Hari itu, mungkin adalah hari paling istimewa dalam hidupku karena hari ini ulang tahunku dan kekasihku sudah menyiapkan hadiah bahkan sebelum aku membuka mata. Ketika sinar matahari jatuh tepat di atas kelopak mataku Aku mengerjap untuk membuka mata dan langsung tersenyum mendapati kondisi kamarku.
Ada buket bunga mawar yang berukuran besar, ada kue dan cake buah serta kartu ucapan ulang tahun, juga boneka beruang dan sebuah kotak besar bersampul merah. Aku turun dari tempat tidur dan pergi membongkar kotak merah itu, isinya adalah kotak dan berikutnya lagi adalah kotak, aku terus membuka kotak-kotak itu sampai aku lelah hingga akhirnya aku mendapatkan cek uang belanja dengan jumlah cukup fantastis."Selamat ulang tahun Sayang, maaf, karena aku tidak memberi memberi ucapan secara langsung karena ada rapat pagi ini." Begitu bunyi kartu ucapan bertinta emas di sana. Aku tersenyum bahagia dan sekilas seolah melupakan semua masalah dalam hidupku dan kemelut yang terjadi hingga membuat diri ini terbelenggu dalam cinta yang tidak aku ketahui arahnya.*Aku langsung mandi dan mengganti baju mengenakan pakaianku yang terbaik lalu berjalan rapi dan langsung meluncur ke sebuah butik yang ada di lantai dasar mall terbesar di kota kami. Aku sudah lama mengincar tas dari sebuah brand ternama itu untuk kujadikan koleksi investasi.Memang tidak mudah untuk mendapatkan tes dari brand itu karena kita harus membangun sebuah relasi dengan brandnya, prosesnya adalah mulai dari membeli barang-barang kecil hingga nilainya 1 miliar lalu kami baru bisa mendaftar keanggotaan. Kami bisa membeli satu unit tas edisi terbatas dalam satu tahun, karena pembelian tidak bisa dobel, hanya satu orang untuk satu tas, karena begitu eksklusifnya dan begitu istimewanya tas tersebut."Oh, aku terlambat ..." Seorang wanita dengan gaun ungu muda dengan rambut digerai sebahu dan memakai perhiasan berlian nampak kecewa sekali karena aku yang lebih dulu mendapatkan tas tersebut. Dia bilang dia juga sudah menjadi anggota tetap dan sudah melakukan pemesanan tapi karena ada double pemesanan di mana itu adalah kesalahan dari staff brand tersebut, maka akhirnya salah satu dari kami harus kecewa."Kalau begitu, ini buat Mbak aja, aku bisa menunggu launching berikutnya." Begitu ya kalimat yang kuucapkan yang langsung membuat wanita itu sangat bahagia bila dimatanya tidak mampu menyembunyikan betapa bangganya ia mendapatkan tas tersebut.Aku tulus memberinya tanpa pamrih, tanpa meminta dia untuk memberiku hak eksklusif miliknya, tanpa harus bertukar jasa di mana ia juga harus mengantri produk untukku. Entah kenapa perasaanku mengarah untuk langsung saja memberikan tas itu padanya.Malam harinya.Mas Alfian datang ke apartemenku, kami merayakan ulang tahunku dengan makan spaghetti dan steak istimewa yang dibuat langsung oleh Mas Alfian. Setelah makan, kami duduk di balkon apartemen itu sambil minum wine, menatap gedung pencakar langit dan kelap-kelip lampu kota yang begitu semarak. Aku bersandar di bahunya sementara lelaki itu hanya dia menikmati momen indah di antara kami. Kami duduk bersisian sementara tangannya menggenggam tanganku, sesekali ia menoleh padaku lalu membelai pipiku dan mengecup bibir ini dengan mesra."Aku mencintaimu," bisiknya sambil menatap mataku dengan tatapan dalam. Selalu pandangan seperti itu membuat hatiku meleleh dan tertawan pada dirinya. Sekali lagi aku selalu jatuh cinta dan jatuh cinta lagi, berkali-kali, setiap harinya. Tapi sayang, aku harus tahu diri."Mas....""Ya....""Ini adalah hari ulang tahunku. Aku ingin