Share

Bab 5

last update Last Updated: 2023-12-15 18:22:43

Aku benar-benar terkejut. Tidak pernah terbayangkan olehku sebelumnya jika Mbak Rina akan mendengar perkataanku. Aduh jangan-jangan dia juga mendengar ketika tadi aku menyarankan Mas Ahmad untuk memulangkannya ke rumah ibunya?

Untungnya sepertinya Mas Ahmad paham akan kegelisahanku. Aku lihat laki-laki tersebut dengan cepat menghampiri Mbak Rina, dan menarik perempuan tersebut menjauh dariku. Rupanya Mas Ahmad membawa Mbak Rina ke kamarnya.

Aku tidak tahu apa yang akan Mas Ahmad lakukan terhadap Mbak Rina, tapi kali ini alangkah lebih baiknya jika aku membiarkannya terlebih dahulu. Aku tahu Mas Ahmad akan menenangkan perempuan tersebut, suamiku tidak akan membuatku menjadi sasaran kemarahan istri pertamanya itu.

***

Di kamar yang tidak terlalu besar, Ahmad mengajak Rina untuk bicara dengan cara yang hati-hati. Laki-laki itu tahu bahwa istri pertamanya tersebut tidak dalam keadaan baik-baik saja. Dia juga tahu jika apa yang telah diucapkan oleh Fika tadi telah menyakiti hati Rina. Oleh karena itu Ahmad tidak ingin membiarkan suasana semakin runyam.

"Sayang, kamu jangan salah paham dulu sama apa yang udah dikatakan sama Fika tadi. Itu benar-benar bukan kata-kata yang serius, Sayang. Dia hanya bercanda saja. Aku serius kok." Ahmad berkata sambil menggenggam bahu istrinya.

"Seperti yang udah kamu lihat, Fika enggak sejahat itu. Dia hanya biasa bercanda sama Mas. Jadi Mas mohon ya kamu jangan marah sama dia. Kalau kamu mau marah-marah aja sama mas ini. Oke, oke, Sayang?" Laki-laki tersebut terus merayu.

Sedangkan di hadapannya Rina hanya menyaksikan sikap suaminya yang dianggapnya terlalu berlebihan. Tidak ada respect sama sekali terhadap apa yang dikatakan oleh sang suami.

"Ya kamu benar, Fika tidak sejahat itu. Dia baik dan hebat, berkelakuan baik dan tidak berbuat salah. Dia istri yang baik untukmu. Kalau dia tidak hebat, tentu dia tak akan sampai di titik ini," ujar Rina datar.

"Kamu kenapa bilang begitu? Apa emang bener kamu kerap kali menyinggung Fika dengan cara seperti ini kayak yang sering ia bilang?" Ahmad menelisik sikap istri pertamanya tersebut.

Rina menyipitkan mata.

"Mas aku tanya sama kamu sebenarnya mau kalian ini apa sih? Aku kasih pujian sama dia dibilang aku menyindir, aku diemin malah dibilang jahat, sebenarnya mau kalian apa? Bahkan sama sekali aku nggak gangguin kalian berdua loh!"

"Iya, iya aku tahu, tapi, bisa nggak sedikit aja kamu dengerin apa yang Fika katakan?"

Ucapan Ahmad membuat Rina tertawa. Tapi itu sama sekali bukan tawa bahagia tentunya.

"Apa kamu mau aku tunduk sama kalian berdua? Kamu mau aku nurutin semua apa maunya dia? Sorry ya mas, kemauanmu ketinggian."

"Atau begini aja," sambung Rina setelah beberapa saat terdiam.

Rina duduk dan mengisyaratkan agar Ahmad duduk pula. Dia akan berbicara sesuatu yang cukup serius.

"Mas, kurasa akan lebih baik kita urus perpisahan aja. Aku insyaallah siap pisah, Mas. Kalian lebih baik untuk.....,"

"Oh tidak... Tidak... Tidak bisa seperti itu. Tidak akan ada perceraian di antara kita. Sekali aku bilang tidak, tetap tidak akan terjadi. Tolong jangan bahas hal itu lagi!" Dengan cepat dan sikap Ahmad memotong perkataan Rina.

Rina mengelola nafas panjang permasalahan rumah tangganya terasa cukup pelik. Sedari dulu Ahmad seakan mengharamkan perceraian di dalam rumah tangga mereka.

"Kenapa harus mempertahankan rumah tangga kita? Bukannya kamu udah punya Fika, Mas?" Rina melayangkan protes.

