แชร์

Part 4

ผู้เขียน: NawankWulan
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2022-11-10 17:27:49

Lampu ruang tengah menyala. Aku masih menyeruput teh dengan santai saat Mas Bima ternganga di depan pintu kamar. Kulihat keterkejutannya.

"Am ... Amel?" tanyanya kaget. Aku mencoba untuk tersenyum meski dalam hati rasanya geram.

"Dari mana malem-malem begini, Mas? Nggak nongkrong sama temen lagi dong?" tanyaku santai. Membuat Mas Bima kembali salah tingkah.

"Eh Emmm--

"Dari kantor?" tanyaku singkat, tak menoleh sedikit pun ke arahnya. Aku hanya melihat kebingungannya dari ekor mataku.

"Nggak, kok, Dek. Keluar sebentar buat cari angin," jawabnya kemudian.

"Oohh."

"Tidur, yuk, Dek. Ngantuk banget nih. Besok mulai kerja lagi, takut kesiangan," jawab Mas Bima sengaja tak memberiku kesempatan untuk bertanya lagi.

Aku hanya mengangguk pelan. Mas Bima membuka lemari dan mengganti kaos sebelumnya dengan koas oblong miliknya.

Dia masukkan kaos kotor itu ke bak cucian kotor lalu melangkah menuju pembaringan. Sebelum menarik selimut, Mas Bima melirikku kembali yang masih duduk di sofa depan kamar kami.

"Kamu mau begadang, Dek?" tanyanya singkat. Aku menoleh pelan.

"Tidur aja dulu, Mas. Aku cuma ingin menghabiskan teh ini dulu, kok," jawabku lagi. Mas Bima mengangguk pelan lalu memejamkan matanya.

Beranjak dari sofa, kumasukkan cangkir teh ke wastafel dan mencucinya. Perlahan kuambil kembali kaos Mas Bima yang baru saja dia masukkan ke bak cucian kotor. Meneliti tiap sudutnya lagi. Bekas bibir dengan lipstik merah menempel di sana. Pantas saja dia tak memintaku untuk memasukkan pakaian kotornya. Ternyata ada udang di balik bakwan.

Kufoto bekas bibir merah itu untuk bukti selanjutnya. Semakin banyak bukti yang kudapat, akan semakin menguatkanku untuk mendapatkan hak asuh si kembar.

Mas Bima tak tahu kalau selama ini aku juga punya penghasilan. Sengaja tak kuambil uang itu dari rekeningku. Biar saja untuk tabungan jika sewaktu-waktu aku membutuhkan.

Mas Bima yang dulu selalu mengejekku saat membuat channel youtube, tak disangka sudah enam bulan terakhir menghasilkan uang yang cukup signifikan. Bulan pertama hanya mendapatkan gaji 1,5 juta, bulan ini cukup lumayan karena mendapatkan hasil tiga kali lipatnya.

Semua hasil itu kusimpan rapat tanpa sepengetahuan Mas Bima. Jikalaupun aku cerita pasti dia hanya mengejek. Dia memang seperti itu dari dulu, selalu meremehkan apa pun yang kulakukan.  Seolah hanya dia yang bisa menghasilkan uang.

Kututup pintu rapat dan menaiki ranjang. Mencoba untuk memejamkan mata agar tak telat salat subuh nanti. Mas Bima sudah terlelap hingga dengkurnya mulai terdengar samar.

***

Detik ini aku kembali ke perumahan baru itu. Tempat di mana kemarin Mas Bima dan perempuan itu bertemu dan saling berpelukan begitu mesra.

Kuparkir motor matic di samping pos satpam. Ada seorang satpam yang berjaga di sana.

"Maaf, Pak. Boleh numpang tanya?" tanyaku pada satpam perumahan baru yang kemarin dikunjungi Mas Bima.

"Iya, Bu. Silakan mau tanya apa?" tanya seorang satpam bernama Salim.

"Kemarin saya nggak sengaja lihat suami saya berhenti di depan rumah itu, Pak. Rumah nomer tiga dari sini," tunjukku pada rumah bercat biru itu. Satpam pun mengangguk pelan.

"Nama suaminya siapa, Bu?" tanyanya singkat.

"Bima, Pak," jawabku kemudian.

Pak Salim pun mengerutkan alis pelan lalu menggaruk-garukkan kepala.

"Saya kurang tahu kalau nama Bima, Bu. Mungkin ibu salah lihat," jawabnya lagi. Dia meminta teman yang lain untuk ikut menjelaskan.

"Iya, Bu. Setahu saya yang sering ke rumah itu pak Juna. Suaminya Mbak Andin," jawab Pak Santo meyakinkan.

Pak Juna? Apa memang Mas Bima sengaja memakai nama belakangnya untuk tinggal di sini? Apa sengaja biar nggak ketahuan jika aku mencarinya sewaktu-waktu? Kenapa dia tak nama depannya saja?

