Elvira yang menangis hingga membuat kedua matanya sembab dan lelah, akhirnya pun tertidur pulas dalam kondisi polos. Lelaki tampan berjambang yang telah membayar tunai pada Gilang selama 7 hari untuk tidur bersama Elvira pun beranjak dari tempat tidur dan meraih gawai dari jas hitam dan beberapa pakaian yang berserakan dilantai saat ia terpesona dengan bentuk indah tubuh Elvira.
Lelaki tampan itu pun memakai kembali boxer nya, duduk di kursi depan bufet panjang yang berisi televisi dan menghubungi Gilang.“Hey! Aku mau kasih tahu kamu ... istrimu menamparku! Apa ada ganti rugi dari tamparan itu? Hehehehe,” tanya lelaki tampan itu dan terkekeh saat berbicara dengan Gilang seraya kembali memegang pipinya,“Maaf Bos Irwan ... bisa jadi istri saya shock. Tapi, saya jamin dia nggak akan melakukan hal itu lagi. atas kelakuan istri saya, saya minta maaf. Tapi, benar kan, dia masih perawan?” tanya Gilang, kuatir kalau Elvira tidak perawan dan lelaki yang di panggil Bos Irwan meminta uangnya kembali.“Iya, dia masih perawan dan aku sangat ketagihan sama dia. Kira-kira, kalau aku tambah satu minggu bersamanya, bisa kan?”“Maaf Bos, sepertinya nggak bisa. Soalnya Vira kerja di sebuah perusahaan swasta. Kalau dia nggak masuk kerja, takut keluarganya curiga,” tutur Gilang dengan hati bahagia karena uang yang ada ditangannya kini bisa ia nikmati.“Ya udah aku minta tambah dua hari,” tawar Irwan.“Maaf Bos, lain kali aja. Saya juga kan, harus bikin hati istri saya terima keadaan yang udah terjadi. Jadi, tolong sabar aja. Juga Surabaya ke Jakarta cuma satu jam, hehehehe,” cicit Gilang tertawa kecil dengan mulut manisnya berbicara pada Irwan yang menetap di Surabaya.“Baiklah, kira-kira apa tindakan kamu kalau sampai istrimu ini melaporkan kamu ke polisi?” tanya Irwan agak kuatir.“Saya jamin dia nggak akan melaporkan hak ini ke polisi. Tenang aja Bos, saya akan buat mentalnya jatuh. Jadi, semua bakal aman-aman aja,” papar Gilang meyakinkan Irwan.“Ok! Aku lanjut dulu. Oh, ya ... apa boleh aku ajak istrimu jalan-jalan untuk beli oleh-oleh, maklumlah mumpung lagi jalan ke Bali,” pintanya.“Silakan Bos ... Selama 7 hari, wanita cantik itu milik Bos Irwan. Mau apa aja ... bebas,” jelas Gilang, terdengar santai dan riang pada intonasi suaranya.Setelah itu, hubungan telepon antara dua lelaki itu pun terputus. Kini Irwan memandang pada ranjang pengantin yang telah berantakan karena permainan hotnya. Lelaki tampan itu berjalan menuju ranjang. Sesampai di ranjang, disibaknya selimut yang menutupi Elvira.Lelaki tampan itu, tertegun dengan jakun naik turun. Seketika timbul niatnya untuk memfoto tubuh Elvira, saat wanita cantik itu tertidur pulas karena rasa lelah pada mata dan pikirannya, dalam kondisi tanpa sehelai benang menutupi tubuh seksi nan mulus. Diraih gawai miliknya, lalu dari berbagai sudut Irwan membidik setiap bagian tubuh Elvira dengan kamera ponselnya. Dalam hatinya bergumam, ‘Gila ... gimana mungkin aku bisa On cuma dengan memfoto cewek ini? Masa sih ... cuma liat tubuh cewek dalam keadaan tidur dan bugil, bikin rudal aku on lagi. Aduh, gimana ini?’Irwan yang tak sanggup menahan syahwatnya saat memfoto setiap lekuk tubuh Elvira pun, menelan salivanya berulang kali dan memegang rudalnya yang kian mengeras.Lalu Irwan melepas boxer nya, dan dengan perlahan lelaki tampan itu naik ke ranjang. Tangan Irwan pun leluasa membuka lebar kedua kaki jenjang Elvira yang terlelap dalam tidurnya.