Share

Tangan Penyembuh

***

“Pangeran! Ada gerangan apa yang membuat Pangeran sendiri menghampiri kami kemari?”

“Apa kami semua akan ditahan?”

“Ampuni kami Pangeran. A-aku, aku punya istri dan anak yang masih menunggu di rumah. Aku sudah berjanji untuk pulang pagi ini dan bermain bersamanya hingga sore!”

“Pangeran kumohon ampuni kami!”

“Hmm? Kalian kenapa? Sebentar, aku mau mencoba saus ini dulu.” Ucap Yuno tanpa menghiraukan kekhawatiran berlebihan para pelayan itu.

“WOAHH GILA! SAUS INI HEBAT SEKALI!”

NGAAP!

“A- anu, Pangeran?”

“Hah, ya?”

Gluk gluk gluk gluk...

Yuno baru saja menyelesaikan sepotong daging dan minuman yang diteguknya, lalu berjalan ke salah satu meja di ruangan itu.

“Aku kelaparan...” Jawabnya santai.

“Maksud Pangeran?” Tanya seorang koki dengan wajah yang kebingungan.

“Coba kalian pikir, aku yang menjadi bintang dari acara itu bahkan tidak dibiarkan menggigit sebuah cupcake pun! Mereka benar-benar menahanku dengan semua obrolan memusingkan itu.” Ucap Yuno sambil memainkan pisau dan menunjukknya ke salah satu nampan di dapur.

“Wah itu cupcake yang tadi!” Yuno berlari menghampiri nampan itu lalu memakannya dengan lahap. “Aku benar-benar tidak mengerti dengan para bangsawan... ngap!”

“Bisa-bisanya mereka lebih memilih bergosip dari pada menikmati kue yang lezat ini. Bahkan dari baunya saja, aku bisa tahu kalau semua makanan di sana dibuat dengan baik.”

“Oohh... ohh...” Semua orang di sana mencoba mencerna penjelasan Yuno sambil menghela napas berat, takut-takut apabila mereka bersikap tidak sopan terhadap salah satu orang paling penting di kerajaan ini.

“Hei mengapa diam saja? Aku lanjutkan pestanya! Yang tadi itu sama sekali tidak bisa kusebut sebagai pesta!” Ajak Yuno sambil mengangkat gelasnya tinggi-tinggi.

“AYO BERSULANG!!!”

***

Tidak butuh waktu lama bagi Yuno yang sebelumnya merupakan rakyat biasa untuk bergaul dengan para pelayan di dapur bawah tanah itu. Dia pada dasarnya adalah seorang anak periang yang ramah dan bersahaja. Meskipun pada awalnya para pelayan dan koki tadi takut-takut mengajaknya bicara, tetapi sekarang mereka sudah benar-benar akrab seperti teman lama.

“Hei, lalu bagaimana dengan temanmu George itu?”

“Ah dia? Orang itu benar-benar selalu diikuti kesialan.”

“Hei, nak! Kau tahu, minggu lalu dia bahkan dikejar-kejar oleh anjing penjaga hingga keliling tembok besar. Dia benar-benar malang.” Ucap salah seorang dari mereka bercerita.

“Hei, Steven! Aku tidak peduli kau sedang mabuk atau apa, tapi jangan panggil pangeran seakan kau setara dengannya.”

“OH MAAF PANGERAN! AKU TERBAWA SUASANA!” Seseorang yang dipanggil Steven tadi bersujud meminta pengampunan kepada Yuno.

“Baiklah baiklah, tenang saja. Aku tidak terlalu—“ Ucapan pemberian maaf Yuno terhenti karena ia mengingat perkataan Isaac, mengenai jangan terlalu baik dalam menjadi seorang bangsawan.

“Ehem! Jangan kau ulangi lagi, ya!” Tegasnya kemudian.

“BAIK!”