Bima Arjuna Wiryawan. Itulah nama panjangnya. Sedangkan perempuan itu bernama Andin? Kepalaku mendadak pening memikirkan siapa dia dan di mana Mas Bima mengenalnya? Apalagi satpam bilang mereka sudah menikah? Rasanya benar-benar sulit dipercaya.

"Baiklah kalau begitu, Pak. Mungkin saya yang salah lihat. Terima kasih informasinya, ya?" Pintaku untuk mengakhiri obrolan dengan mereka.

Andin dan Juna. Aku akan menyelidiki sendiri masalah ini. Sebelum memutar motor, ponselku bergetar beberapa kali.

[Maaf Mel, bukannya mau ikut campur masalah rumah tangga kamu, tapi kayaknya ada sesuatu yang disembunyikan suamimu deh. Tadi aku nggak sengaja denger dia telepon sama seseorang, dia bilang akan antar ke dokter kandungan besok sore. Pakai panggilan sayang-sayang segala. Padahal kamu nggak sedang hamil kan?]

Pesan dari Bella masuk ke ponselku. Lagi-lagi membuat hatiku panas seketika.

[Kamu denger Mas Bima nyebut nama perempuan itu nggak, Bel?]

[Nggak sih, Mel. Aku cuma denger dia bilang sayang doang]

Kuhembuskan napas panjang seraya mengucap istighfar berulang kali untuk menenangkan hati. Aku harus bisa mengontrol emosi, jangan sampai aku menghancurkan rencana yang sudah kususun sedemikian rupa. Wajib sabar dan istighfar banyak-banyak sebelum rumah itu jatuh ke tanganku.

Sampai kapan pun aku nggak akan rela jika sebagian hasil tabunganku dulu seenaknya dinikmati oleh Mas Bima dengan perempuan itu.

Segera kututup ponsel dan memasukkannya ke dalam jaket. Aku harus segera sampai rumah sebelum Mas Bima pulang. Aku tak ingin Mas Bima mencurigaiku macam-macam.

***

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
ความคิดเห็น (1)
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Penasaran siapa Andin
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทล่าสุด

  • TOPENG SUAMI DAN ADIK ANGKATKU   75 Bahagia (Tamat)

    Kehidupan baru yang membahagiakan itu benar-benar ada dan kini aku mulai merasakannya. Mas Denis selalu berusaha membuatku tersenyum dan tertawa. Cinta dengan segala keromantisan dan kekonyolannya membuatku merasa istimewa. Tak hanya aku, tapi juga dua gadis kembarku. Mereka tak hanya mencintaiku, tapi juga mencintai ayah sambungnya. Ketulusan Mas Denis menjadikan Yuki dan Yuka tumbuh menjadi gadis kecil yang ceria, cantik dan pintar. Mereka tak pernah kekurangan kasih sayang seorang ayah. Keduanya memiliki ayah kandung dan ayah sambung yang saling support. Tak ada lagi persaingan untuk saling menjatuhkan di antara mereka. Namun, kini dua laki-laki itu saling mendukung satu sama lain untuk kebaikan bersama. Tak hanya itu saja. Mas Bima juga berusaha menepati janjinya untuk berubah lebih baik. Dia ingin menjadi ayah yang baik untuk kedua anak kembarnya. Kini, dia sering datang ke rumah untuk bermain dan belajar bersama buah hatinya. Mas Bima bilang ingin mengganti waktu yang pernah

  • TOPENG SUAMI DAN ADIK ANGKATKU   74 Saling Memaafkan

    Suasana rumah duka sudah cukup ramai saat keluarga kecilku datang. Mama yang memang sangat pengertian gegas mengajak dua gadis kembarku duduk tak jauh dari teras bersama pelayat lain. Wanita yang kini menjadi mama mertuaku itu memintaku dan Mas Denis untuk masuk ke rumah, melihat kondisi Mas Bima yang kupastikan shock berat. Ibu memang sering hipertensi bahkan gejala stroke, tapi aku tak menyangka jika secepat ini dia pergi. Kasih sayangnya sebagai mertuaku dulu masih terasa hingga detik ini. Ibu sangat menyayangiku. Bahkan setelah aku dan anak lelakinya sah bercerai pun kasih sayang ibu padaku dan kedua cucunya tak berubah justru semakin bertambah. Kepergian ibu selamanya tentu menyisipkan duka mendalam bagi Mas Bima. Tak ada lagi cinta dan perhatian dari sang ibu yang dulu selalu dia rasakan. Dinda sudah datang dan duduk di samping pembaringan ibu. Wajah wanita itu terlihat sangat damai mendapatkan siraman doa-doa dari pelayat. Mas Bima yang duduk bersebelahan dengan Dinda tampak