“Ampun deh, bersih banget punya nih cewek. Tapi ... nggak mungkin juga aku sosor punya dia. Seumur-umur cuman punya istriku aja.”Diusapnya dengan lembut bagian kedua paha Elvira. Tak kuasa menahan hawa nafsu yang telah sampai ke ubun-ubun, Irwan pun mencium bagian ternikmat Elvira. Dengan napas memburu, Irwan kembali mencium dan mencium lagi, hingga Elvira pun terjaga dari tidurnya dan tubuhnya menggeliat. Diantara rasa sadar dan tidaknya jemari tangan Elvira menyentuh kepala Irwan, saat ia merasakan sesuatu yang luar biasa nikmat pada bagian bawahnya.“Sudah gila, kamuuu?” tanya Elvira lirih kala melihat Irwan merangsek dan membenamkan bibirnya pada bagian ternikmat.Elvira kini merasakan hawa hangat tengah menjalari seluruh bagian tubuhnya dari bagian kaki hingga ke kepalanya. Yang terdengar hanya bunyi decap, saat wajah lelaki tampan itu kian membenamkan wajahnya diantara kedua pangkal paha Elvira.Dada Elvira pun, terlihat naik dan turun menahan gejolak nikmat yang tak pernah dirasakannya. Jantungnya kian berdebar, napasnya kian cepat dan kini jemari tangan Elvira hanya meremas seprei di ranjang itu untuk menahan rasa geli bercampur nikmat yang sebenarnya tak ingin dirasakannya.Elvira yang sudah tak mampu menahan rasa nikmat luar biasa dari kesenangan Irwan menyesap lembut dan perlahan bagian ternikmatnya, berupaya mendorong kepala Irwan untuk menjauh dengan bibir yang terus dikatupkan, agar tak terdengar desahan dari bibirnya.“Le-lepass, Oh, lepass ... Ah!” teriak Elvira berupaya melepaskan diri dari sergapan Irwan dengan meliuk-liukan tubuhnya. Namun, lelaki itu kian beringas dan kian membenamkan kepalanya.Usai merasakan cairan pada bibirnya, Irwan pun melepaskan tautannya dan memandang Elvira yang sedang menggigit bantal atas aksinya. Irwan pun tersenyum puas. Setelah itu, tanpa ampun Irwan memainkan perannya saat diatas tubuh Elvira dengan hentakan kasar dan cepat hingga membuat ranjang berderit.Napas yang menderu dengan suara desahan yang keluar dari bibir Irwan atas kenikmatan yang dirasakannya, membuat lelaki tampan itu kian menggila hingga Elvira yang merasakan sensasi hangat dan kenikmatannya kian berdenyut berupaya menyembunyikan rasa nikmat yang dirasakannya dengan tetap menggigit bantal sebagai cara agar tidak mendesah.Elvira tidak ingin, desahannya akan memalukan dirinya yang ternyata juga menikmati saat ini, karena bagaimana mungkin, ia yang menolak perlakuan Irwan, terhanyut dalam kenikmatan yang diberikan lelaki tampan itu.Setelah erangan panjang, Irwan menumpahkan seluruh cairan kenikmatannya di perut Elvira seraya mendesah dan berucap, “Ah! Hmmm ... gimana caranya kalau aku kangen kehangatan kamu? Apa bisa kita ketemuan tanpa tau suamimu? Dari pada dia yang dapat uangnya.”Elvira yang memandang begitu banyak cairan putih susu berada di perutnya, memejamkan matanya. Dalam batinnya pun menjerit, ‘Ya ampun, berarti sekarang ini gue udah jadi pelacur ... kenapa nasib buruk bisa menimpa hidup gue seperti ini? Gue harus gimana?’“Vira ... sekalian kamu mandi, setelah ini kita akan makan. Perutku terasa keroncongan. Oh, ya, kamu bisa panggil Pak Irwan atau Irwan juga boleh. Suka-suka kamu aja,” cicit Irwan yang tengah memakai pakaiannya.Elvira tak menjawab barang sepatah kata pun, wanita cantik itu berjalan gontai ke kamar mandi dalam keadaan polos. Di dalam kamar mandi, Elvira menyalakan shower. Lalu, ia duduk di bawah kucuran shower yang menyala dan menangis kembali.