***

“Nah setelah itu—“

Ngiiikkk! Pintu kayu besar tadi terbuka memotong obrolan orang-orang di dalamnya. Terlihat siluet seorang pria yang kelelahan habis berlari.

“Anakku... ANAKKU DEMAM TINGGI!” Teriak pria itu dari luar, berharap ada orang di dalam ruangan itu bisa yang membantunya.

“Tenang dulu, George! Ada apa?”

「George? Pria yang diceritakan Steven tadi, ya? Kalau tidak salah, pria yang selalu sial? Ah tapi aku tidak boleh menyinggung tentang hal itu kali ini.」

Yuno berjalan menghampiri George yang bersama dua orang, dia sementara duduk bersila di lantai dan minum terlebih dahulu agar napasnya teratur.

“Ada apa, George?” Tanya Yuno kepadanya.

“Anakku terkena demam tinggi— PANGERAN!”

“HAMBA MOHON MAAF KARENA TIBA-TIBA MENGANGGU DAN BERTERIAK!”

「Ah, ya. Dia meminta maaf karena berteriak sambil berteriak. Tetapi biarlah, wajar dia sedang panik.」

“Sudahlah!” Balas Yuno tegas. “Sekarang di mana anakmu berada.”

“Di- di rumahku wahai Pangeran!”

“Chaplin!”

“Ya Pangeran!”

“Bisa kau siapkan jahe, lemon, dan ginseng, juga sedikit minyak untuk kubawa ke rumahnya George?”

“Oh, ya! Juga daun Landmord!”

“Tentu yang mulia, tetapi apakah Pangeran berniat untuk datang ke rumah rakyat biasa malam-malam begini?”

“Ya tentu. Apa kau punya masalah dengan itu?”

“Ah tidak, Pangeran! Sebelum itu, biarkan salah satu dari kami memanggil pengawal untuk anda—“

“Tidak perlu! Kau ingin nyawa anaknya George bisa hilang tanpa kita sempat melakukan apapun terhadapnya?”

“Ti-tidak!”

“Kita segera berangkat! George, kau langsung jalan di depan! Chaplin, kau segera susul kami, ya! Kau tahu tempatnya, bukan?”

“Tentu, Pangeran!”

Yuno bersama George dan beberapa pelayan lain berjalan bersama dengan obor melewati kegelapan. Mereka melewati jalan khusus para pekerja yang tidak dijaga oleh ksatria seperti di gerbang istana depan, tetapi dijaga oleh kenalan mereka yang berjaga di suatu pos. Malam terasa sunyi dan begitu hening, bagi bangsawan biasa berjalan di malam hari seperti ini sama saja seperti mencoba bunuh diri, tetapi Yuno masih saja menganggap dirinya adalah rakyat biasa, bukan seseorang yang begitu spesial.

“Di sini, Yang Mulia!” Ucap George memecah kecanggungan di antara mereka sambil menunjuk ke salah satu rumah sederhana di wilayah rakyat jelata. Mereka pun masuk ke dalam rumah itu. Hanya terlihat ada dua ruangan di sana, sebuah kamar dan ruangan serbaguna yang fungsinya bercampur-campur.

“Mo-mohon maaf atas ketidakmampuan saya menjamu Yang Mulia di tengah malam begini, saya—“

“Sudahlah, aku mengerti.”

“Apa kau sudah meminta bantuan tabib atau siapapun?”

“Kami tidak punya cukup uang untuk membayarnya, Pangeran.” Jawab George dengan pasrah.

Yuno berjalan masuk ke dalam kamar tak berpintu itu, yang hanya ditutupi tirai sebagai pembatasnya. “Di mana istrimu?” Tanyanya kemudian.

“Istriku sedang mencari bantuan di luar juga, Pangeran.”

Yuno memperhatiikan anak pelayan itu, lalu mengelus dahinya yang sedikit berkeringat.