  • TOPENG SUAMI DAN ADIK ANGKATKU   73 Kabar Duka

    "Apa yang terjadi, Din? Ada masalah apa?" Aku kembali bertanya saat melihat air matanya menetes seketika setelah menerima panggilan dari Mas Bima. "Ibu, Mbak. Ibu meninggal dunia," ujarnya dengan suara serak yang membuatku ikut shock. Ibu meninggal dunia, katanya. Mantan ibu mertuaku itu adalah mertua yang baik dan perhatian. Kasih sayangnya padaku dan anak-anak seolah tak pernah berubah meski aku dan Mas Bima tak lagi bersama. Ibu tak pernah menyalahkanku atas perselingkuhan anaknya. Dia bahkan sempat mendukung perpisahan dengan anak semata wayangnya jika memang kebersamaanku dengannya hanya menimbulkan luka. Berulang kali ibu minta maaf atas kesalahan Mas Bima. Ibu sempat merasa menjadi ibu yang gagal karena tak berhasil mendidik anak lelakinya untuk menjadi pemimpin yang baik bagi keluarganya. Ibu begitu bersedih saat akhirnya kuputuskan untuk menggugat cerai. Dia tak ingin kehilangan aku sebagai menantunya. Meski sudah ada Dinda sebagai penggantiku, tapi baginya akulah menan

  • TOPENG SUAMI DAN ADIK ANGKATKU   72 Pertemuan Terencana

    Perjalanan cintaku dengan Mas Denis terlalu istimewa. Kini, aku mendapatkan madu dari semua kepahitan yang pernah kurasakan sebelumnya. Duka itu berusaha dia hapus dengan beragam tawa dan bahagia. Kelembutan dan perhatiannya benar-benar membuatku merasa istimewa. Dia menjadikanku seperti ratu, membuat hari-hariku semakin berwarna. Indah dan berwarna, tak kelabu seperti dulu. "Doakan aku bisa menjalani hidup ini lebih baik ya, Mbak. Aku juga ingin sepertimu yang mendapatkan cinta sejati. Rasanya lelah terus disakiti meski kutahu itu semua bagian dari ulahku sendiri. Namun, tak salah jika aku juga mengharapkan bahagia seperti perempuan lainnya bukan?" Dinda menatapku lekat. Sudut matanya basah. Adik angkatku itu kembali menemuiku di ujung senja, sebulan setelah pernikahanku dengan Mas Denis. Dia sengaja mengajakku makan bersama dan ngobrol empat mata. Berulang kali mengucap maaf atas segala kekhilafannya selama ini dan berjanji tak akan pernah mengusik hidupku lagi. "Bukannya kam

  • TOPENG SUAMI DAN ADIK ANGKATKU   71 Honeymoon

    Pagi ini, semua sibuk dengan koper masing-masing karena kami akan liburan bersama ke villa Mas Riko di puncak. Si kembar begitu antusias dan riang mendengar kabar dariku sejak subuh tadi. Bik Marni dan mama pun ikut juga. Biarlah ini menjadi liburan bersama bukan hanya honeymoon berdua. Karena kebahagiaan mereka juga menjadi bahagiaku sendiri. Sepanjang jalan si kembar tak henti-hentinya bercanda dan bernyanyi. Mama pun terkadang mengikuti nyanyian mereka. Pun Bik Marni yang sering kali tertawa melihat kekonyolan si kembar.Mobil naik perlahan menuju puncak. Aku menikmati pemandangan kanan dan kiri yang masih rindang dengan pepohonan terlebih pohon karet. Semakin naik, udara semakin dingin. Sebelah kiri jalan banyak gubuk-gubuk yang menjajakan makanan ringan dan minuman, terutama es degan atau kelapa muda. Ada juga yang menjual kelapa bakar. Mas Denis mengendarai mobil dengan hati-hati karena jalanan cukup licin bekas hujan semalaman. Jika terburu-buru, bisa saja mobil oleng dan te

  • TOPENG SUAMI DAN ADIK ANGKATKU   70 Malam Pertama

    Malam ini dunia terasa berbeda. Ada dia yang kini berada di sampingku. Dia yang sedang menatapku lekat sembari membisikkan kata-kata cinta, membuatku semakin tersipu. Dia yang dulu pernah aku cinta hingga berakhir luka, kini kembali mendekapku dalam cinta seutuhnya. Cinta halal yang akan melukiskan pahala saat menikmatinya. Tak ada lagi orang-orang yang bisa memisahkan kecuali DIA."I love you," ucapnya dengan tatapan mata penuh cinta dan bahagia. "Love you too, Mas," balasku dengan wajah berbinar. Aku dan Mas Denis saling melempar senyum. Laki-laki yang kini sah menjadi suamiku itu mengecup pipi dan keningku beberapa kali. Dibelainya rambut panjangku. Rambut yang biasanya kututup rapat saat di luar kamar. Kini kubiarkan terurai. Aku menikmati malamku dengan bahagia bersamanya.Hujan rintik-rintik di luar kamar membuat malam semakin syahdu. Aku dan dia saling bercerita tentang apa saja hingga saat-saat paling buruk dalam hidupku. "Saat aku kamu tinggalkan begitu saja tanpa alasan,

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status