangat feminim dan gemulai, dan jauh lebih cantik, dengan sorot matanya yang sendu dan sayu. Gadis itu sendiri juga melihat He Xian. Mulutnya pun membuka, “He Xian!...” Min-Hwa tak sempat melanjutkan kata-katanya; Ming Shi telah menotok jalur energi pada gadis itu. Ia segera terkulai lemas sementara pria itu segera merengkuhnya, sangat mesra. “Kaulihat, Sun He Xian. Aku sangat mencintai selirku, termasuk dia yang dulu pernah melawanku,” Ia berujar, jari-jari tangannya kini sibuk membelai-belai wajah Min-Hwa. “Bukankah dia merupakan rekan sejawatmu yang terbaik? Dia selalu membantumu dan menyertaimu, benar kan? Sekarang, ia bersedia menyerahkan dirinya menjadi milikku. Tidakkah kau membencinya? Tidakkah kau membenciku, yang telah merenggut orang yang kausayangi darimu?” Ming Shi menata

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status