kita pergi menonton atau menikmati drama teatrikal di gedung opera."Lelaki itu langsung meletakkan gelasnya lalu menatap mataku dengan intens."Sayang, bukankah kita berjanji untuk tidak melakukan itu? Bukankah kau dan aku sepakat bahwa kita akan terus seperti ini. Jika kau dan aku pandai bersembunyi maka tidak akan ada masalah. Tapi jika kau nekat ingin melakukan niatnya maka kita semua akan celaka," ujarnya sambil mengeratkan genggaman tangan."Ah, hanya sekali Mas....""Demi kita ya sayang, aku ga mau kita putus gara gara aku ketahuan jalan denganmu," balasnya dengan senyum lebar.Bola mataku hampir basah oleh air mata andai tidak kusadari diriku hanya orang ketiga. Aku mengalihkan pandangan, menahan perasaan getir sekaligus malu di dalam dadaku. Aku mencintaimu dan ingin menunjukkan pada dunia bahwa ia milikku, tapi itu tak bisa. Aku tahu, keinginan berjalan di tengah umum bersamanya adalah keinginan gila yang tidak akan pernah terjadi. Dia begitu ingin mengamankan dirinya dan tidak mau hubungan kami terekspos karena kalau istrinya tahu, maka hidup dan karirnya akan hancur."Begini saja Mas, kalau kau selalu merasa was-was dengan hubungan kita serta tidak nyaman berjalan denganku di ruang publik, mengapa kita tidak putus saja.""Putus?" Lelaki terbelalak dan langsung mengarahkan bahuku agar posisi kami saling berhadapan dengan sempurna."Iya Mas, ini demi kamu, agar kau aman." Air mata itu menetes ke pipiku tanpa bisa kutahan lagi. Lelaki yang telah menjalin hubungan denganku selama dua tahun, langsung menyeka dan nampak sedih juga."Miranda, Jangan pernah meragukan perasaanku padamu... Sumpah aku tak bisa hidup tanpamu. Aku mencintaimu tapi aku membutuhkan keluargaku agar semua keinginan dan harapan kita bisa tercapai dengan sukses. Kau tahu sendiri mertuaku adalah penyokong karirku, tanpa dia, aku tidak bisa sampai di titik ini dan tidak akan pernah bisa memanjakanmu dengan uang dan benda-benda mewah.""Tapi aku tidak menginginkan semua itu Mas, aku hanya ingin kau bersamaku...""Miranda, keluargaku sangat berarti untukku Sayang...."Jawaban seperti itu sudah merupakan penolakan yang langsung membuat hatiku hancur berkeping-keping. Aku tidak mampu menyembunyikan air mata di hadapannya meski ini hari ulang tahun yang harusnya aku jalani dengan penuh kebahagiaan.Kata orang, jika seorang punya wanita punya harga diri dan merasa dirinya adalah wanita baik-baik, maka dia tidak akan pernah mau menjalin hubungan dengan suami orang lain. Dia tidak akan hadir sebagai orang ketiga untuk menghancurkan cinta yang dibangun seseorang dengan separuh hidup dan kekuatan hatinya. Tapi entahlah, entah kenapa aku begitu jatuh hati kepada Mas Alfian. Aku jatuh cinta padanya.POV Miranda."Jangan menangis, ayo tersenyum," ujarnya saat aku tenggelam dalam kesedihan dan semua penolakan kekasihku secara halus. Kalau dia memang tahu kami tidak bisa bersama mengapa dia terus mempertahankan hubungan ini.Dulu aku adalah konsultan desainer untuk kantornya, aku bekerja di sebuah perusahaan penyedia jasa arsitek dan layanan interior. Aku berkenalan dengannya saat mendesain langsung kantor untuk direktur utama dan ruang kerjanya. Kami akrab karena sering bertemu lalu pada akhirnya lelaki itu mengutarakan cintanya padaku.Dia bilang dia kagum padaku yang meski seorang anak yatim piatu, tapi aku bangkit dan mampu mandiri, aku tumbuh dengan cerdas dan bisa berkarir layaknya wanita sukses yang datang dari keluarga harmonis dan kaya. Dia bilang, Aku adalah wanita edisi terbatas yang diinginkan semua pria di dunia ini.Soalnya Aku sama sekali tidak tahu kalau dia punya istri, pikir dia lajang Karena Dia menghabiskan banyak waktu untuk mengurusi karir dan bisnis. Hampi
