Share

Pesta Penyambutan

***

“Perhatian sikapmu, ya...”

“Tenang saja, aku mengerti!”

Yuno mengambil kunci dari dalam rak yang diberitahukan Isaac, kemudian berjalan keluar untuk menemui pelayan yang memanggilnya, atau sebenarnya Isaac tadi. Yuno mematikan obor agar pelayan tidak bisa mengintip dan mengetahui rahasia di antara mereka. Setelah ia membalikkan badan, mengunci kamar, serta memastikan semuanya aman, dia mengikuti pelayan itu menuju aula pesta.

“Silakan ikuti saya, Pangeran!” Ucapnya. Yuno dikawal dengan tiga penjaga berbadan besar tanpa zirah lengkap seperti yang mengejarnya tadi pagi.

「Mungkin mereka ini adalah pengawal pribadi? Mereka telihat macam mantan pembunuh? Sepertinya begitu.」

「Semoga saja orang macam mereka tidak menyadari perbedaan terhadap siapa yang mereka kawal saat ini.」

Yuno cukup beruntung mengingat tidak ada yang benar-benar menyadari keanehan pada Pangeran, kecuali mungkin sikap Yuno yang sama sekali tidak mirip dengan bangsawan beretika manapun. Jelas saja kalau fisiknya tidak mirip sama sekali dengan pangeran, dia hanya bocah miskin norak biasa, yang mungkin sudah jadi daging cincang karena dianggap tidak sopan berani masuk ke dalam istana tanpa izin.

“Wah! Lihat itu Pangeran Isaac!”

“Benar! Pangeran Isaac!”

“Pangeran Isaac!”

“Pangeraan!”

“Sayangkuu!”

「Ahh sial. Bagaimana Isaac bisa tahan terhadap semua ini?」

「Aku bahkan sempat berpikir kalau ia sakit bukan karena sari kehidupannya terkuras atau apalah itu. Dia jelas hanya stress karena orang-orang berisik ini.」

“Ah ah iya! H-hai...” Sapa Yuno mencoba bersikap ramah.

「UWAAAAH KAKU SEKALI!」

“Pangeran Yuno! Bagaimana menurutmu gaun yang kukenakan malam ini?” Salah seorang gadis datang diikuti dua orang pelayan muda di belakangnya.

“Ehmm, iya. Terlihat cocok!”

“Aaahhh! Terima kasih Pangeran!” Teriak gadis itu dengan riang lalu mundur sambil menutupi wajahnya.

「ANEH! GILA ANEH! BAGAIMANA BISA KAU BEGITU SENANG DENGAN PUJIAN AMPASKU BARUSAN?」

「Sudah kuduga, politik kerajaan memang menyeramkan.」

「Lagi pula kalau boleh jujur, dua pelayan di belakangmu itu terlihat lebih manis. Tapi aku tidak boleh tiba-tiba asal ceplos, mereka sekarang sedang menanggapku sebagai seorang Pangeran terhormat.」

Yuno berjalan menghampiri sang Ratu, ibu tirinya saat ini yang terlihat sibuk sedang menerima tamu undangan. DIa sebenarnya tidak ingin menggangu pertemuannya di sana, tetapi dia tidak punya ide tentang bagaimana cara bersosialisasi yang baik dengan para  bangsawan. Boleh jadi ditengah kekikukkannya, Yuno malah mengacau dan membuat malu.

“Ibu— Ibunda...” Yuno masih terbata-bata dalam menyebutkan panggilan seperti yang diminta Ratu.

“Wah anakku! Engkau sudah siap ternyata!”

“Semuanya mohon perhatiannya sebentar! Kali ini kita akan bersulang untuk merayakan kesembuhan putraku! Pangeran kita!”

“PANGERAN KITA!!”

“PANGERAN KITAA!!!”

Orang-orang menyambut kembalinya Pangeran dengan sorakan yang meriah, sedangkan Pangeran yang mereka soraki itu sedang pusing sendiri. Dia bemaksud menghindari kegiatan jabat tangan dan pembicaraan aneh yang tak bisa ia ikuti, mendekati sang Ratu ibu tirinya dengan maksud agar dia bisa menjadi benteng bagi orang-orang itu agar tidak mendekat, tetapi malah Ratu dengan bangga menjadikannya tontonan lagi. Yuno yang malang, sayangnya peranmu sebagai Pangeran tidak akan berhenti sampai di sini saja.

“Wahai Pangeran Isaac! Senang melihatmu bisa sehat kembali!” seorang bangsawan yang terlihat penting datang menghampiri mereka.

“Ah iya. Senang melihatmu juga...”

“Saya adalah Marquess Naviot, penguasa tanah yang bertanggung jawab menjaga perbatasan kerajaan kita yang berada di sisi Barat Daya kerajaan. Tapi tentu saja tanpa perkenalan diri, Paduka tentu masih mengingat saya, bukan?”

“Ah mhhmm! Tapi sayang sekali karena penyakit itu, sepertinya ingatanku sedikit buyar.” Ucap Yuno seakan meminta keringanan atas ketidaktahuannya.

“Wah kalau begitu sayang sekali, padahal dulu kita sering bermain bersama!”

“I-ya....”

“Oh yaa! Bersamaan dengan momen penting ini, bagaimana jika kita menjadwalkan pertemuan untuk agenda memanah seperti yang sering kita lakukan dahulu, Pangeran?”

“Ah akuuu...”

“Para beruang sudah berkembang biak terlalu banyak akhir-akhir ini. Kita bisa sekaligus membantu agar tidak semua ikan di sungai Naves habis untuk mereka saja.”

“B-baiklah...”

“AH NAVIOT! KAU CURANG!”

