Share

Bab 14: Kematian Misterius

Matahari semakin menunjukkan taringnya dengan panas terik yang menyengat. Sel di dalam penjara terasa semakin pengap. Membuat Awan dan kedua seniornya, Purwo dan Ermono, merasa tidak nyaman. Mereka mondar-mandir di sel karena kepanasan.

"Aduh, pengap banget ya. Apa akan turun hujan?" tanya Awan.

"Tidak, cuaca memang panas akhir-akhir ini," jawab Ermono.

Waktu makan siang sudah lewat, namun jatah makanan dari penjaga belum kunjung datang. Purwo bertanya, "Kenapa penjaga belum mengirimkan jatah makan?"

Awan mencoba mengintip dari pintu sel. Berharap bisa melihat apakah Pak Darto, penjaga yang biasanya mengantar makanan, sudah datang. Saat kepala Awan menempel di pintu sel, tiba-tiba ia terkejut dan berteriak kaget.

"Hai, ngapain kamu ngintip kaya gitu, Awan?" tanya Darto sambil tertawa.

"Maaf Pak Darto, saya mengintip karena mencari Bapak. Tumben sudah siang Bapak belum datang," jawab Awan.

"Wah, baru kali ini kamu merindukanku Awan?" canda Darto.

"Iya, Pak, saya sudah kelaparan," jawab
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status