POV gaida.Kenapa Mas Adrian pergi terburu-buru begitu saja saat kami baru saja hendak memadu asmara. Aku rindu sentuhan dan pelukannya yang hangat sampai pagi, di mana itu sudah jarang sekali terjadi.Aku merindukannya, sangat, aku merasa suamiku adalah milikku dalam status, tapi, kadang aku merasa sama sekali tidak memiliki hatinya atau mengenalnya, entah kenapa bisa begitu. Kenapa, di saat ia sudah mengenakan hijamah dan bersiap untuk tidur tiba-tiba dia langsung pergi."Halo, selamat malam Valerie," ucapku pada asisten pribadi Mas Alfian."Iya Nyonya...." Dia memanggilku seperti itu karena dia dulu bekerja sebagai asisten orang tuaku."Apa suamiku punya pekerjaan atau tugas penting malam-malam begini sehingga dia harus pergi.""Setahu saya tidak ada Nyonya. Apakah ada masalah? apa ada yang bisa saya bantu?""Tidak Terima kasih Valeri.""Sama sama."Benarkan! Dia sama sekali tidak punya tugas mendadak di kantornya. Lalu, ke mana dia pergi malam-malam begini, entah kenapa hatiku mu
Aku sama sekali tidak curiga padanya, aku percaya bahwa Miranda adalah gadis yang baik, dia sopan dan tahu diri. Sejak bergaul dengannya aku jadi merasa punya teman yang benar-benar mengerti perasaanku, aku sering mengajaknya curhat dan dia merupakan pendengar yang baik, ia selalu memberiku solusi dan bisa membuatku terhibur. Suatu hari kuajak ia ke rumah, tadinya ia menolak dengan alasan sibuk, tapi karena aku mengundangnya dengan cara mendesaknya maka dia tidak punya pilihan lain.Pertama kali masuk ke rumahku wanita itu tercengang melihat interior rumah, baru di masuk saja kami sudah disambut dengan foyer dan meja konsole marmer italy, ada cermin estetik di bagian, lalu menuju ke tengah, ada tangga kembar menuju lantai, sebelah kanan ruang tamu dan sebelah kiri ruang keluarga dengan smart tv ukuran jumbo. Di bagian void ada lampu gantung dengan desain mewah dan meja bundar dengan vas rangkaian bunga Peony berukuran besar.Dia tercengang menatap rumahku."Kenapa aku suka desain
"Kemarilah ...." aku langsung mendekap wanita itu ke dalam pelukanku, sementara ia semakin tergugu di bahu ini dengan pilu.Aku mengerti sekali bagaimana dilema perasaan yang sedang dialami wanita itu. Ia pasti sangat jatuh cinta dengan kekasih kebanggaannya di mana ia selalu menceritakan hal baik-baik tentang pria pujaannya itu. Dia bahagia bersamanya dan bangga memilikinya.Tapi di sisi lain lelaki itu punya istri. Bagaimanakah perasaan istrinya yang sudah setia menunggu di rumah. Pasti wanita itu akan tercabik-cabik perasaannya kalau tahu suaminya berkhianat. Ketika seorang wanita sudah dilukai dan kecewa maka akan sulit mengembalikan perasaan dan kepercayaannya. Jika wanita itu merasa murka dan memilih bercerai bagaimana pula nasib anak-anak mereka. Ah, aku harus menghentikan Miranda untuk terus berada di antara hubungan pasangan halal. Dia cantik dan karirnya cemerlang, dia pantas mendapatkan lelaki yang lebih baik dan hanya mencintai dia satu-satunya sebagai wanita."Kemarilah,
