Share

Bab 4 : Membohongi Rasa Nikmat

Elvira yang menangis hingga membuat kedua matanya sembab dan lelah, akhirnya pun tertidur pulas dalam kondisi polos. Lelaki tampan berjambang yang telah membayar tunai pada Gilang selama 7 hari untuk tidur bersama Elvira pun beranjak dari tempat tidur dan meraih gawai dari jas hitam dan beberapa pakaian yang berserakan dilantai saat ia terpesona dengan bentuk indah tubuh Elvira.

Lelaki tampan itu pun memakai kembali boxer nya, duduk di kursi depan bufet panjang yang berisi televisi dan menghubungi Gilang.

“Hey! Aku mau kasih tahu kamu ... istrimu menamparku! Apa ada ganti rugi dari tamparan itu? Hehehehe,” tanya lelaki tampan itu dan terkekeh saat berbicara dengan Gilang seraya kembali memegang pipinya,

“Maaf Bos Irwan ... bisa jadi istri saya shock. Tapi, saya jamin dia nggak akan melakukan hal itu lagi. atas kelakuan istri saya, saya minta maaf. Tapi, benar kan, dia masih perawan?” tanya Gilang, kuatir kalau Elvira tidak perawan dan lelaki yang di panggil Bos Irwan meminta uangnya kembali.

“Iya, dia masih perawan dan aku sangat ketagihan sama dia. Kira-kira, kalau aku tambah satu minggu bersamanya, bisa kan?”

“Maaf Bos, sepertinya nggak bisa. Soalnya Vira kerja di sebuah perusahaan swasta. Kalau dia nggak masuk kerja, takut keluarganya curiga,” tutur Gilang dengan hati bahagia karena uang yang ada ditangannya kini bisa ia nikmati.

“Ya udah aku minta tambah dua hari,” tawar Irwan.

“Maaf Bos, lain kali aja. Saya juga kan, harus bikin hati istri saya terima keadaan yang udah terjadi. Jadi, tolong sabar aja. Juga Surabaya ke Jakarta cuma satu jam, hehehehe,” cicit Gilang tertawa kecil dengan mulut manisnya berbicara pada Irwan yang menetap di Surabaya.

“Baiklah, kira-kira apa tindakan kamu kalau sampai istrimu ini melaporkan kamu ke polisi?” tanya Irwan agak kuatir.

“Saya jamin dia nggak akan melaporkan hak ini ke polisi. Tenang aja Bos, saya akan buat mentalnya jatuh. Jadi, semua bakal aman-aman aja,” papar Gilang meyakinkan Irwan.

“Ok! Aku lanjut dulu. Oh, ya ... apa boleh aku ajak istrimu jalan-jalan untuk beli oleh-oleh, maklumlah mumpung lagi jalan ke Bali,” pintanya.

“Silakan Bos ... Selama 7 hari, wanita cantik itu milik Bos Irwan. Mau apa aja ... bebas,” jelas Gilang, terdengar santai dan riang pada intonasi suaranya.

Setelah itu, hubungan telepon antara dua lelaki itu pun terputus. Kini Irwan memandang pada ranjang pengantin yang telah berantakan karena permainan hotnya. Lelaki tampan itu berjalan menuju ranjang. Sesampai di ranjang, disibaknya selimut yang menutupi Elvira.

Lelaki tampan itu, tertegun dengan jakun naik turun. Seketika timbul niatnya untuk memfoto tubuh Elvira, saat wanita cantik itu tertidur pulas karena rasa lelah pada mata dan pikirannya, dalam kondisi tanpa sehelai benang menutupi tubuh seksi nan mulus.

Diraih gawai miliknya, lalu dari berbagai sudut Irwan membidik setiap bagian tubuh Elvira dengan kamera ponselnya. Dalam hatinya bergumam, ‘Gila ... gimana mungkin aku bisa On cuma dengan memfoto cewek ini? Masa sih ... cuma liat tubuh cewek dalam keadaan tidur dan bugil, bikin rudal aku on lagi. Aduh, gimana ini?’

Irwan yang tak sanggup menahan syahwatnya saat memfoto setiap lekuk tubuh Elvira pun, menelan salivanya berulang kali dan memegang rudalnya yang kian mengeras.

Lalu Irwan melepas boxer nya, dan dengan perlahan lelaki tampan itu naik ke ranjang. Tangan Irwan pun leluasa membuka lebar kedua kaki jenjang Elvira yang terlelap dalam tidurnya.

“Ampun deh, bersih banget punya nih cewek. Tapi ... nggak mungkin juga aku sosor punya dia. Seumur-umur cuman punya istriku aja.”

Diusapnya dengan lembut bagian kedua paha Elvira. Tak kuasa menahan hawa nafsu yang telah sampai ke ubun-ubun, Irwan pun mencium bagian ternikmat Elvira. Dengan napas memburu, Irwan kembali mencium dan mencium lagi, hingga Elvira pun terjaga dari tidurnya dan tubuhnya menggeliat. Diantara rasa sadar dan tidaknya jemari tangan Elvira menyentuh kepala Irwan, saat ia merasakan sesuatu yang luar biasa nikmat pada bagian bawahnya.

