Share

Bab 5: Bayangan Kemanusiaan di Penjara

Darto, penjaga berkulit gelap dan bertubuh tambun, sosok yang menonjolkan kehumanisan. Meskipun pekerjaannya memerlukan ketegasan, Darto tetap mendekati para tahanan dengan sikap empatik. Usianya yang sudah mencapai lima puluhan tahun memberinya pengalaman dan kebijaksanaan.

Pada pandangan pertama, orang mungkin menilai Darto dari penampilannya. Namun, di balik eksterior tersebut, Darto memiliki hati yang lembut. Ia sering memahami beban yang diemban oleh para tahanan dan berusaha memberikan dukungan.

Sikap humanis Darto tercermin dalam tindakannya membawa makanan dan kepeduliannya terhadap para tahanan. Ia melihat Awan yang tidak mau makan, tahu bahwa anak ini dalam tekanan yang besar. Darto berusaha memberikan sedikit kemanusiaan dalam situasi yang sulit.

Darto juga memiliki kebijaksanaan untuk memahami nuansa di antara para tahanan. Meskipun menjalankan tugasnya dengan tegas. Dirinya tidak segan untuk menunjukkan kepeduliannya dan mendengarkan mereka.

Darto melihat Awan yang terduduk di sudut sel dengan penuh perhatian. Wajahnya mencerminkan kekhawatiran. Tubuh Awan tampak lemas, menunjukkan bahwa ia terjebak dalam kesedihan yang mendalam. Darto memahami bahwa keadaan ini mempengaruhi kesehatan fisik dan mental para tahanan. 

Dengan suara lembut, Darto memanggil, “Awan, makanlah. Kesehatanmu penting, dan kamu harus menjaga kekuatanmu di dalam sini.” Ia kemudian mendekati Awan sambil membawa sepiring makanan. Bau harum masakan memenuhi sel, menciptakan kontras dengan dinginnya pagi di dalam penjara.

“Aku tahu ini sulit, tapi kamu harus tetap kuat,” lanjut Darto. Mencoba memberikan semangat kepada Awan. “Jangan biarkan keadaan di sekitarmu menghancurkan semangatmu. Makanlah, dan semoga esok akan menjadi hari yang lebih baik.”

Darto memberikan senyuman lembut, mencoba menghadirkan sedikit kehangatan. Ia tahu bahwa perannya bukan hanya sebagai penjaga, tetapi juga berusaha membantu sesama.

Awan mengangguk lemah, menghargai kepedulian dari Darto. “Terima kasih, Pak Darto,” ucap Awan dengan suara pelan. Darto menyusun mangkuk makanan di atas meja di sudut sel. Memberikan sedikit privasi kepada tahanan untuk menikmati hidangan mereka sendiri.

Purwo dan Ermono, meskipun merasa sedih, melihat Awan mencoba untuk menerima makanan. Purwo berkata, “Awan, mungkin makanan ini bisa membantumu mengatasi rasa khawatir dan kesedihan. Kita harus menjaga kesehatan kita, terutama di tempat seperti ini. 

Darto, sambil melihat keadaan mereka, memberikan senyuman lembut. “Ingatlah, anak muda, meskipun kita di sini, kita masih manusia. Kita punya hak untuk menjaga kesehatan dan mental kita. Jangan biarkan kesulitan ini merenggut segalanya dari dirimu.”

Darto meninggalkan sel dengan langkah yang mantap, pintu sel tertutup kembali. Meskipun terkurung, masih ada tetes-tetes kemanusiaan yang mungkin menjadi penyemangat bagi mereka.

Pintu sel terbuka dengan gemerincing logam yang menusuk telinga. Menciptakan dentuman keras yang memecah keheningan. Penjaga-penjaga masuk sel dengan langkah berat, sepatu bot mereka berdesis di lantai dingin. Suasana sel yang tadinya hening dan tegang, kini berubah menjadi penuh ancaman. 

“Ikut kami, bocah!” bentak salah satu penjaga dengan suara berat dan penuh arogansi. Sorot mata mereka seperti kilat yang menusuk kegelapan, memancarkan kekejaman yang tak terduga. Awan yang masih terduduk di kasurnya, mnyembunyikan getaran takut yang melintas di tubuhnya. 

Purwo, yang berusaha membela Awan, ditegur kasar oleh penjaga lain. “Pak, biarkan dia menyelesaikan makannya. Kasihan, sudah beberapa hari tidak makan.” 

Diam, kau tua bangka!" ucap penjaga itu sambil melontarkan tatapan tajam. Raut wajah penuh dengan kebencian yang terasa begitu nyata di udara dingin pagi itu. 

Tanpa kata-kata lagi, penjaga kasar itu menendang Purwo dengan kasar. Meraih tangan Awan, dan memaksanya berdiri. Kemudian, menyeret Awan keluar sel. Pintu ditutup kembali dengan dentingan logam yang menggelegar.

Meninggalkan Purwo serta Ermono dalam ketidakpastian yang semakin meresap dalam dinding-dinding penjara dingin. Awan diseret keluar dari selnya dengan penuh kekejaman melalui lorong-lorong gelap penjara. Setiap langkah terasa seperti pukulan yang menghantam tubuh Awan. Dia mencoba mempertahankan keseimbangan, tetapi kekuatan kasar penjaga membuatnya hampir tak berdaya.

Pandangan Awan melewati jeruji besi, melewati wajah-wajah tahanan lain yang terdengar berbisik-bisik. Desisan sepatu bot penjaga dan desingan rantai , menciptakan simfoni menakutkan menggema dalam gelap.

Purwo dan Ermono saling bertatapan dengan kekhawatiran yang dalam. Mereka merasa kehilangan dan tidak berdaya di tengah kekerasan ini. Dentingan logam pintu yang tertutup membekas di telinga mereka. Mengingatkan setiap dentingan bisa menjadi saksi penderitaan yang tak terduga di penjara ini. 

Kamu tahu apa yang terjadi sebenarnya terhadap anak ini?" tanya Purwo kepada Ermono. 

Ermono memandang Purwo dengan ekspresi campuran antara prihatin dan kebingungan. “Aku tidak tahu banyak, Pak.

Dia datang beberapa hari yang lalu. Kabarnya, terlibat dalam sesuatu yang besar. Namun, sejauh ini, dia tidak banyak bicara. Mungkin trauma atau takut.”

Ermono setuju, “Benar, Pak. Kita harus mencari tahu lebih lanjut tentang situasinya. Mungkin dia butuh seseorang yang bisa dia percayai di sini.” 

Purwo mengangguk, wajahnya mengekspresikan kekhawatiran yang mendalam. “Kita harus mencoba membantu bocah itu. Tak mungkin dia bisa bertahan lama di sini dengan perlakuan seperti ini.”

Dengan tekad, Purwo dan Ermono merencanakan untuk membantu Awan. Mereka sadar bahwa mungkin ada cerita tragis yang perlu diungkap.

Ketika udara dingin dan suram menyelimuti , bayangan tubuh Darto muncul secara dramatis. Langkah kakinya menghasilkan suara desis sepatu bot yang menyatu dengan kesunyian pagi. Cahaya redup dari lampu-lampu penjara menyoroti wajah seriusnya. Menciptakan kontras yang mencolok di tengah kegelapan.

Pintu sel terbuka dengan gemerincing logam yang menusuk telinga, menciptakan dentuman keras. Langkah kaki berat menyusup masuk sel diiringi desisan kasar sepatu bot. Suasana berubah mendadak, atmosfer yang sebelumnya hening dan tegang kini terasa penuh ancaman.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status