Sudah dua tahun hubungan kami, tapi Mas Alfian belum kunjung menunjukkan keinginannya untuk melamarku. Ya, dia tidak mungkin melakukannya karena kesepakatan Kami adalah melanjutkan hubungan seperti ini saja tanpa pernah terungkap ke publik apalagi sampai dibawa ke jenjang pernikahan.Kata orang, Hanya wanita bodoh yang mau jadi gundik seumur, hanya wanita yang tidak tahu diri dan tidak menghargai solidaritas sesama wanita yang akan menyakiti makhluk yang sama seperti dirinya."Aku harus bagaimana?" Aku kembali termenung sambil memeluk diriku, duduk di sisi dinding yang pemandangannya langsung mengarah ke gedung gedung dan situasi kota di malam hari. Kelip lampu lampu begitu cerah, berbeda dengan masa depanku yang belum jelas arah tujuannya.Ting tong!Bel apartemenku berdering, aku langsung bangkit karena sudah tahu siapa yang datang. Begitu kubuka pintu, mas Alfian yang sudah di sana dan menatap diri ini dengan tajam."Sayang, Alhamdulillah kamu mampir juga," ucapku yang tak sa
Aku terbangun dalam posisi tidur sendirian, kucari suamiku dengan dada berdebar, isu perselingkuhan yang sedang merebak di komplek kami membuat diriku khawatir kalau ternyata pelakunya adalah suamiku.Dengan langkah yang begitu cepat kau cari dia ke semua sudut rumah sehingga aku mendapatinya tertidur di sofa dalam keadaan TV yang masih menyala. Kuhampiri dirinya lalu kubangunkan dia dengan perlahan."Mas.""Iya?""Pindah ke kamar yuk, kau dari mana aja sih.""Urusan kerjaan." Ia menggeliat lalu bangun dan beranjak di kamar dengan langkah yang lesu. Waktu menunjukkan pukul 03.00 pagi dan aku sama sekali tidak menyadari kedatangannya."Maaf ya, karena belakangan ini aku jarang menemanimu atau memberimu nafkah batin.""Iya Mas, tak apa, aku mengerti kau sibuk.""Aku menyiapkan hadiah dibawa sofa ruang tv sebagai bentuk permintaan maafku yang jarang menemanimu.""Oh ya, kok sempat-sempatnya kamu menyiapkan hadiah padahal kamu sangat pusing dan sibuk dengan kerjaan Mas?""Bagiku, Tidak ad
Lututku langsung gemetar, dadaku berdebar seolah jantung direnggut dari rongga dada. Aku syok sekaligus mulai timbul berbagai penafsiran dalam benakku mengingat sekarang ini santer sekali isu perselingkuhan di mana pelakunya adalah salah satu diantara kami yang ada di komplek ini."Ada apa sayang?" Tanya suamiku yang mengejutkanku dari belakang aku langsung membalikkan badan dan gugup.Aku berusaha tersenyum meski bola mataku dipenuhi genangan air mata, ia terheran-heran melihatku."Ada apa sih?" Ketika melihatku memegang label pakaian pria itu langsung mengerti."Oh aku bisa jelasin, sebenarnya aku mau beli baju berwarna putih tapi ketika melakukan pembayaran, aku berubah pikiran kalau warna merah lebih pantas untukmu, makanya tanpa sengaja ada dua struk belanja.""Oh begitu ya...."Aku seketika langsung merasa lega."Aku yakin Kau pasti syok dan banyak pikiran," ujarnya sambil memelukku."Iya Mas, aku nyaris saya tak mampu bernapas membayangkan semua masalah ini.""Sudahlah, jangan k
"Ada apa Miranda?" Aku langsung mendekat dan menanyai wanita itu sementara ia semakin pucat dan terus menggelengkan kepala dengan muka yang syok."Mas ...." Ia langsung meneteskan air mata, mimik bibirnya mengisyaratkan bahwa ia kenal betul suamiku."Jadi kau kekasih suamiku?" tanyaku dengan tenggorokan tercekat. Ia juga menelan ludah dengan susah payah. Wanita itu kehabisan kata-kata kecuali hanya bisa menggeleng dan menolak argumenku."Jadi, ini gaun yang katamu kau berubah pikiran, Mas?" tanyaku pada Mas Alfian.Mas Alfian dengan segala kegugupan dan rasa bersalahnya segera mendekat dan menarik tanganku lalu mengajakku untuk bicara lebih jauh ke pintu utama."Tolong jangan bikin keributan aku bisa menjelaskannya," desisnya, Miranda yang juga tengah kebingungan dan syok juga mengikuti kami lalu langsung mendengarkan perkataan, suamiku."Mas, inikah sebabnya kamu melarang saya bersahabat dengan mbak Ghaida, ternyata dia istrimu, Mas?" Kelihatannya wanita itu juga terkejut, ekspresi