Pada keesokan paginya, pengawas dari kantor sekretaris mengantarkan hasil ujian. Semua orang di kediaman keluarga Hu berkumpul di ruangan utama, mereka menunggu pengawas membacakan hasil ujian kemudian diserahkan pada Waning.
Semua orang terlihat cemas dan was-was. Jiwenhu beberapa kali menyeka keringat di keningnya. Dania melirik ke arah Jiwenhu di sampingnya. “Ayah? Kenapa pucat sekali? Ayah tidak percaya aku bisa mengerjakan soal ujian?” tanyanya. “Bukan begitu, aku hanya terkejut, pengawas bilang kamu mengerjakan semuanya kurang dari satu jam.” Dania menganggukkan kepalanya. “Sudah! Kita dengarkan saja dulu hasilnya!” ujar Juan pada Waning dan ayahnya. Sejak tadi Butai mengerutkan alisnya, entah kenapa meski dia tahu Waning bukan gadis bodoh lagi, Butai merasa Waning tidak akan lulus ujian sama seperti sebelum-sebelumnya. Pengawas mulai membuka gulungan kertas hasil nilai ujian di depan semua orang.“Nona Hu, aku tahu kamu pasti sangat terkejut mendengarnya, tiba-tiba aku menawarkan padamu untuk menjadi selirku. Tapi meski begitu mengingat dirimu sudah lama jatuh hati padaku bahkan rela mengejar-ngejarku dalam beberapa waktu di masa lalu, aku akan mempertimbangkanmu untuk menjadi selir, kamu pasti sangat senang sampai-sampai tidak bisa menahan perasaan bahagia!” Dania tidak bisa menunjukkan kebencian dalam hatinya jadi dia hanya mengukir senyum kaku pada bibirnya lalu berdiri dari kursinya sambil memberikan hormat padanya. “Yang-mulia, Anda salah paham, saya selama ini memang menaruh perasaan kagum, tapi perasaan itu hanya sebatas itu dan saya sama sekali tidak berharap untuk diangkat menjadi selir.” “Kamu menolakku?!” tanyanya sambil menunjuk-nunjuk wajah Dania dengan tatapan mata tidak senang. Jika yang melamar Sutangji atau Chang An masih masuk akal, tapi Guwenki si bodoh? Apa yang membuat dia sangat percaya diri kalau aku tidak akan p
Dania kembali ke dalam ruangan utama, dia melihat para tamu masih berada di sana. Dania tidak ingin memedulikan mereka lagi dan langsung pergi menuju ke kamarnya yang ada di lantai atas. Guwenki sudah dipermalukan jadi langsung meninggalkan kediaman keluarga Ansel. Begitu juga dengan anggota keluar Gu lainnya. Chang An masih di sana dan bercakap-cakap dengan kedua orang tua Dania. Saat semua orang sedang sibuk, dia menatap sekitar dan menyelinap ke lantai atas untuk menemukan Dania. Chang An masuk ke dalam kamar Dania dan melihat Dania sedang duduk di tepi ranjang. “Kamu!” “Sssssttt! Jangan buat keributan kecuali kamu ingin kita dinikahkan besok!” Chang An tertawa lalu berjalan mendekatinya. “Apa kamu berencana kabur dengan Sutangji? Jangan macam-macam denganku!” tanyanya dengan tatapan mata penuh selidik lalu menyentuh dagu Dania dan mendekatkan bibirnya. Dania meremas seprei, dia merasa dunianya di zaman modern sama sekal