“Sudah gila, kamuuu?” tanya Elvira lirih kala melihat Irwan merangsek dan membenamkan bibirnya pada bagian ternikmat.

Elvira kini merasakan hawa hangat tengah menjalari seluruh bagian tubuhnya dari bagian kaki hingga ke kepalanya. Yang terdengar hanya bunyi decap, saat wajah lelaki tampan itu kian membenamkan wajahnya diantara kedua pangkal paha Elvira.

Dada Elvira pun, terlihat naik dan turun menahan gejolak nikmat yang tak pernah dirasakannya. Jantungnya kian berdebar, napasnya kian cepat dan kini jemari tangan Elvira hanya meremas seprei di ranjang itu untuk menahan rasa geli bercampur nikmat yang sebenarnya tak ingin dirasakannya.

Elvira yang sudah tak mampu menahan rasa nikmat luar biasa dari kesenangan Irwan menyesap lembut dan perlahan bagian ternikmatnya, berupaya mendorong kepala Irwan untuk menjauh dengan bibir yang terus dikatupkan, agar tak terdengar desahan dari bibirnya.

“Le-lepass, Oh, lepass ... Ah!” teriak Elvira berupaya melepaskan diri dari sergapan Irwan dengan meliuk-liukan tubuhnya. Namun, lelaki itu kian beringas dan kian membenamkan kepalanya.

Usai merasakan cairan pada bibirnya, Irwan pun melepaskan tautannya dan memandang Elvira yang sedang menggigit bantal atas aksinya. Irwan pun tersenyum puas. Setelah itu, tanpa ampun Irwan memainkan perannya saat diatas tubuh Elvira dengan hentakan kasar dan cepat hingga membuat ranjang berderit.

Napas yang menderu dengan suara desahan yang keluar dari bibir Irwan atas kenikmatan yang dirasakannya, membuat lelaki tampan itu kian menggila hingga Elvira yang merasakan sensasi hangat dan kenikmatannya kian berdenyut berupaya menyembunyikan rasa nikmat yang dirasakannya dengan tetap menggigit bantal sebagai cara agar tidak mendesah.

Elvira tidak ingin, desahannya akan memalukan dirinya yang ternyata juga menikmati saat ini, karena bagaimana mungkin, ia yang menolak perlakuan Irwan, terhanyut dalam kenikmatan yang diberikan lelaki tampan itu.

Setelah erangan panjang, Irwan menumpahkan seluruh cairan kenikmatannya di perut Elvira seraya mendesah dan berucap, “Ah! Hmmm ... gimana caranya kalau aku kangen kehangatan kamu? Apa bisa kita ketemuan tanpa tau suamimu? Dari pada dia yang dapat uangnya.”

Elvira yang memandang begitu banyak cairan putih susu berada di perutnya, memejamkan matanya. Dalam batinnya pun menjerit, ‘Ya ampun, berarti sekarang ini gue udah jadi pelacur ... kenapa nasib buruk bisa menimpa hidup gue seperti ini? Gue harus gimana?’

“Vira ... sekalian kamu mandi, setelah ini kita akan makan. Perutku terasa keroncongan. Oh, ya, kamu bisa panggil Pak Irwan atau Irwan juga boleh. Suka-suka kamu aja,” cicit Irwan yang tengah memakai pakaiannya.

Elvira tak menjawab barang sepatah kata pun, wanita cantik itu berjalan gontai ke kamar mandi dalam keadaan polos. Di dalam kamar mandi, Elvira menyalakan shower. Lalu, ia duduk di bawah kucuran shower yang menyala dan menangis kembali.

“Mama ... Vira harus gimana? Vira bingung Maa, hikss.. hikss,” ucapnya sendirian di bawah kucuran air shower.

Terbayang wajah Aprilia dan kedua adiknya serta sahabatnya yang ragu dan tidak setuju saat ia mencari jodoh tanpa tahu latar belakang dari lelaki yang dikenalnya di dalam dunia maya.

Selama tiga puluh menit, Elvira hanya terduduk dalam guyuran air shower tanpa membersihkan diri dengan sabun. Sampai akhirnya, sebuah ketukan pada pintu kamar mandi terbuat dari kaca mengejutkannya.

Tok... Tok..

“Vira! Cepatlah! Kamu nggak pingsan di dalam kan?” tanya Irwan kembali mengetuk-ngetuk pintu kaca tersebut.

“Ya, sebentar!” sahut Elvira dari dalam kamar mandi.

Komen (8)
goodnovel comment avatar
Parikesit70
Iya betul Kak Mega༼⁠ ⁠つ⁠ ⁠◕⁠‿⁠◕⁠ ⁠༽⁠つ makasih udh hadir love you sekebon(⁠✷⁠‿⁠✷⁠)
goodnovel comment avatar
Parikesit70
Lanjut dong kak...\⁠(⁠^⁠o⁠^⁠)⁠/
goodnovel comment avatar
amymende
paling kalo udah pake koin stop bacax
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status