“Mama ... Vira harus gimana? Vira bingung Maa, hikss.. hikss,” ucapnya sendirian di bawah kucuran air shower.Terbayang wajah Aprilia dan kedua adiknya serta sahabatnya yang ragu dan tidak setuju saat ia mencari jodoh tanpa tahu latar belakang dari lelaki yang dikenalnya di dalam dunia maya.Selama tiga puluh menit, Elvira hanya terduduk dalam guyuran air shower tanpa membersihkan diri dengan sabun. Sampai akhirnya, sebuah ketukan pada pintu kamar mandi terbuat dari kaca mengejutkannya.Tok... Tok..“Vira! Cepatlah! Kamu nggak pingsan di dalam kan?” tanya Irwan kembali mengetuk-ngetuk pintu kaca tersebut.“Ya, sebentar!” sahut Elvira dari dalam kamar mandi.Sudah dua bulan ini, bayi cantik yang dilahirkan oleh Larasati diasuh oleh Elvira. Sejak hari kematian Larasati, Elvira akhirnya menyusui ketiga bayi. Antara si kembar dan bayi Larasati hanya beda usia satu setengah bulan. Rasa lelah Elvira yang bersemangat untuk tetap memberikan ASI eksklusif untuk ketiga bayi tersebut selama 6 bulan, membuat Irwan merasa kasihan pada Elvira harus bangun tengah malam, hingga tubuhnya terlihat lebih kurus. Irwan selalu menemani Elvira saat mengurusi ketiga bayi mereka. Sementara Anastasia yang telah berusia 6,5 tahun sudah bisa mengurus dirinya sendiri.Tetapi, tidak seperti malam ini. Saat halilintar saling bersahutan membuat ketiga bayi menangis dan Anastasia yang biasanya sudah terbiasa tidur di kamarnya sendiri, merasa takut kala mendengar suara halilintar dengan curah hujan yang sangat besar usai perayaan tahun baru. Hingga akhirnya, Irwan pun membawa busa spring bed milik Anastasia ke kamar ketiga bayi mereka.“Gimana..., sekarang Ana udah ngga
Satu bulan kemudian, di bulan Desember saat hujan mulai kian mencurahkan intensitasnya. Irwan yang selalu datang ke rumah Elvira, tidak menampakkan batang hidungnya. Biasanya lelaki tampan itu selalu ke rumah pukul tujuh pagi. Irwan selalu sarapan di rumah itu. Dan jika matahari tidak bersembunyi dari balik awan, Irwan selalu mengajak si kembar dengan kereta dorongnya.Rutinitas yang dilakukan oleh Irwan sebelum kerja dan selalu menghabiskan waktu saat libur, membuat Elvira merasakan kesepian yang sejak kelahiran si kembar selalu di temani Irwan di pagi hari, kini wanita cantik itu sarapan seorang diri.“Ibu akan sarapan sekarang? Atau tunggu bapak?” tanya Urip salah seorang pelayan di rumah itu.Elvira memandang jam didinding. Dilihat jam telah menunjukkan pukul 8 pagi. Sudah satu jam berlalu, Irwan pun belum datang ke rumahnya.Dalam hati Elvira pun berkata, ‘Ehm..., apa karena hujan, pak Irwan nggak ke rumah yaa? Padahal hari ini kan dia libur?’“Buu..., sarapan sekarang?” tanya pe
Dua minggu kemudian, berita buruk menimpa Gilang. Lelaki gemulai itu dikatakan tengah meregang nyawa. Kondisinya sedang sekarat. Karena itu, Gempita yang selama ini bolak-balik menjengguk Gilang pun berinisiatif untuk menghubungi Elvira, di hari minggu kala semua masalah Elvira selama dua minggu itu terselesaikan.“Pagi Kak Vira,” sapa Gempita pada sambungan telepon dengan suara parau.“Pagi Gempita, apa kabar? Semua baik-baik saja kan?!” tanya Vira dengan cemas. Padahal selama ini mereka selalu berkirim kabar dengan Gempita.“Kak Vira, apa bisa ke Jakarta? Kak Gilang waktunya nggak lama lagi. Kondisinya semakin melemah. Padahal Gempi udah janji mau pertemukan Kak Vira sama kak Gilang. Kakak, apa bisa tolong Gempi buat menuruti keinginan terakhir kak Gilang?” tanya Gempita dalam isak tangisnya.“Baiklah, aku akan kabari kamu sore ini. Kamu yang sabar yaa..., bisikkan ke telinga Gilang. Kalau aku sudah memaafkan dia,” pinta Elvira dan sambungan telepon mereka pun berakhir.Usai berkomu