“Ya, sebelumnya aku memutuskan pertunangan dengan Guwenki. Tidak kusangka di balik persetujuannya beberapa hari lalu dia menyimpan niat jahat, dia tidak ingin nama baiknya hancur jadi dia sengaja memutus rem mobilku.” Jelasnya pada Sutangji. “Apa kamu punya bukti tentang dia yang sudah melakukannya?” Dania ingat dalam pikirannya tapi dia tidak bisa menggunakan ingatan itu sebagai bukti. “Tidak ada, tapi aku yakin dialah pelakunya!” wajah Dania terlihat frustasi. “Sudahlah tenangkan dirimu, makanlah, agar kondisimu lekas pulih.” Ujarnya sambil menyodorkan mangkuk ke arahnya. Dania menerimanya dan tanpa ragu langsung memakannya. Ketika menikmati makanannya, Dania teringat bagaimana dia bisa kembali ke zaman modern, dalam hatinya merasa lega sekali. Dania pikir semuanya sudah selesai dan dia hanya tinggal menunggu Sutangji menyelidiki semua masalah yang menyebabkan dirinya celaka. “Aku ingin pulang!” ujarnya tiba-tiba. “Pulang
Dania mengeluarkan kasa dan peralatan medis dari dalam tasnya. “Berikan telapak tanganmu, biarkan aku mengobatinya,” ujarnya. Chang An menunjukkan telapak tangannya pada Dania sambil mengukir senyumnya, luka di sana bisa sembuh dengan sendirinya. “Ba-bagimana mungkin?” tanyanya dengan heran. “Kamu lupa? Dulu kamulah yang membuat ramuan untukku, sejak itu benda tajam apa pun tidak mampu melukaiku. Luka ditubuhku akan sembuh dan pulih dengan sendirinya.” Jelasnya pada Dania. Dania ragu dengan jawaban Chang An, dia tidak yakin ada ramuan ampuh dan mampu membuat tubuh Chang An pulih dengan sendirinya. Melihat ekspresi Dania yang kini tidak yakin dengan jawabannya, Chang An langsung menyentuh kedua pipi Dania lalu bertanya, “Kamu tidak percaya padaku?” Dania menarik turun kedua tangan Chang An dari pipinya, dia merasa tidak penting menjawab pertanyaan itu. “Kamu ingin membawaku ke mana?” tanya Dania senga
Chang An merasakan kehadiran Dania tidak jauh darinya, dia segera menoleh. “Kamu sudah mengusirnya? Apa artinya aku pemenangnya?” Dania mengernyitkan kening, ekspresi ketakutan Ning er tidak luput dari perhatiannya. “Apa yang sudah kamu katakan padanya? Dia ketakutan.” Tanya Dania sambil merapikan peralatan medis di meja untuk disterilkan kembali. “Pelayanmu sudah kelewatan jadi aku memberikan pelajaran sedikit padanya! Dia bilang kita tidak cocok! Siapa yang tidak kesal?” Dania menghela napas panjang. “Kamu kemarin sudah pergi ke Kota alam Dewa, kenapa tiba-tiba datang dengan wujud aslimu? Apa rencanamu?” Dania mulai tidak sabar. “Kamu sudah melihatnya, aku datang untuk melamar!” Dania mengerutkan keningnya, wajahnya tampak lebih frustasi dibandingkan sebelumnya. Dania menyentuh bahu Chang An seperti menyentuh rekan kerjanya. Dania berkata dengan suara berbisik di telinganya. “Chang An, dengarkan aku baik-baik, kalau kam
“Apa-apa maksudmu?” Dania segera membantu Chang An berdiri. Begitu bangun dari posisi berlutut Chang An langsung memeluk Dania dengan erat di depan semua orang dalam posko pengobatan. Dania menepuk punggung Chang An beberapa kali. “Hei! Apa yang kamu lakukan? Jangan bersandiwara lagi! Kamu ingin semua orang berpikir kita memiliki hubungan? Lepaskan aku!” perintah Dania pada Chang An. “Sejatinya kamu adalah istriku! Apa kamu sudah memutuskan untuk tinggal di sisi Sutangji?” tanya Chang An dengan serius sambil terus memeluk Dania dengan pelukan erat. Dania menggelengkan kepalanya lalu berhenti memukul punggung Chang An lagi. “Kalau kamu bersedia menikah denganku kenapa tidak menjawabnya sekarang? Di depan semua orang aku sudah melamarmu, Waning.” Tanya Chang An. Semua orang mulai ribut membahasnya. Mereka berkerumun untuk melihat dan mendengar apa jawaban Dania pada Chang An. “Nona Hu dilamar oleh dua pria tampan s