Share

Tak Ada yang Kedua
Tak Ada yang Kedua
Author: Dorothy Anita

Bab 1

Author: Dorothy Anita
“Elsa, setelah semua ini berlalu, bisakah kita menikah lagi?”

Di halaman vila, aku sedang duduk termenung di atas bangku batu ketika Anto datang bersama Vior di hadapanku.

Tiga jam yang lalu, Vior diungkap oleh paparazi sebagai kekasih simpanan Anto. Seluruh internet menggali masa lalunya dan mencaci maki dia sebagai pelakor yang menghancurkan hubunganku dengan Anto.

Citra Anto sebagai suami penyayang runtuh seketika, dan harga saham Grup Gusnada mulai goyah.

Di kehidupan sebelumnya, saat Anto datang membawa surat cerai, aku begitu marah hingga mencabut habis semua mawar yang ia tanam untukku di taman. Aku histeris dan menuntut penjelasan tentang hubungannya dengan Vior.

Padahal dia hanya putri dari profesor yang ia hormati dan seharusnya ada ribuan cara lain untuk menyelesaikan masalah ini.

Namun, dia justru memilih mengorbankanku.

Semata-mata hanya karena tak ingin depresi Vior semakin parah.

Namun yang Anto tidak tahu adalah, selama masa kehebohan berita itu, aku juga didiagnosis mengalami depresi sedang.

“Elsa.”

Anto memanggil namaku sekali lagi, menarikku kembali dari lamunan.

Aku menundukkan kepala, menatap surat cerai yang tergeletak di atas meja batu.

Dia berlutut di samping kakiku, sepasang matanya yang dalam menatapku, sementara telapak tangannya yang hangat membungkus jemariku.

Dengan nada yang penuh bujuk rayu, ia berkata,

“Elsa, anggap saja ini demi aku, ya?”

“Kita akan umumkan ke publik bahwa pernikahan kita sudah lama hancur, dan sudah ada rencana untuk bercerai sejak setahun yang lalu, hanya saja kita belum menemukan waktu yang tepat.”

Aku tetap diam, tidak menjawab apa pun.

Sementara di belakangnya, Vior berdiri mengenakan gaun putih, dengan mantel Anto terjulur di bahunya. Bibirnya pucat, dan matanya memerah.

“Kak Elsa, kumohon... bantu aku, ya?”

“Ibuku meninggal karena bunuh diri akibat depresi yang disebabkan oleh pembullyan di internet. Aku tak ingin mengikuti jejak yang sama seperti ibu. Kak, aku mohon, aku bahkan rela berlutut untukmu… kumohon, bantu aku…”

Saat kata-kata itu terucap, dia hendak membungkukkan tubuh untuk berlutut. Namun, Anto dengan sigap berdiri dan menahannya, lalu dengan sangat alami menariknya ke dalam pelukannya, melindunginya dengan penuh perhatian.

Wajahnya tampak suram, suara rendahnya terdengar seperti sedang memarahi, “Apa yang kau lakukan?”

Vior tersendat, suaranya lemah dengan tangisan tertahan, kemudian dia menundukkan wajah yang dipenuhi air mata.

“Aku... aku hanya ingin membuat kakak merasa lebih baik...”

Anto langsung menunjukkan ekspresi tak sabar. Tatapannya kini beralih padaku, dan kehangatan dalam sorot matanya pun menghilang sepenuhnya.

“Elsa, aku datang ke sini bukan untuk bernegosiasi denganmu.”

“Aku sudah memutuskan semuanya. Kalau kau nggak mau bercerai, maka jangan salahkan aku...”

Aku perlahan mengangkat kepala dan menatapnya. Kalimatnya langsung terputus begitu bertemu dengan mataku.

Tapi aku tahu apa yang ingin dia katakan.

Dia ingin berkata,

“Elsa, kau tahu bagaimana caraku bekerja. Aku punya seribu cara untuk membuatmu menandatangani surat cerai ini dengan patuh.”

“Kalau sampai aku harus menggugat cerai, kau juga nggak mungkin menang melawan pengacara Grup Gusnada.”

