Share

Tak Ada Kata Maaf Untuk Mantan Suami
Tak Ada Kata Maaf Untuk Mantan Suami
Author: Ayudia

Bab 1

Author: Ayudia
Sejak menikah dengan Kevin Yuliardi, Raisa Saloka tidak pernah sekalipun berpikir untuk bercerai.

Karena dia begitu mencintai Kevin hingga rela mati untuknya.

Namun, cinta lamanya kini telah kembali.

Saat itu, Raisa sedang berada di rumah sakit.

Suara dokter terdengar dingin berkata padanya, "Bu Raisa, keguguran ini akan menyebabkan efek cukup serius. Kemungkinan untuk bisa hamil lagi sangat kecil. Jadi, siapkan mentalnya ya."

Otak Raisa berdengung.

Demi kehamilan ini, dia sudah bekerja keras mempersiapkannya selama tiga tahun hingga akhirnya berhasil hamil dua bulan yang lalu.

Saat keluar sore ini, sebuah mobil tiba-tiba melaju kencang dan menabraknya...

Dokter itu mengerutkan kening dan memanggilnya, "Bu Raisa?"

"Iya, Dok. Terima kasih."

Raisa tidak suka menunjukkan kelemahan di depan orang lain. Dia mengedipkan mata, menahan tangis, lalu bangkit dan pergi.

Perawat di belakangnya berbisik, "Urusan sebesar ini, kenapa suaminya nggak datang?"

"Jangan dibahas, dia baru saja operasi kuretase. Dia hampir pingsan dan menelepon suaminya agar datang ke rumah sakit, tapi suaminya nggak peduli."

"Ya Tuhan, jelas sekali kalau mereka nggak saling cinta. Terus, kenapa mereka nggak bercerai saja sekalian?"

Raisa melangkah pergi dan tidak mendengar sisa percakapan mereka.

Sebenarnya, Kevin bukan hanya menolak untuk datang ke rumah sakit, tetapi juga berkata di telepon, "Anaknya juga sudah nggak ada, jadi buat apa nangis?"

"Aku masih ada urusan sekarang, jangan ganggu!"

Setelah itu, Raisa kembali meneleponnya beberapa kali, tetapi dia tidak menjawab satu pun.

Selama tiga tahun ini, Kevin begitu acuh padanya.

Sejujurnya, dia sudah terbiasa.

Tiga tahun yang lalu, Raisa secara tidak sengaja menyelamatkan nyawa Kakek Toni Yuliardi. Kakek Toni sangat menyukainya, jadi dia berusaha menjodohkan mereka berdua, dan pernikahan itu pun berhasil terjadi. Jika tidak, dengan status dan latar belakangnya, dia tidak akan mungkin menjadi istri Kevin Yuliardi.

Jadi, Kevin sebenarnya tidak ingin menikahinya.

Dia bersikeras menghubunginya hari ini, karena mengira demi anak ini...

Sepertinya dia memang tidak mengharapkannya.

Raisa menenangkan diri dan bersiap pulang dengan taksi untuk beristirahat. Begitu dia mengeluarkan ponselnya, sebuah pesan muncul.

Teman baik Kevin, Rey Mola yang mengirim pesan video.

Dia lalu mengklik video itu.

Di awal video, terlihat buket mawar besar berjumlah sembilan ratus sembilan puluh sembilan tangkai, bahkan saking besarnya sampai tidak muat di layar.

Kamera bergerak ke kiri, muncul Kevin dengan seorang wanita di sampingnya.

Dia adalah Siska Larasati.

Raisa melotot tak percaya, dan ujung jarinya tiba-tiba menggenggam erat.

Orang di dalam video mulai bersorak, "Siska, Kevin tahu kamu akan kembali hari ini, jadi dia sudah menyiapkan pesta penyambutan untukmu! Dia benaran merencanakan semua dengan matang!"

"Cepat peluk dan bilang terima kasih!"

"Peluk apa? Cium saja langsung, kayak waktu itu! Aku belum menghapus video ciuman kalian yang berdurasi tiga menit itu."

Siska menggelengkan kepalanya dan berkata, "Sekarang udah nggak sama..."

Sebelum dia selesai berbicara, Kevin sudah berinisiatif untuk memeluk Siska dan berkata, "Siska, selamat datang kembali."

Nada dan gerakannya sangat lembut dan luwes.

Sekelompok orang bersorak kegirangan, "Lihat, Kevin sama sekali nggak keberatan!"

"Cium...cium...!"

Video berhenti di situ.

Karena pesan telah dihapus oleh pengirim.

[Maaf, aku salah kirim.]

Video itu dihapus tepat waktu, Rey mungkin berpikir Raisa tidak punya waktu untuk mengkliknya, jadi dia tidak menjelaskan apa pun.

Raisa menatap layar obrolan itu cukup lama.