"Meskipun aku udah punya Fika, bukan berarti aku harus menceraikan kamu. Kamu ngerti apa yang aku maksud, kan?" Ahmad berkata dengan gerakan tangan yang mengisyaratkan jika apa yang dikatakan adalah sebuah keseriusan. Seakan-akan Rina tak berhak lagi untuk mengganggu gugat.

"Ya, itu pemikiran dari sudut pandang diri kamu sendiri. Tapi dari sudut pandangku kenyataannya jauh berbeda, Mas. Kamu nggak bisa menyamakan pola pikirmu dengan pola berpikirku, Mas!" Ucap Rina kembali menyangkal.

"Jadi kamu ingin memaksakan kehendakmu dalam rumah tangga kita?" Ahmad melirik mata istrinya. Istrinya melengos, memalingkan muka.

"Tidak ada pemaksaan dalam hal apapun. Yang aku mau adalah kita berpikir secara dewasa, gak usah mementingkan ego sendiri."

"Apa kamu menganggap aku egois karena aku nggak mau pisah sama kamu?"

"Benar!" Rina mengeraskan suaranya.

"Kalau begitu kamu salah menafsirkan, Rina! Aku ini laki-laki, Rina! Aku berhak punya istri lebih dari satu. Aku nggak melanggar perintah Tuhan. Istri yang kupilih belakangan ini adalah istri yang cukup baik tutur katanya maupun perilakunya."

"Nah itulah sebabnya Mas, kamu udah menemukan istri yang baik tutur bahasa maupun perilakunya. Lalu apa lagi yang mau kamu pertahankan dari aku?" Rina ganti berucap.

Ahmad terdiam karenanya.

"Rina kenapa kamu kayak nggak bisa nerima Fika dengan hati yang lapang. Padahal Fika udah bersikap sebaik mungkin sama kamu. Hanya tadi aja Fika berbuat secuil kesalahan apa salahnya kamu maafin dia," ujar Ahmad.

"Dengar Mas! Sekarang aku nggak sedang membahas kesalahan dia tapi aku sedang membahas rumah tangga kita!"

"Ya aku tahu. Ujung-ujungnya kamu juga mau minta cerai. Tidak semudah itu!"

"Rina, sebaiknya sekarang kamu dengar mas ya, kita gak usah bahas masalah perceraian. Kalau bisa kita nggak usah sebut kata-kata itu lagi!"

Rina diam dan sengaja membiarkan pria itu bicara. Ia ingin tahu sejauh apa Ahmad akan mempertahankan egonya.

"Rin, kamu tahu kan kalo aku masih sayang sama kamu. Aku nggak bakalan bisa ngelepasin kamu

Aku nggak siap kalau kita harus bercerai ini aku jujur sama kamu,"

"Kalau soal Fika, kamu nggak usah menaruh rasa cemburu terlalu besar sama dia. Dia itu masih baru dan kamu hanya perlu memakluminya. Dia butuh bimbingan kamu selaku kakak madunya. Sebenarnya aku mau kalian berdua hidup rukun satu sama lain. Aku mau hidup nyaman sama kalian berdua, bukan hanya sama salah satunya aja,"

Rina menghela nafas cukup panjang. Sejauh ini adalah hal tersulit ketika harus menghadapi egonya Ahmad. Setidaknya itulah yang Rina rasakan.

Setelah sekian banyak mengalami masalah sulit dalam rumah tangganya, Rina sudah mulai terlatih dengan kesabaran dalam hatinya. Kesabaran itu baginya tidaklah harus dilalui seumur hidup. Sesuatu yang besar telah dipersiapkan.

"Sabar Rina, kamu hanya harus menahan kesabaran untuk sementara waktu saja. Setelah semuanya selesai, kau akan keluar dari hubungan ini dan Ahmad, dia tak akan bisa mencegahmu lagi," batin Rina sembari mengusap dada.

Kata demi kata yang Ahmad katakan semakin membuat Rina sadar bahwa hubungan ini terlalu sakit apabila harus dipertahankan. Hal lain yang lebih bermanfaat yang bisa dilakukan ketimbang harus hidup dalam rumah tangga yang penuh drama. Itu sungguh bukan hal yang bagus.

