Home / Pendekar / TULANG SUCI NAGA ABADI / BAB 1 : RAMALAN LANGIT

Share

TULANG SUCI NAGA ABADI
TULANG SUCI NAGA ABADI
Author: Faisalicious

BAB 1 : RAMALAN LANGIT

Author: Faisalicious
last update Last Updated: 2025-04-23 16:18:01

"Yang Mulia! Ini… ini tidak mungkin…"

Suara itu melengking, menggema di seluruh aula megah Istana Langit Emas, ruang suci tempat para peramal bintang, penasihat agung, dan ahli sihir kekaisaran berkumpul. Lantai dari batu giok putih berkilau memantulkan cahaya obor yang bergoyang, namun ketenangan aula itu hancur ketika suara penasihat tertua, Mo Tian, mengguncang udara.

Mo Tian, lelaki tua berjubah ungu berhiaskan simbol bintang dan naga langit, menjatuhkan gulungan sutra ke lantai. Kedua tangannya gemetar, dan napasnya terengah seolah baru melihat bayangan maut sendiri.

Raja Xuan, duduk di singgasana naga dengan tatapan tajam bagaikan elang, menyipitkan mata.

“Bicaralah, Mo Tian. Jangan mengulur waktu dengan keluhan tua.”

Mo Tian berlutut. “Ampun, Yang Mulia. Ramalan telah turun dari langit… Tiga malam berturut-turut, konstelasi Qian Long dan Bintang Surga Ketujuh bertabrakan dalam garis merah darah. Langit mengirimkan pertanda…”

Ia menarik napas dalam, mencoba menyusun kata. “Dalam waktu satu purnama... seorang bayi laki-laki akan lahir, diberkahi oleh Langit dan Surga. Dia akan menggulingkan tahta Yang Mulia dan membawa akhir bagi Dinasti Xuan.”

“Gulungan Langit Tertutup” yang memuat ramalan ini hanya bisa dibuka oleh darah peramal agung dan hanya terbuka ketika Qian Long melintasi langit timur dalam formasi kematian. Kitab itu telah tersegel selama 900 tahun terakhir. Kini, ia terbuka dengan sendirinya, dan memperlihatkan tulisan bercahaya yang bahkan tinta emas pun tak sanggup menandingi.

Suasana di aula mendadak membeku. Hening, mencekam, seolah udara enggan bergetar. Hanya api obor yang masih menari, tak menyadari ketegangan yang meledak.

“Bayi... apa?” Raja Xuan berdiri. Gaun kerajaannya berdesir, mengeluarkan suara halus namun tajam, seperti bisikan pedang yang ditarik dari sarungnya. “Anak ingusan yang belum meminum susu ibunya, hendak menjatuhkan kekaisaran yang telah kubangun selama tiga dekade?”

Mo Tian tidak menjawab. Ia tahu. Raja Xuan bukan pria yang hanya memerintah dengan kebijaksanaan, ia memerintah dengan darah. Dan itu terbukti ketika, dengan isyarat satu tangan, ia memanggil Jenderal Pang An, pemimpin Pasukan Hitam Kekaisaran.

“Dengarkan dekritku.” Pang An membungkuk, satu lutut di lantai, sementara para penulis istana mulai mencatat kata demi kata.

“Dalam satu purnama ini, semua bayi laki-laki yang telah lahir dan akan lahir dalam radius seribu mil dari ibu kota, harus dieksekusi.”

Suara paku genta menggema. “Orangtua yang mencoba menyembunyikan, melindungi, atau memberontak akan dianggap pengkhianat tahta. Mereka akan dibunuh di tempat. Bila tidak, kirim mereka ke penjara bawah tanah kekaisaran dan siksa seumur hidupnya.”

Gulungan tinta darah kekaisaran digoreskan. Takdir ribuan keluarga ditulis dalam satu tarikan pena. Langit mendung saat itu. Di luar istana, awan gelap bergulung seperti naga bangkit dari samudra. Langit tahu apa yang telah diputuskan.

Di seluruh penjuru ibu kota dan desa-desa kecil, kabar itu menyebar seperti racun. Tangisan bayi berhenti mendadak. Jendela ditutup rapat. Para ibu menyusui dalam kegelapan, menahan isak yang tertahan. Beberapa keluarga menggali lubang rahasia di lantai rumah mereka, yang lain memilih melarikan diri ke gunung. Tapi Pasukan Hitam Kekaisaran sudah menyebar seperti awan maut, dingin dan tanpa belas kasih.