Itulah kata-katanya di kehidupan sebelumnya.

Pada akhirnya, dia pun menjebakku, mengatur segalanya hingga aku tertangkap basah di ranjang bersama beberapa model pria. Bukti perselingkuhanku pun tak terbantahkan.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Chantiqa Chiqa
kalau sdh tau laki berselingkuh ngapain berrahan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Tak Ada yang Kedua   Bab 10

    Dalam semalam, opini publik terpecah menjadi dua kubu, tapi tak ada satu pun yang ada hubungannya denganku.Sebagian orang berkata bahwa Vior sengaja membalas budi dengan cara yang salah yaitu menghancurkan pernikahanku dengan Anto hingga hubungan kami berakhir.Sebagian lagi mengecam Anto sebagai pria penuh kepalsuan, kalau memang ingin membalas jasa ayah Vior di masa lalu, bukankah uang dan sumber daya sudah cukup? Mengapa harus mengorbankan istrinya sendiri, hingga membuatnya putus asa dan memilih bercerai?Nama baik Anto hancur.Saham perusahaannya bergejolak.Tak lama kemudian, aku kembali melemparkan bukti lain ke internet, foto yang diam-diam diambil Vior sendiri, yang memperlihatkan dirinya dan Anto masuk ke hotel di waktu bersamaan, juga jejak digitalnya saat membayar buzzer untuk mencaci dirinya sebagai perebut suami orang.Media sosial pun meledak.Anto dibuat sibuk sampai nyaris kehilangan akal. Awalnya, ia berencana mengirim Vior ke luar negeri, tapi begitu melihat topik y

  • Tak Ada yang Kedua   Bab 9

    Di kehidupan sebelumnya, pada akhirnya…Aku sudah tak bisa membedakan apakah aku mencintai Anto, atau hanya sekadar terobsesi.Setelah terdiam sesaat, aku mengejek,“Anto, sebenarnya, yang aku inginkan sudah sangat sedikit, tapi kau tetap tak bisa memberikannya.”“Aku juga putri kesayangan orang tuaku. Kenapa aku harus membiarkanmu menginjak-injak harga diriku seperti ini?”“Jadi, sudahlah.”Begitu kata-kataku selesai, aku mengalihkan pandangan dan bersiap untuk pergi.Namun, Anto tiba-tiba panik dan mencengkeram lenganku.Tubuhnya yang tinggi nyaris terhuyung jatuh, bibir pucatnya bergetar.“Aku nggak setuju.”“Ini nggak bisa berakhir begitu saja.”“Elsa, kau adalah istriku. Kau nggak boleh meninggalkanku…”Suaranya bergetar.Aku tertawa pelan, lalu menarik lenganku dari genggamannya.“Kita sudah bercerai, Anto.”“Kau yang memaksaku menandatangani surat cerai, mengancamku untuk menghadiri konferensi pers demi klarifikasi, lalu mengawasi setiap langkahku sampai kita mengambil akta cera

  • Tak Ada yang Kedua   Bab 8

    Aku tersenyum dan mengangguk.Hanya saja, aku tak menyangka bahwa Anto akan datang ke Montana.Saat aku dan Niko baru saja selesai mencoba gaun pengantin, kami melihatnya berdiri di bawah pohon kamper di seberang jalan.Ia mengenakan kemeja putih sederhana, rambutnya berantakan, wajahnya tampak sedikit pucat, dan matanya kehilangan cahaya.Tatapannya sempat tertuju pada tangan kami yang saling menggenggam, sebelum akhirnya ia mengalihkan pandangan.Anto memaksakan senyum dan menatapku, “Elsa, aku datang untuk menjemputmu pulang.”“Kita nggak perlu menunggu sampai awal tahun depan, ayo pulang sekarang dan rujuk, oke?”Setelah berkata demikian, ia melangkah mendekati kami.Niko refleks ingin berdiri di depanku, tapi aku menahannya.Sambil merapikan dasinya yang sedikit miring, aku berkata lembut, “Kau tunggu di mobil dulu ya.”“Aku akan segera kembali, Ibu memasak makanan kesukaanmu malam ini. Nanti kita pulang bersama.”Niko menundukkan pandangannya padaku, sudut bibirnya sedikit terang