Sedangkan Ahmad, sebenarnya dia merasa agak asing dengan sikap yang ditunjukkan oleh Rina. Sebab Rina yang sekarang berbeda jauh dengan Rina yang dulu yang suka berbicara. Sekarang di matanya Rina terlihat lebih pendiam dan tidak banyak protes. Entah mengapa sikap Rina yang seperti ini yang justru membuatnya semakin khawatir.

"Bagaimana, Sayang? Kamu setuju kan sama apa yang udah aku katakan?" Ahmad tetap merayu dengan harapan besar.

"Baik Mas, untuk sementara aku setuju, tapi dengan syarat,"

"Apa itu?"

"Aku nggak akan ngeluarin uang lagi untuk kebutuhan rumah tangga kita dalam bentuk apapun,"

"Haaa? Kok begitu? Ini kan rumah tangga kita, jadi semuanya udah sewajarnya jadi tanggung jawab kita bersama-sama,"

"Tanggung jawab bersama kau bilang? Ha ha... Itu bukan tugasku, Mas! Kamu berani beristri dua, artinya kamu juga harus sanggup mengemban tanggung jawab untuk kedua istrimu!"

Ahmad tercekat

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tak Apa Jadi Istri Kedua, yang Penting Soleha    Bab 55

    Melihat nama yang tertera pada papan bunga tersebut, membuat duniaku seakan-akan runtuh. Ini seperti mimpi. Aku mencoba mencubit tanganku."Awww!" Ini sakit. Artinya aku tidak sedang bermimpi. Ini benar-benar nyata.Aku tidak pernah membayangkan jika Rina bersanding dengan pria lain. Jelas-jelas aku tidak bisa terima itu. Rina milikku, aku tidak rela melihatnya jatuh ke pelukan laki-laki lain. Lagi pula ini baru beberapa bulan saja, Rina! Kita baru saja berpisah. Tapi meskipun kami sudah berpisah, tahukah kamu kalau sesungguhnya dalam hatiku masih sangat mencintaimu Rina!Tapi aku belum bisa percaya. Aku akan memastikan terlebih dahulu, apakah yang sedang melangsingkan acara pernikahan ini benar-benar dia, atau ada Rina yang lain. Setidaknya aku harus mengecek kebenarannya dengan mata kepalaku sendiri terlebih dahulu.,Dengan serta merta aku berjalan menyusuri jalanan yang sudah disediakan. Aku pedulikan lagi arahan para petugas yang sedang berjaga. Aku berjalan menerobos dengan ce

  • Tak Apa Jadi Istri Kedua, yang Penting Soleha    Bab 54

    "Assalamualaikum"Aku menenggak ludah ketika laki-laki itu benar-benar datang. Bastian, dia benar-benar laki-laki yang nekat. Semula aku akan menyangka dia hanya akan datang seorang diri. Ternyata tidak.Sebab di belakangnya turut serta pula kedua orang tuanya dan. Laki-laki ini benar-benar nekat menemui kedua orang tua dan keluargaku. Semula Aku tidak menyangka dia akan melakukan ini. Ini benar-benar di luar dugaanku.Dengan sedikit canggung aku mempersilahkan mereka untuk masuk. Sebenarnya aku tak enak dengan keluarganya yang jelas-jelas adalah orang-orang berada. Sedangkan aku adalah seorang perempuan biasa yang kukira tak punya kelebihan yang mencolok. Terlebih dengan statusku, jadi sedikit membuatku malu. Syukurlah kedua orang tuaku cukup baik dalam meladeni pembicaraan mereka. Kedua orang tuaku sama sekali tidak terlihat sanggup, jadi aku tak perlu bicara terlalu banyak. Hanya sesekali saja ketika itu memang diperlukan. Hingga tibalah saatnya mereka berbicara ke topik utama.

  • Tak Apa Jadi Istri Kedua, yang Penting Soleha    Bab 53

    Fika"Mas, mas tahu enggak, tuh si Rina ternyata udah asik-asikan main belakang sama pria lain. Makanya ya, Mas nggak usah terlalu mengingat-ngingetin wanita itu lagi!" Aku memberi laporan. Ya iyalah wajar aku marah, sebab aku ingat betul Mas Ahmad terus saja menyebut nama Rina akhir-akhir ini. Harusnya tuh perhatian Mas Ahmad bukan sama Rina tapi sama aku yang lagi hamil anaknya. Harusnya dia manja-manjain aku. Ini buru-buru manjain, menyentuh aku aja semingguan ini kagak. Jadi aku akan membuat perhitungan padanya. Aku akan memberitahu apa yang sudah kulihat tadi biar dia tahu bagaimana perilaku buruk mantan istrinya.Mendengar perkataanku taKekecewaanku sama Mas Ahmad semakin bertambah saja.di spontan Mas Ahmad menoleh."Apa? Rina jalan sama pria? Yang bener aja?" Dia menatapku tajam."Ya iyalah, masa aku bohong! Aku melihat pakai mata kepala aku sendiri! Makanya aku kasih tahu Mas, wanita itu bener-bener nggak punya harga diri, Mas! Lihat belum lama kok kalian bercerai, dia udah

