Share

Bab 6

"Astaga ini gimana bisa? Duh, tombol hapus mana lagi, astaga udah dibaca!" Ucap Dafa kelimpungan ketika melihat pesan yang tidak sengaja ia kirim ke Caca sudah menampilkan centang dua berwarna biru.

"Mampus," ujarnya sembari mengacak rambutnya kasar, dia menatap nanar layar ponselnya.

Tak lama kemudian Caca membalas pesannya, gadis itu menanyakan ia akan pergi kemana sampai tiga hari.

Karena merasa sudah terlanjur, dia pun menjelaskan akan menjenguk Rian di Depok. Dia juga menjelaskan kalau teman satu jurusannya di kampus itu sedang koma karena mengalami kecelakaan hebat. 

[Kok lama banget?] Dafa membaca pesan sahabatnya yang diakhiri dengan emoticon menangis. Dia terkekeh pelan.

[Sekalian nyari pacar, biar gak jomblo kayak kamu.] Bunyi pesan yang ia tulis pada layar ponsel kemudian menyentuh tombol send.

Dafa mendelik kesal melihat balasan sahabatnya. [Dasar buaya!]

"Enak aja, baru pacaran lima belas kali kok  udah dibilang buaya. Harusnya kadal dong, kebesaran kalo buaya mah," gerutunya sebal.

Keesokan harinya, Caca duduk termenung di sudut cafe. Dafa sudah berangkat sejak pagi tadi, lelaki itu hanya berpamitan melalui pesan w******p, Caca sendiri juga tidak datang ke rumah lelaki itu.

"Loh Ca?!" Sebuah suara terpaksa membuat dia mendongak.

"Hai kak," sapa Caca lemah ketika mengetahui yang menghampirinya adalah Kiara, teman akrabnya juga teman satu grup dance. Kiara 7 bulan lebih tua dari Caca.

Kiara menautkan alis bingung, dia duduk di kursi yang ada di depan Caca.

"Kenapa lo?"

"Gak papa, lagi bosen, capek, males aja."

Mendengar jawaban Caca yang seperti itu membuat Kiara berdecak kesal, ia lantas menyeruput kopinya.

"Kalo bosen ya cari hiburan, kalo capek ya istirahat, kalo males ya gak usah ngapa-ngapain," balas Kiara seadanya.

Caca meletakkan kepalanya di meja dan mengaduk-aduk minumannya.

"Sebenernya lo itu kenapa sih, coba cerita sama gue," ucap Kiara gemas melihat tingkah Caca yang jarang seperti sekarang.

"Gue cuma bingung karena belum hapal gerakan dance buat besok," ucapnya berdusta setelah mengingat mereka besok akan membuat video dance cover.

"Lah, tumben amat. Biasanya lima belas menit udah hapal?"

"Gak taulah, lagi banyak pikiran gue."

"Disuruh cerita gak mau."

Caca berdecak. Sejak kejadian kemarin dia menjadi uring-uringan. Ingin menelfon Dafa tapi malu, tidak menelfon tapi rindu.

"Main yuk," ajak Kiara karena melihat sahabatnya bertambah kacau.

"Kemana?" Tanya Caca malas.

"Situ Cisanti?" Jawab Kiara menyebutkan salah satu tempat wisata yang ada di kota mereka.

"Boleh deh," balas Caca akhirnya. Dia mengambil ponselnya kemudian mengirim pesan pada kedua kakaknya.

"Kita mau berdua aja apa ngajak yang lain nih?" Tanya Kiara, biasanya mereka selalu pergi berempat atau lebih karena akan selalu mengambil foto untuk diunggah di sosial media. Maklum, mereka merupakan anak muda yang saat ini tengah populer lantaran fisik dan otak yang sama-sama unggul, meskipun ketiganya masih kalah  jauh dibanding Caca.

"Ajak Kak Fey sama Kak Nay juga."

"Oke." 

Kiara segera menghubungi Freya atau yang kerap disapa Fey dan juga Naya, memberitahu mereka bahwa dia dan Caca berniat pergi ke Situ Cisanti.

Entah berapa lama mereka berada di mobil milik Fey, penampilan Fey tidak jauh berbeda dengan Caca. Mereka sama-sama suka mengenakan jeans sobek dan sweater atau kaos lengan pendek karena dinilai lebih simpel. 

Di belakang mobil Fey juga ada satu mobil milik manager dan fotografer mereka. meskipun bukan artis, namun mereka kalangan anak-anak famous yang membutuhkan manager.

Caca memilih menatap ke luar jendela, pikirannya tertuju kepada sahabat laki-lakinya. Apa Dafa sudah sampai? Apa Dafa baik-baik saja? Banyak pertanyaan yang berputar dibenaknya.

***

 

  Devarga Kingstone Leonard, ketua geng motor UKS atau Unit Killer Savage. Kakak kedua Caca namun tidak ada yang mengetahui kecuali keluarga Dafa, sahabat adiknya. Devarga atau yang kerap disapa Arga ini mempunyai saudara kembar, namanya Sagara Kingstone Leonard.

Gara dan Arga mempunyai sifat yang bertolak belakang. Gara memiliki sifat yang ceria dan mudah senyum apalagi jika sudah berhadapan dengan saudaranya maka sifat jahilnya akan muncul,. Gara hanya akan bersikap serius jika gengnya mengalami masalah atau saat bersama orang tuanya, dia bahkan bisa berubah mengerikan jika sedang emosi.

  Arga, Ketua Umum salah satu geng motor yang paling ditakuti di Bandung, mempunyai sikap yang dingin dan tidak tersentuh, namun berbeda jika berhadapan dengan Caca. Sifat Arga akan lebih lembut dan suka tersenyum, kadang ia bahkan menjadi lumayan jahil jika dengan adik perempuannya.

Hari ini mereka sedang berada di basecamp, beberapa anggota yang berkumpul ada yang menyanyi, bermain gitar, membuat kelompok untuk bermain  game atau hanya bermain ponsel.

"Gar, ini Situ Cisanti bukan?" Tanya Arga seraya mendekati adik kembarnya.

Gara yang sedang fokus bermain game pun mengalihkan pandangan ke layar ponsel saudara kembarnya.

"Lah, iya kayaknya." Setelah mengucapkan kalimat itu Gara langsung menghentikan permainannya, dia melihat lagi layar ponsel Arga yang menampilkan foto adik perempuan mereka di suatu tempat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status