Elvira dan Amelia menempati satu kamar hotel yang sama dengan Irwan. Hanya saja Irwan kali ini bersama Bram. Sedangkan Narto dan Harto, kakak ipar Bram telah pulang dini hari usai seluruh rangkaian pemeriksaan dan forensik atas diri almarhumah Melisa telah selesai.Di dalam kamar hotel 101 di lantai satu, Elvira telah bersiap dengan pakaian serba hitam begitu juga dengan Amelia.“Kak Vira, kemarin aku lihat pak Irwan menangis di sebelah kamar jenazah. Aku dengar dia berbicara dengan pak Bram. Katanya, ingin sekali dia memeluk Kak Vira. Tapi, kata dia suatu hal yang mustahil. Kasihan aku liatnya.”“Kasihan apa sih, Dek. Wong aku bukan istrinya ... Jelas nggak mungkin dia berani peluk aku,” jawab Elvira tersenyum simpul.“Sekarang kalau kakak ngomong udah kayak wong Suroboyo, hahahahahaha..., tapi Kak, kalau diajak nikah mau kan?” tanya Amelia sembari menyisir rambutnya.“Ogah! Aku nggak mau punya suami yang masih punya istri. Tapi, aku juga nggak mau punya suami yang ceraikan istrinya u
Acara pengajian di rumah baru Irwan Kusuma untuk menyambut kedua putra kembar keluarga itu, disambut dengan derai air mata. Irwan membawa bayi Andre dan Amelia membawa bayi Andri ke dalam rumah. Suasana di dalam rumah telah ramai oleh ibu-ibu pengajian yang ada di kompleks perumahan itu.Lalu, Nita yang mengkoordinasikan ibu-ibu pengajian, meminta pada ibu-ibu yang sudah datang mengirimkan doa untuk Elvira.“Terima kasih saya ucapkan pada Ibu-ibu semua yang telah hadir di rumah ini. Saya mohon bantuannya untuk mengirimkan doa pada Elvira Purnamasari, mama si kembar. Semoga Allah melindunginya dan bisa segera ditemukan,” pinta Nita dalam isak tangisnya.“Aamiin...,” serempak ibu-ibu pengajian itu pun menadahkan tangan dan mengusap wajahnya.Setelah itu, salah satu dari ibu-ibu yang berada di ruang keluarga yang cukup besar itu pun, memimpin doa dengan menyebutkan nama Elvira. Setelah itu, mereka pun semuanya mengaji.Saat ibu-ibu yang diundang pengajian di rumah Irwan tengah mengirimkan
Saat mobil yang membawa Elvira masuk ke dalam halaman pertokoan sesuai dengan lokasi yang diberikan oleh Wicaksono. Namun, terlihat keempat orang penculik tidak keluar dari dalam mobil. Kesempatan itu di pakai oleh Darsono untuk memberitahukan pihak berwajib terdekat pada wilayah Surabaya.“Siang menjelang sore Pak! Saya Darsono, wartawan sebuah koran kriminal. Izin ingin melaporkan kejadian yang saya lihat di sebuah Rumah Sakit. Tapi, saya nggak tau apa ini perampokan atau apa. Sebuah mini bus dengan plat nomor X000xx dari Rumah sakit menuju tol. Sekarang ini berada di sebuah ruko dekat dengan pos polisi perumahan,” lapor Darsono pada bagian kepolisian terdekat.Namun, alangkah terkejutnya saat polisi yang mendapat laporan langsung merespons dengan cepat laporan tersebut.“Terima kasih Pak Darsono, kesatuan polisi telah bersiap-siap meluncur ke lokasi. Mobil mini bus tersebut tidak merampok, tetapi mereka menculik seorang wanita yang habis melahirkan bayi kembar di rumah itu. Apa Pak