  • Tak Ada yang Kedua   Bab 7

    Elsa tersenyum dan menjawab, “Nggak lagi.”Tiga kata sederhana itu entah kenapa membuat Anto merasa tertekan.Dia telah memutar ulang cuplikan ini berkali-kali, berusaha mencari sesuatu di mata Elsa.Namun, tetap tidak menemukan apa pun.Dengan frustrasi, dia membuka riwayat obrolannya dengan Elsa.Namun, yang dia temukan hanyalah pesan terakhir yang berhenti pada saat dia mengingatkannya bahwa mereka harus ke kantor catatan sipil pukul sembilan untuk mengambil surat cerai.Dia hanya membalas dengan satu kata, [Baik.]Dan setelah itu, tak ada lagi.Dulu, Elsa selalu lengket dengannya, tak peduli hal besar atau kecil, dia selalu berbagi dengannya. Dan setiap kali dia melihatnya, dia akan segera membalas.Tapi saat dia menggulir ke atas, semakin lama, semakin terlihat bahwa hanya Elsa yang berbicara sendirian.Sesekali, dia hanya membalas singkat, [Oke.] atau [Aku tahu.]Pekerjaan di perusahaan sangat sibuk.Vior, setelah kematian Profesor Jihan, kembali jatuh ke dalam depresi dan berkal

  • Tak Ada yang Kedua   Bab 6

    Aku tersenyum dan menatap matanya yang dingin. "Terima kasih, Niko."Terima kasih karena telah berbakti menggantikanku.Niko menggeleng pelan.Dia berkata bahwa itu memang sudah seharusnya dia lakukan.Jika bukan karena aku dan ayah yang menolongnya dulu, mungkin dia sudah mati entah di sudut gelap mana.Topik viral di media sosial terus bermunculan.Dari awal yang membahas bahwa Vior adalah selingkuhan Anto, kini berkembang menjadi aku adalah orang yang tak tahu berterima kasih dan tak berperasaan.Kemarin, seorang paparazi menangkap fotoku bersama Niko di bandara. Sekarang, mereka bilang bahwa aku sudah berselingkuh sejak lama, itulah sebabnya hubunganku dengan Anto retak.Aku tak bisa menahan tawa.Saat menundukkan kepala, layar ponselku menampilkan sebuah pesan dari akun kecil yang digunakan Vior untuk menambahkanku.Sebuah foto dirinya menginap di vila di perbukitan.[Tadi malam, Anto sendiri yang memintaku untuk bermalam. Menurutmu, apa yang akan dia lakukan malam ini?][Anto ad

  • Tak Ada yang Kedua   Bab 5

    Vior menggigit bibirnya pelan. “Aku sendirian di hotel, merasa takut... jadi aku datang mencarimu.”“Kau...”Dia menundukkan kepala, suaranya semakin lirih. “Apa aku mengganggumu?”Kening Anto sedikit berkerut, tapi akhirnya dia berkata, “Nggak apa-apa, sudah larut malam.”“Aku akan meminta Bibi Ani siapkan kamar tamu untukmu, kau bisa menginap di sana dulu.”Saat dia hendak memanggil Bibi Ani, Vior melangkah masuk ke dalam kamar. Sepasang matanya yang lembut dan penuh perasaan menatap Anto.“Kak Anto, aku nggak mau tidur di kamar tamu.”“Boleh?” tanyanya pelan, seolah sedang mencoba keberuntungannya.Kerutan di dahi Anto semakin dalam. Bibirnya bergerak seakan hendak menolak, tetapi saat dia melihat lingkaran merah di mata Vior...Dia akhirnya luluh.Saat pesawat mendarat di Montana, Niko lah yang menjemputku.Dulu, saat dia berusia delapan belas tahun, dia pernah menyelamatkan seorang gadis, tetapi justru dijebak dengan tuduhan pelecehan dan dijatuhi hukuman tiga tahun penjara.Kare

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status