Di sebuah desa sunyi, tepat di kaki gunung Qing Shan, sebuah rumah kayu kecil berdiri tersembunyi di antara hutan bambu. Di dalamnya, jerit bayi terdengar bersahut-sahutan, namun bukan jeritan ketakutan melainkan suara pertama seorang anak laki-laki yang baru saja melihat dunia. Xu Ling’er, seorang wanita muda bermata bening, mengusap keringat di dahinya sambil tersenyum lemah. Di sampingnya, suaminya Xu Qian, seorang pembuat pedang yang bijak, menatap bayi itu dengan campuran bahagia dan gentar.

“Dia... dia lahir,” gumam Xu Qian.

Namun sebelum mereka sempat memberi nama, langit mendadak retak. Petir berwarna ungu menyambar tepat di atas rumah. Hujan energi spiritual turun dari langit, membasahi bumi dalam bentuk cahaya emas yang berkedip.

Angin berputar membentuk pusaran. Energi spiritual alam yaitu Dao Qi Murni terhisap masuk ke dalam tubuh mungil bayi itu. Sebuah cahaya naga keemasan muncul dari tulang belakang bayi tersebut. Tulang Suci Naga Abadi, anugerah langka yang hanya muncul sekali dalam seribu tahun, mengukir garis bercahaya di sepanjang tulangnya.

Di atas langit, seekor naga cahaya mengaum dari balik awan. Xu Qian gemetar. Ia tahu apa artinya ini. Ia pernah menjadi kultivator sebelum memilih hidup damai. Ia tahu bahwa tulang suci ini... adalah ramalan yang dimaksud para peramal bintang.

“Ling’er…” bisiknya. “Anak kita adalah pertanda langit.”

Xu Ling’er menatap bayi itu, air matanya menetes, namun bukan karena takut. “Namanya… Xu Ming,” ucapnya pelan.

Namun damai mereka hanya berlangsung sekejap. Di kejauhan, suara derap kaki kuda mengguncang bumi. Api menyala di balik pepohonan.

Xu Qian menggertakkan gigi. “Mereka datang.”

Xu Ling’er memeluk bayinya. “Apa yang harus kita lakukan?”

Xu Qian bangkit, membuka peti tua di bawah lantai, mengeluarkan pedang hitam berukir simbol naga. Bilah itu terbuat dari intisari logam taraf kelima, logam langka yang hanya terbentuk di perut gunung yang menyentuh awan. Ia dulu menamai senjata itu “Hei Long - Balok tembaga kekacauan.”

“Dulu, aku menanggalkan dunia ini untuk hidup tenang. Tapi dunia tak membiarkanku pergi.”

Xu Qian membuka matanya yang telah lama tak melihat medan tempur. Mata seorang pendekar. “Kita akan bertahan… untuk Ming’er.”

Pasukan Kekaisaran berkuda mengenakan zirah hitam, membawa obor dan tombak spiritual, mengepung rumah kayu itu. Komandan Zhao, pemimpin unit, mengangkat tangannya.

“Cari dan hancurkan! Jika ada bayi laki-laki, bunuh. Jika ada yang melawan, eksekusi di tempat!”

Pasukan mulai menyerbu. Xu Qian berdiri di depan pintu dengan tombak naga di tangannya, rambutnya terurai, dan energi Dao mulai bergetar di sekeliling tubuhnya.

Teknik Dao Taraf Pertama: Tubuh Dao Naga Emas!” Ia telah kembali menyalakan Taraf Pertama : Penempaan Tubuh Dao. Suatu kekuatan keras dan panas menjalari tubuhnya.

Setiap helaan napas membawa energi bumi masuk ke dalam pori-porinya. Dao energi ini memancarkan aura naga berwarna keemasan, disebut Tubuh Dao Naga Emas. Tubuhnya mengeras seperti baja. Otot-ototnya membengkak. Matanya menyala kehijauan.

“Siapa pun yang melangkah ke tanah ini… takkan pernah kembali.” Xu Qian mengangkat kepalanya ke depan menatap ratusan pasukan kekaisaran yang mengepung.

Pertarungan akan segera pecah. Namun waktu mereka terbatas. Xu Qian tahu, ini bukan tentang menang. Ini tentang memberi waktu bagi istrinya dan anaknya.

Xu Ling’er, di dalam rumah, meletakkan Xu Ming ke dalam keranjang kayu yang dilapisi kain hangat juga pedang Hei Long yang dititipkan suaminya dibawah selimut. Ia mengusap pipi bayinya.

“Maafkan kami, Nak…”

Sungai kecil mengalir beberapa puluh meter di belakang rumah. Dengan hati yang hancur, ia melepaskan keranjang itu ke arus air. Xu Ming hanyut bersama aliran takdir, menuju dunia yang akan menantangnya, mencintainya, membencinya, dan suatu hari… mengangkatnya.

Di langit, bintang Qian Long bersinar satu kali lebih terang, seolah mengirim restu terakhir bagi sang naga kecil yang baru dilahirkan.