“Pangeran! Bagaimana jika engkau ikut dengan pesta dansa kami minggu depan?”

“Pangeran Pangeran!”

“Pangeran! Kami akan mengadakan jamuan teh dengan banyak gadis!”

“Pangeran Isaac, bagaimana jika anda menghadiri opera yang dimainkan putri kembarku! Tentu bila Pangeran tertarik, Pangeran boleh memiliki mereka berdua!”

“Pangeran Pangeran!”

“Pangeraan!”

“Kalian semua tenanglah dulu!” Ratu tiba-tiba angkat bicara untuk membuat orang-orang itu diam.

「BAGUS SEKALI RATUKU!」

「Aku benar-benar kebingungan dengan semua ini. Meskipun anda adalah ibu tiriku, tentu anda mengerti jelas dengan kegelisahan putra tirimu ini, bukan?」

“Mengantrilah dan bicara yang baik kepadaku. Yah kalau suasana hatiku bisa jadi lebih baik, mungkin aku bisa menerima tawaran kalian semua.”

「RATU KAMPREEETTTT!」

「Astaga, semua jadwal kegiatan ini bisa membuatku benar-benar sibuk untuk satu bulan ke depan.」

“Ngomong-ngomong Ibu—“

“HMMMM???”

“I— Ibunda...”

“Ada apa putraku yang manis?”

“Ngomong-ngomong Ibunda, sekarang Ayahanda berada di mana?”

“Wah, tumben sekali kamu memanggilnya begitu?”

“A-Ada apa?”

「Apa jangan-jangan Isaac punya panggilan berbeda untuk tiap orang yang ia kenal? Apa-apaan dengan kerajaan ini? Apa-apaan denganmu Isaaaccc!」

“Bukankah kamu selalu memanggilnya dengan sebutan Paduka, atau Raja saja, begitu? Ahh ibu bahkan lelah mendengarmu panggilanmu itu.”

“Ooohhh...”

“Tapi syukurlah, dengan kesembuhanmu, sepertinya kamu bisa meninggalkan ragam panggilan aneh itu.”

“Mhhmm... Benar juga, Bu.”

「Isaac ini, apa dia dia akrab dengan ayahnya sendiri?」

“Ayahmu sedang mengurung diri di kamar. Entahlah pria itu, mungkin dia terlalu malu menunjukkan kerinduannya padamu. Padahal bisa langsung peluk saja benar, kaaann?” Jawab Ratu sambil benar-benar memeluk dan menciumi putra tirinya itu.

「Astaga! Raja tsundere? Kerajaan ini benar-benar punya masalah.」

***

Acara pesta menyambut kesembuhan Pangeran sudah selesai, kini semua orang sedang berberes-beres. Para bangsawan sudah pulang dengan diantar kereta kudanya masing-masing, namun sebagian pelayan masih membersihkan sisa-sisa pesta malam itu, kemudian menyiapkan makanan untuk mereka nikmati setelahnya. Mau itu urusan perut atau nyawa, kepentingan terhadap para royal selalu diutamakan, membuat pelayan dan ksatria lain makan saat bangsawan itu sudah lelap dalam tidurnya.

Yuno yang tadi tidak sempat mencicipi makanan apapun karena keharusan menyapa para undangan, mengikuti hidung ajaibnya yang menangkap tautan aroma nikmat dari salah satu bangunan di bawah tanah. Ia mengikuti anak tangga yang melingkar, lalu berakhir berhenti di sebuah pintu kayu besar yang tertutup.

Tok tok tok...

“Apakah ada orang di sini?”

“Kau benar-benar terlambat George! Kami hampir menghabiskan semua makanan it— PANGERAN!!???” Salah seorang yang membukakan pintu dengan seragam koki terkejut atas kedatangan sosok yang jelas tidak biasa mampir ke tempat itu, apalagi malam malam begini.

Koki itu tiba-tiba bersujud seperti meminta ampun atas kesalahan tak termaafkan yang ia lakukan, lalu bertanya kepada Yuno, “Pangeran! Mohon maaf sebelumnya, tetapi apa yang membawa Pangeran kemari?”

“Bukankah sudah jelas? Tentu saja aroma sup yang gila-gilaan ini! Woah! Apakah kalian memasak daging panggang juga?” Ucap Yuno sambil menyelonong masuk.

Teriakan salah satu koki tadi tidak terlalu terdengar jelas oleh para pelayan yang sedang sibuk makan dan minum di dalam, mereka terlihat bergembira atas terselesaikannya acara memusingkan yang hampir saja kacau itu. Sebelumnya karena permintaan pesta mendadak dari Ratu membuat mereka harus berlari-lari mengoper tugas dan mencari persediaan tambahan untuk jumlah tamu yang sangat banyak.

“OI CHAPLIN! KENAPA LAMA SEKALI?”

“Kenapa? Apa jangan-jangan George baru saja dikejar istrinya lagi dengan panci penggorengan?”

“HAHAHAHAHHAAH” Gelak tawa memenuhi dapur sekaligus ruang makan besar itu.

“Siapa itu George? Apa dia ketahuan berselingkuh? Ngap!”

Gelas-gelas dan garpu terjatuh, bir yang sedang diminum tumpah. Para golongan kasta bawah yang baru saja menikmati waktu bersenang-senang mereka dikejutkan dengan kedatangan Yuno yang tiba-tiba bergabung sambil menggigit sebuah paha kalkun panggang.

“Oh ini? Ini sungguh nikmat! Hei Chaplin! Apa kau yang memasak ini? Rasanya benar-benar hebat!”

“Pa-pa...”

“Hmm?”

“PANGERAAAN???!!!”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status