Setelah itu, dia tersenyum.

Jadi itu adalah hal penting yang dikatakan Kevin tadi...

Raisa menghabiskan waktu tiga tahun untuk mencoba meluluhkan hatinya, tetapi dia tetap tidak jatuh cinta padanya, melainkan sedang menunggu cinta sejatinya.

Mustahil bagi Kevin untuk menaruh hatinya padanya.

Sudah waktunya bagi Raisa untuk bangun dari mimpi.

Raisa langsung mengemasi barang-barangnya setelah sampai di rumah.

Kehidupannya selama beberapa tahun terakhir ini cukup sederhana, dia jarang berbelanja. Tidak ada yang perlu dibawa kecuali pakaian dan dokumen penting. Koper ukuran sedang pun sudah muat.

Butuh waktu kurang dari setengah jam untuk selesai berkemas.

Dia kemudian menunggu Kevin kembali.

Dia baru pulang jam dua pagi.

Kevin melewati ruang tamu dan menatap matanya.

Dia tidak terkejut.

Raisa selalu menunggunya pulang hingga larut malam seperti itu.

"Kamu baru saja dioperasi, kenapa belum tidur?" Nada bicara Kevin terdengar dingin, tanpa rasa khawatir.

"Aku menunggumu."

Raisa menatap bibirnya sejak dia memasuki pintu.

Lekuk bibir pria itu sangat indah, tetapi sudut bibirnya tampak pecah.

Ada bekas lipstik samar di kerah kemeja putihnya, bahkan juga ada di lehernya.

Dia benar-benar mencium wanita itu.

Mungkin juga melakukan yang lain.

Hati Raisa tiba-tiba terasa sakit.

Selama tiga tahun pernikahan mereka, Kevin hanya menyentuhnya beberapa kali. Dia bahkan melakukannya dengan enggan setelah desakan dari para sesepuh keluarga.

Dia tidak pernah berinisiatif untuk menciumnya. Setiap kali berhubungan, dia langsung ke intinya tanpa peduli padanya. Dia sangat menderita selama proses itu. Setelah itu, dia ingin memeluknya, tetapi pria itu malah berbalik dan pergi ke kamar mandi.

Yang dia berikan padanya selalu sikap dingin.

Kevin melirik koper di sampingnya dan mengerti, lalu berkata, "Apa kamu sudah lihat videonya Rey?"

"Iya, aku sudah lihat." Ketika dia mendekat, Raisa mencium bau alkohol pada dirinya.

Dan bau parfum yang menjijikkan.

"Ayo kita bercerai..."

Raisa tak berkata apa-apa, Kevin lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Karena kamu sudah tahu, ayo kita bercerai. Kamu juga tahu dari awal kalau Siska nggak pergi ke luar negeri, aku nggak akan pernah menikahimu."

Raisa tidak keberatan dengan hal itu, "Oke."

"Ini sudah terlalu malam, tidur saja dulu. Besok baru pergi..."

"Nggak perlu, aku sudah tanda tangan surat cerainya."

Raisa menunjuk ke meja kopi.

Pada malam pernikahan, Kevin memberinya surat cerai, dan baru hari ini Raisa memutuskan untuk menandatanganinya.

Kali ini giliran Kevin yang terkejut.

Alisnya tampak naik, seolah menebak apakah ucapannya serius atau tidak.

"Aku sudah tebak kalau kamu akan mabuk, jadi aku sudah masak sup pengar, ada di dapur." Raisa sempat ragu sejenak, tetapi akhirnya tetap mengingatkannya.

Itu sudah jadi kebiasaannya. Demi membuat Kevin jatuh cinta padanya, dia selalu merawatnya dan melakukan semuanya sendiri.

Dari yang tidak pandai memasak hingga menjadi koki handal, dia sangat bekerja keras.

Setiap kali memasak untuk Kevin, butuh waktu berjam-jam dari membeli sayuran hingga memasaknya, dan jari-jarinya dipenuhi luka goresan dan bakar.

Tapi Kevin sangat pemilih. Selezat apa pun makanannya, belum pernah terdengar dirinya mengucapkan sepatah kata pun, meskipun sering terlihat sangat menikmati.

Kevin tahu betul bahwa dia akan sangat bahagia dengan pujiannya, tetapi dia tidak ingin memberinya kebahagiaan itu.

"Aku pergi." Setelah tiga tahun menjalin hubungan sebagai suami istri, tak ada yang perlu dibicarakan saat perpisahan tiba.

Kevin mengerutkan kening dan berkata, "Besok saja perginya."

"Nggak perlu." Raisa menyeret kopernya dan berbalik pergi.

Kevin tidak suka Raisa yang tidak patuh padanya, dan wajahnya terlihat muram.

Pintu pun ditutup kembali.