  • Tak Apa Jadi Istri Kedua, yang Penting Soleha    Bab 52

    "Mmaksudnya? Kamu mau datang ke orang tuaku? Buat apa, Pak?" Aku terkejut sekali.Bastian tersenyum. Uuuh, aku baru sadar ternyata semanis itu senyum yang ia miliki. Tubuhku yang hanya setinggi 150 cm ini harus menengadah jika ingin melihat wajah lelaki yang lebih tinggi 30 cm dariku tersebut. "Aku berkata begitu untuk menunjukkan kalau aku memang benar-benar serius. Aku tidak ingin kamu menganggapku berbohong.?" Senyumnya kembali terukir. "Dan, aku akan benar-benar akan menenui orang tuamu disaat kau sudah merasa siap." Ucapnya lagi."Apa yang ingin harapkan dari aku, Pak? Sekali lagi aku katakan, aku ini janda. Status yang kadang dipandang negatif di sebagian orang. Kurasa Anda perlu berpikir untuk beberapa bulan ke depan untuk memastikan kalau pikiran Anda tidak benar. Akan terlalu naif jika Bapak menaruh perasaan seperti itu pada seseorang seperti aku," ucapku. Aku mengatakan begitu karena aku merasa jika aku tidak sempurna untuk menemani hidupnya. Di usiaku yang ke 28 tahunan

  • Tak Apa Jadi Istri Kedua, yang Penting Soleha    Bab 51

    RinaAku terdiam mendengar kata-kata yang baru saja kudengar. Aku sungguh tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Bastian. Sama sekali aku tidak pernah membayangkan ucapan seperti itu akan meluncur dari bibirnya. Karena memang tidak pernah terpikirkan olehku. Tidak. Dia pasti bercanda. Tapi candaan macam apa yang dia katakan? "Rin, bagaimana? Jangan bilang kalau kamu menganggapku main-main!" Aku kembali berdegup, baru saja Aku ingin bertanya, tapi jawaban telah mendarat di telinga mendahului pertanyaan yang akan aku utarakan."Pak, aku... Aku...," Tentu saja aku kebingungan dengan apa yang akan aku katakan.Menanggapi perkataannya sungguh sebuah masalah yang sulit untuk dipecahkan."Apa kamu akan menolakku?" Meskipun aku tidak sedang melihat ke arahnya. Tapi aku tahu tatapannya sedang menatapku lekat. Jujur saja aku takut untuk balik membalas tatapan netranya. Rasanya ini berat. "Rin, aku tahu kamu bingung, karena aku mengungkapkan hal seperti itu ini dalam keadaan mendadak b

  • Tak Apa Jadi Istri Kedua, yang Penting Soleha    Bab 50

    "Assalamualaikum"Aku menenggak ludah ketika laki-laki itu benar-benar datang. Bastian, dia benar-benar laki-laki yang nekat. Semula aku akan menyangka dia hanya akan datang seorang diri. Ternyata tidak.Sebab di belakangnya turut serta pula kedua orang tuanya dan. Laki-laki ini benar-benar nekat menemui kedua orang tua dan keluargaku. Semula Aku tidak menyangka dia akan melakukan ini. Ini benar-benar di luar dugaanku.Dengan sedikit canggung aku mempersilahkan mereka untuk masuk. Sebenarnya aku tak enak dengan keluarganya yang jelas-jelas adalah orang-orang berada. Sedangkan aku adalah seorang perempuan biasa yang kukira tak punya kelebihan yang mencolok. Terlebih dengan statusku, jadi sedikit membuatku malu. Syukurlah kedua orang tuaku cukup baik dalam meladeni pembicaraan mereka. Kedua orang tuaku sama sekali tidak terlihat sanggup, jadi aku tak perlu bicara terlalu banyak. Hanya sesekali saja ketika itu memang diperlukan. Hingga tibalah saatnya mereka berbicara ke topik utama.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status