“Majulah kalian, para anjing kekaisaran!” teriak Xu Qian dengan berani.

“Seranggg!!!” puluhan pasukan itu maju dengan baju zirah dan tameng siap menghadapi Xu Qian yang meledakkan energi Dao Qi emas miliknya.

Bersambung…

Faisalicious

Konstelasi Qian Long : Konstelasi Qian Long adalah salah satu dari Tujuh Konstelasi Surgawi yang dipercaya mewakili kekuatan absolut dari Langit dan pengaruhnya terhadap dunia fana. Ia terdiri dari tujuh bintang utama yang membentuk siluet seekor naga melingkar, dengan kepala menghadap ke timur, simbol kelahiran dan perubahan. Dalam mitologi Kekaisaran Xuan, konstelasi Qian Long muncul sekali dalam seribu tahun dalam bentuk pergerakan silang dengan Bintang Surga Ketujuh, tanda perubahan besar dalam keseimbangan dunia. Bila Qian Long bersinar merah atau bertabrakan dengan garis energi langit, itu adalah pertanda: (Lahirnya seorang anak terpilih yang membawa harapan atau kehancuran, Tumbangnya kekuasaan lama, dan bangkitnya dinasti baru, Retaknya pengaruh para Dewa dan Kaisar Surga atas dunia fana)

| 9
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
cococcrunch_
lanjut thor
goodnovel comment avatar
Coco Ccrunch
Raja Xuan gajelas bgt anjir
goodnovel comment avatar
faisalkhrisna
Bab 1 sangat menarik thor, lanjutkab
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • TULANG SUCI NAGA ABADI   BAB 127

    “Retakan ruang?! Tekanan ini… Dia… sudah bukan manusia biasa lagi.”Nada suara Sin Wok Yu bergetar ringan saat melihat sosok Zhuge Liang melayang turun perlahan dari langit. Aura keperakan gelap menyelubungi tubuhnya, dan meski mulai mereda, tekanan spiritual yang ia pancarkan masih mengguncang formasi pelindung Paviliun Obat hingga batu-batunya bergetar lirih.Di hadapan mereka, hampir sepuluh ribu pendekar dan prajurit dari berbagai kekuatan besar, Sekte Pengemis, Biara Tathagatha, Keluarga Mo, hingga rumah bordil Seribu Bunga milik Keluarga Bai membeku, menyaksikan sosok sang Penguasa Kota muncul kembali setelah satu hari koma akibat pemurnian racun.Kekhawatiran dan kecemasan yang menggantung di wajah mereka sejak kemarin seketika tersapu gelombang aura ini. Semangat yang sempat runtuh, kini menyala kembali. Para pemimpin dari lima keluarga besar bangkit berdiri. Langit Paviliun Obat terbelah seperti kaca, dan dari celah itu, Zhuge Liang melangkah keluar. Sepasang Sayap Dao terben

  • TULANG SUCI NAGA ABADI   BAB 126

    “Tuan Penguasa Kota, persiapkan dirimu dalam mode meditasi, aku dan pak Tua Sin akan memulai proses pemurnian racun dalam tubuhmu!”Zhuge Liang hanya mengangguk setuju. Aula utama Paviliun Obat berubah menjadi medan yang senyap namun penuh tekanan. Semua mata tertuju pada Xu Ming yang kini duduk bersila di hadapan tubuh Zhuge Liang. Di sekeliling mereka, formasi pelindung digelar oleh Sin Wok Yu dan beberapa Dan Shi senior. Aura ketegangan terasa seperti benang busur yang siap putus.Xu Ming menarik napas dalam. Kedua telapak tangannya mengambang di atas dada Zhuge Liang, hanya beberapa jengkal. Dalam kesadarannya, ia memanggil segel itu, Segel Pemurnian Ekstrem. Sebuah pola rumit dari rune-rune kuno yang bersinar samar muncul di udara, membentuk cincin-cincin konsentris yang berputar perlahan.“Aktifkan!”Cahaya ungu kebiruan menyelimuti kedua tangannya. Qi-nya mulai beresonansi dengan Tulang Suci Naga Abadi di tulang belakangnya. Sebuah tekanan luar biasa menjalar ke setiap ruas tul