Rey lalu meneleponnya, "Kevin, kamu sudah sampai rumah? Coba tanya ke Raisa apa dia sudah melihat videonya?"

"Maaf, aku benar-benar nggak sengaja. Tapi kalaupun dia melihatnya, seharusnya nggak jadi masalah kan? Lagipula, kalian juga selalu bertengkar..."

Kevin berkata, "Kami bercerai."

"Hah? Bercerai?"

Kevin sangat terkejut dan berkata, "Karena video itu? Nggak mungkin, bagaimana bisa dia menceraikanmu? Kalau dia benar menceraikanmu, aku akan makan kotoran!"

Kevin berkata, "Aku yang mengajukan."

Rey terdiam beberapa saat.

Kevin yang mengusulkan perceraian, itu artinya sama saja dengan tidak terjadi apa-apa. Raisa itu terkenal seperti plester, lengket dan susah untuk menyingkirkannya.

"Terakhir kali kamu juga bilang mau cerai, dan itu belum ada sebulan. Bahkan siklus haid saja masih kurang."

Rey menggodanya, "Waktu itu, kita bertaruh dia akan kembali dalam setengah hari, dan aku yang menang... Kali ini aku bertaruh sehari, jika aku menang lagi, kamu harus terus mentraktirku makan malam!"

Kevin melirik pintu yang tertutup, dan suara mesin mobil terdengar dari luar.

Raisa sepertinya cukup bertekad hari ini.

Namun alis Kevin sedikit mengernyit, seakan tidak peduli sama sekali dan berkata, "Nggak usah besok malam, dia pasti balik besok pagi."
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Suryat
brengsek banget si kevin...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Tak Ada Kata Maaf Untuk Mantan Suami   Bab 336

    Raisa berdiri di pintu, mempertimbangkan berbagai kemungkinan. Dulu, Kevin mudah marah dan cepat tersinggung, tetapi dia bukan tipe yang akan menculik orang begitu saja, walau sedang bertengkar sekalipun. Oleh karena itu, Raisa tidak tahu apa yang akan dilakukan Kevin.Apa pun skenarionya, wajah Raisa sangat pucat dan tegang dipenuhi kekhawatiran.Dia terdiam beberapa saat, tangannya hendak menyentuh gagang pintu, namun pintu tiba-tiba terbuka dari dalam.Raisa langsung mendongak.Dia melihat wajah Kevin yang dingin dan tajam seperti pisau.Dia sangat mengenal wajah itu, tampan, tegas dan gagah. Siapa pun yang melihatnya untuk pertama kali pasti akan terkesima dengan penampilannya. Namun di mata Raisa, Kevin hanyalah seperti sup penawar mabuk yang sudah basi, tampak menjijikkan.Raisa mengepalkan tinjunya, amarahnya yang terpendam langsung meledak. Di bawah tatapan dinginnya, Raisa menuntut dengan suara dingin, "Kevin, kalau kau punya masalah, hadapi saja aku! Kalau kau berani menyakit

  • Tak Ada Kata Maaf Untuk Mantan Suami   Bab 335

    Sorot mata Kevin semakin dingin, emosi negatif di dalam dirinya bergejolak liar.Sekarang dia harus mengakui fakta bahwa Raisa sudah memengaruhi emosinya.Dia tidak pernah memberi Raisa kekuasaan sebesar itu untuk memengaruhinya, namun hal itu tetap saja terjadi.Kevin tidak mau mengakuinya, tetapi hatinya benar-benar tak bisa dikendalikan.Sudah lama dia tidak merasakan hal semacam itu, dan rasanya sungguh tidak menyenangkan.Kevin teringat perkataan David dan Rey, dia tiba-tiba mencengkeram gelas itu dengan erat, jari-jemarinya memutih, seolah-olah dia akan menghancurkan gelas itu sedetik kemudian!...Keesokan harinya, hari bekerja.Saat Raisa hendak pergi ke kantor, dia bertemu dengan Bravi.Mereka bertukar pandang, dan Raisa seperti biasa, menyapanya dengan sopan, "Pak Bravi."Bravi pun mengangguk, tidak berkata apa-apa lagi.Interaksi semacam itu tampak wajar saja, tetapi mungkin hanya imajinasinya saja, suasana saat itu terasa sangat canggung.Sesampainya di tempat parkir, merek