「Panas sekali. Bukankah ini sudah tahap gawat? Salah salah dia bisa tidak bisa lagi melihat matahari pagi ini.」

「Tapi aku tidak bisa memberitahukan ini kepada George. Terlalu menyakitkan baginya. Sepertinya aku harus berusaha dulu semampuku.」

“Pangeran! Bahan-bahan yang Pangeran minta tadi sudah kusiapkan!” Ucap Chaplin yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar.

“Tepat waktu sekali, Chaplin! Segera kau bakar jahe dan ginseng itu sebentar, lalu seduh mereka dengan air panas. Bahan-bahan lainnya kau letakkan di atas meja dapur!” Ucap Yuno memerintah pelayannya itu.

Setelah seduhan rempah yang disiapkan Chaplin benar-benar siap, Yuno mulai meramu semua bahan itu, kemudian menyaringnya ke dalam gelas. Ia juga melumat daun Landmord dan meminumkan semuanya kepada gadis kecil yang terbaring sekarat itu.

「Kumohon, bekerjalah!」

***

Istri George datang dua jam kemudian dengan wajah yang panik dan berkeringat.

“Sayang, maafkan aku. Aku tidak bisa menemukan bantuan apapun!” Ucapnya meminta maaf kepada George yang menyambutnya bersama teman-teman pelayan lain yang tertidur di dalam rumah mereka.

“Tidak apa-apa, sayang.” Ucap George menenangkan istrinya. “Tadi Pangeran mampir dan menyembuhkan anak kita.” Tambahnya ketika istrinya sedang minum.

Bhaaakksss!

“AP-APA MAKSUDMU, GEORGE?”

“Seperti yang kubilang tadi, Pangeran mampir ke sini.”

“LALU? DIA MENYEMBUHKAN ANAK KITA?”

“Y-ya?” Jawan George kebingungan menanggapi kepanikan istrinya.

“Bayaran apa yang kau tawarkan kepada Pangeran? Kau tidak akan bilang kalau selamanya kau akan bekerja tanpa libur dan hidupmu dibeli oleh Yang Mulia itu, bukan? Sayang katakanlah kalau aku salah!” Pinta istrinya sambil menitikkan air mata, takut suaminya takkan kembali ke rumah mereka lagi.

“Kau tenang saja. Pangeran itu...” George menelan ludahnya sejenak. “Dia benar-benar tangan penyembuh yang luar biasa...”

“Oh syukurlah!” Istri George begitu tenang sambil memeluk suaminya dalam tangis bahagia. Kemudian ia masuk dan menghampiri anaknya, lalu menciuminya denga kasih sayang.

“Sungguh, dia benar-benar sosok yang menakjubkan.”

***

“ANAKKU MEMBUKA MATA! ANAKKU MEMBUKA MATA!” Teriak George histeris ketika akhirnya anaknya sadar.

“Amelia! Kau baik-baik saja, nak?” Tanya George khawatir sambil memegang dahi anaknya dengan tangan yang gemetar.

“Wah hebat!”

“Luar biasa!”

“Pangeran! Itu benar-benar...”

“Benar-benar?”

“A-aku tidak tahu bagaimana cara memuji anda dengan baik. Tapi pokoknya Yang Mulia benar-benar hebat!”

“Kau berlebihan, Chaplin.” Yuno menolak pujian yang diberikan kepadanya.

“Baiklah, aku mau kembali dulu. Kalian sebagian tetaplah berada di sini sambil menunggu istri George pulang. Dan omong-omong Chaplin, aku akan memberikan hukuman kepadamu!”

“A-AADA APA PANGERAN?”

“Bukankah aku sudah bilang tadi kalau aku tidak membutuhkan pengawal. Lalu ada apa dengan mereka berdua yang membawa tombak di sana?” Yuno menunjuk dua ksatria yang terlihat berjaga di depan rumah George.

“Ah itu...” Chaplin memutar bola matanya sambil menggaruk-garuk rambut di kepalanya yang sudah mulai botak.

“Terserahlah. Ayo kalian berdua, aku mau segera tidur!”

“SIAP PANGERAN!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status