  • TULANG SUCI NAGA ABADI   BAB 125

    Darah hitam menetes pelan dari sudut bibir Zhuge Liang. Tubuhnya berlutut, seolah menolak roboh hanya dengan sisa kehendak terakhir. Tangannya mencengkeram dada, sementara napasnya tersengal seolah ada api membakar dari dalam. Di atasnya, langit malam bergemuruh, dan awan hitam menggulung seperti kutukan yang hendak turun. Wajah para pemimpin kota mengeras, mata mereka dipenuhi kegelisahan.Sin Wok Yu telah menyalurkan Qi selama beberapa menit. Tapi alih-alih meredakan, wajahnya kini tampak pucat.“Ini, bukan racun biasa. Ini Api Hitam, jenis racun spiritual yang membakar meridian dari dalam ke luar. Bukan hanya tubuhnya, jiwanya juga mulai digerogoti,” desisnya.“Meridiannya sudah hampir runtuh. Qi-nya sudah menyala dari dalam tapi tak bisa keluar. Kalau ini diteruskan, ia akan meledak membakar dirinya sendiri.”Suasana mendadak tegang. Para pendekar, tabib, dan komandan hanya bisa saling pandang. Tak ada satu pun dari mereka yang tahu cara menetralisir racun api hitam itu. Mereka jel

  • TULANG SUCI NAGA ABADI   BAB 124

    Paviliun Obat Istana mendadak ramai oleh langkah kaki para Dan Shi, prajurit medis, dan perwakilan distrik. Peti-peti kayu kuat bertuliskan stempel merah kota dibawa dalam barisan menuju gudang utama distribusi.Zhuge Liang berdiri tegak di ujung balkon atas, menatap prosesi itu dengan napas berat. Di sampingnya, Sin Wok Yu, dengan wajah letih namun penuh kepastian, berkata, “Gelombang pertama siap. Setidaknya cukup untuk menyelamatkan dua puluh ribu orang.”“Distribusi dimulai sekarang,” ujar Zhuge pelan, tapi tegas. “Pastikan setiap pos mendapat bagian. Tidak boleh ada penyimpangan.”Di halaman utama Paviliun Obat, para Dan Shi muda berdiri dalam barisan panjang, memegang kotak-kotak kayu bersegel khusus. Di dalamnya, tertata rapi puluhan pil pencabut nyawa, penawar dari wabah hitam yang telah merenggut ribuan jiwa. Ini adalah gelombang pertama.Di hadapan mereka berdiri Zhuge Liang, dengan jubah birunya yang berkibar pelan tertiup angin."Mulai hari ini, kalian tidak hanya membawa

  • TULANG SUCI NAGA ABADI   BAB 123

    “Aku mohon... percayailah aku sekali lagi.”Sunyi. Tak ada satu pun dari lima kepala sekte dan keluarga besar itu yang langsung bicara saat Zhuge Liang berlutut di hadapan mereka. Suasana di dalam ruang dewan utama seolah ditelan waktu. Lampu-lampu kristal bergoyang pelan di langit-langit, memantulkan cahaya lembut ke wajah-wajah yang membatu. Aroma kayu cendana dan abu dupa yang terbakar masih samar mengambang, memberikan suasana yang sakral dan tegang sekaligus. Hanya detak jam tua di sudut ruangan yang terus berdetak pelan, membagi waktu dalam denyut yang nyaris tak terdengar.Dalam bayang-bayang pilar batu, kelima tokoh itu menatap satu sama lain. Entah karena rasa hormat, atau karena mereka belum pernah melihat seorang pemimpin kota yang dikenal dingin dan strategis, merendahkan diri sedalam ini.Zhuge Liang masih berlutut, tidak goyah.Lama... hingga akhirnya suara sepatu menggesek lantai giok terdengar."Kalau begini caramu meminta tolong, Zhuge Liang," suara Sin Lai Luo berat,

  • TULANG SUCI NAGA ABADI   BAB 122

    “Lapor.” Suara Jenderal Tie Shan menggema di dalam ruang dewan utama yang megah dan senyap.Zhuge Liang berdiri di hadapan jendela tinggi yang menghadap langsung ke arah pusat kota. Tangan kanannya mengepal di belakang punggung. Sorot matanya menatap kosong ke luar jendela, menembus bayangan kabut pagi yang belum sepenuhnya terangkat. Jenderal Tie Shan melangkah lebih dekat, menunduk dalam-dalam.“Ampuni saya, Tuanku. Dari semua kepala keluarga yang tercatat, hanya segelintir yang bisa kami temui dan bersedia datang. Mereka sudah memasuki pelataran.”Zhuge Liang menghela napas perlahan. Kepalanya menggeleng pelan. “Kenyataan ini menyedihkan, Jenderal. Tapi tidak mengejutkan.”Ia menoleh. “Perintahkan mereka masuk.”Tak lama kemudian, pintu utama ruang dewan terbuka. Langkah pertama yang masuk adalah sosok tinggi berjubah hitam tua bertepi merah marun. Rambutnya disisir rapi ke belakang, wajahnya tenang namun memancarkan aura tajam yang sulit disembunyikan.“Zhuge Liang,” katanya, suar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status