  • Tak Ada Kata Maaf Untuk Mantan Suami   Bab 334

    "Diam!" Wajah Kevin menggelap, dia merasa emosinya kembali tak terkendali.Semua yang dilakukan Raisa sungguh menguji kesabarannya!Rey jarang melihat Kevin seemosi itu, tetapi pikiran bahwa dia mengamuk karena Raisa bersama pria lain membuat tatapan Rey tanpa sadar kembali dingin. Kata-katanya menjadi semakin tak terkendali, sama sekali mengabaikan perasaan Kevin. Dia hanya mengangkat bahu dan lanjut berkata, "Apa gunanya aku diam? Itu juga sudah terjadi. Hanya karena aku diam bukan berarti itu nggak ada."Rey sengaja membuatnya jijik, lalu berkata, "Kevin, apa kau beneran menyesal? Kalau tahu begini, seharusnya kau nggak menceraikannya." Kevin tidak pernah mempertimbangkan apakah dia menyesal atau tidak dengan perceraian mereka. Pernyataan Rey yang terang-terangan seperti itu, membuatnya ingin mengakui.Ya, dia memang menyesali perceraiannya!Namun, harga diri Kevin tak mengizinkannya mengucapkan sepatah kata pun.Karena dia sama sekali tak akan tunduk pada Raisa!Memangnya kenapa k

  • Tak Ada Kata Maaf Untuk Mantan Suami   Bab 333

    Aruna sangat bertekad untuk memanfaatkan kesempatan ini. Setelah menerima tugas yang diberikan oleh Kevin, dia segera memulai penyelidikannya. Dibandingkan dengan mencari informasi tentang mobil balap, kasus Raisa dan Suri sangat mudah diselidiki, dan informasinya pun cepat terkumpul."Raisa dan Suri itu teman dekat di kampus, tapi mereka jarang berhubungan setelah lulus. Dan, sekitar sebulan yang lalu, mereka mulai sering bertemu lagi." Aruna tidak bisa begitu saja memberikan informasi yang seadanya seperti itu.Kevin memintanya untuk menyelidiki Raisa, jadi pasti ada beberapa momen yang dianggap penting."Suri punya perusahaan teknologi bernama Timelock System. Tiga tahun lalu, dia menciptakan Lugi-X, sebuah model kecerdasan buatan dalam skala besar. Suri meraih kekayaan pertamanya dengan teknologi itu, dan terus mengembangkan bisnisnya. Investasi perusahaannya juga cukup sukses, dan kini kekayaan bersihnya lebih dari dua puluh triliunan.""Setengah bulan yang lalu, Suri memecat seo

  • Tak Ada Kata Maaf Untuk Mantan Suami   Bab 332

    Fakta bahwa seseorang mampu menghadapi luka hati sungguh mengagumkan, karena tidak semua orang bisa melakukannya. Oleh karena itu, membuat orang kuat menunjukkan sisi lemah mereka, sangatlah sulit.Raisa harus mengakui bahwa dia belum sepenuhnya memercayai Bravi saat ini.Setidaknya belum sepenuhnya terbuka.Karena dia masih belum bisa benar-benar memahami isi hati Bravi."Maaf, Pak. Ini beneran bukan masalah besar. Dan, saya nggak mau membicarakannya."Raisa menolak pertanyaannya dengan sikap dingin dan defensif. Dinding yang tampaknya akan runtuh itu tiba-tiba menjadi tak tergoyahkan.Raisa lalu berbalik dan pergi.Dia tahu bahwa Bravi sedang menatapnya.Tetapi Raisa tidak akan membicarakan hal-hal yang tidak ingin dia bicarakan, dan tidak ada yang bisa memaksanya.Setelah di rumah, Raisa menelepon Suri.Suri tidak menjawab.Dia pasti sibuk, jadi Raisa tidak meneleponnya lagi....Rey menunggu selama dua jam, tetapi Raisa tidak juga keluar. Hari sudah larut malam, dan klub di sekitar

  • Tak Ada Kata Maaf Untuk Mantan Suami   Bab 331

    Hati Raisa tiba-tiba seperti mati rasa.Dia sempat berpikir penjelasannya saat keluar dari mobil sudah cukup untuk menghilangkan keraguan Bravi.Namun, ternyata tidak.Mungkin tiga tahun pernikahannya telah mengajarinya untuk memproses segala macam emosi sendirian, dan emosi-emosi itu seringkali cukup intens dan berakhir dengan peraasaan buruk.Jadi, sedikit kesedihan yang dia rasakan di dalam mobil karena mengingat ibunya, sebenarnya bukanlah apa-apa baginya.Raisa berencana untuk pulang, mencuci muka, lalu membaca sebentar, dan semuanya akan berlalu.Raisa tidak menyangka Bravi akan terus memaksanya membicarakan hal itu.Tatapan Bravi kepada Raisa berbeda dari biasanya. Mungkin karena pengaruh alkohol, aura dingin dan tajam di sorot matanya telah memudar, hanya menyisakan ketulusan dan kekhawatiran yang tak bisa disamarkan.Dia bertanya, "Ada apa?"Raisa menggaruk tangannya dan berkata, "Nggak ada apa-apa. Aku baik-baik saja." Bravi mencondongkan tubuh lebih dekat, tatapannya yang d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status