Meli sampai di kos an nya cukup malam sehingga menbuat kedua sahabatnya khawatir.“Mel, gue minta lo nggak usah kayak gini” ucap Madya yang membukakan pintu untuk Meli“Gue emang ngedukung lo buat deketin Devan dan dapetin Devan Mel tapi nggak gini juga caranya, lo bisa nyakitin orang lain.”“Terus gue harus gimana agar Devan mau nerima gue?”“Lo belum pernah ungkapin perasaan lo sama dia Mel, gimana dia akan tahu kalau lo suka sama dia?”“Tapi dya, Devan udah jadian sama cewek itu dan gue nggak bisa terima hal itu.”“Tapi...” cinta mencoba untuk kembali berbicara namun di potong dengan perkataan Meli“Udah, gue cape, gue mau tidur.”Meli meninggalkan kedua sahabatnya dan berjalan ke kamar untuk bersih-bersih dan istirahat.Setelah selesai bersih-bersih, Meli membaringkan tubuhnya di kasur kecil yang tersedia di kamar kos itu. Meli menatap langit-langit dan berpikir “apa gue salah?” Meli mengacak rambutnya dan berteriak prustasi. Meli adalah gadis baik yang terbutakan oleh rasa cintan
Setelah Meli memikirkan semuanya, Meli akhirnya memutuskan untuk kembali ke gudang kosong itu di temani dengan Madya dan Cinta.“Lo yakin malem ini kita kesana?” ragu Madya“Iya Mel ini udah malem, mana lokasinya lumayan jauh lagi”“Iya guys, gue nggak mungkin biarin dia sendiri disana ditambah dia juga tidak memiliki salah apapun, gue ngerasa bersalah banget karena udah lakuin itu”“kalau lo kekeh dengan pendirian lo, kita akan nemenin lo kesana.”Meli, Madya dan Cinta akhirnya pergi dengan mobil yang dibawa Meli tadi pagi dari rumahnya. Sebenarnya Meli orang yang berada dan rumahnya tidak terlalu jauh dari tempat kerjanya, namun karena ingin hidup mandiri dan hidup bersama sahabat-sahabatnya, Meli memutuskan untuk ngekos bareng dengan Madya dan Cinta.Meli memasuki mobil dan di ikuti oleh kedua sahabatnya, Meli melajukan mobilnya sedikit kencang hingga membuat kedua sahabatnya berteriak histeris.“Biasa aja kali lo bawa mobilnya, lo nggak akan bawa kita mati bareng kan Mel” u
Mentari menyapa bumi dengan cahaya indahnya, langit berbisik pada awan dengan biru warnanya. Burung-burung bernyanyi bak musik yang tenang menyambut macam-macam orang yang kini memiliki berbagai kesibukan.Devan sudah sejak pagi tadi menghidupkan motornya dan menyiapkan dirinya untuk kembali mencari Qila. Devan berjalan dan menghampiri Reihan yang kini sedang menyiapkan barang-barangnya.“berangkat sekarang? Kita mau kemana?”“gue juga nggak tahu mau kemana Van, yang penting hari ini gue harus bisa nemuin Qila”“oke kita cari dia ke kampusnya dulu, mungkin aja bener kan dia nginep di rumah temennya”“lo ini gimana sih Van, bukannya lo bilang Madya ngasih info sama lo kalau Qila di culik” Devan menepuk jidatnya dan baru ingat bahwa semalam Madya mengabarinya tentang penculikan Qila.Sudah dari pagi sekali Meli bangun dan menyiapkan sarapan untuk mereka, Meli menyiapkan nasi goreng spesial untuk Qila sebagai permintaan maafnya.“kak”, Qila datang dan menyapa Meli yang kini sedang sibuk
“Kusiapkan kejutan ini untukmu, namun ternyata kau memberikanku kejutan lebih dulu sebelum kau melihat kejutanku.” Sudah dari tadi Qila menunggu Dave di ruang tamu, namun Dave tidak muncul-muncul. Entah mengapa sudah beberapa kali Qila mengajak Dave lari pagi, namun Dave selalu terlambat. Sudah hampir 30 menit Qila berada di rumah Dave namun masih tidak ada tanda-tanda kemunculan Dave. Karena kesal menunggu Dave di ruang tamu, akhirnya Qila memutuskan untuk ke kamar Dave yang berada di lantai dua. Qila mengetuk kamar Dave berkali-kali namun tidak ada sahutan. Hingga akhirnya Qila menggunakan suara cemprengnya untuk membangunkan Dave. “Dave...Dave...Daveeee, banguuuun,” panggl Qila sembari mengetuk-ngetuk pintu kamar Dave dengan keras. Tanpa menghiraukan kebisingan yang terjadi di luar, Dave kembali tidur dan Dave menutup telinganya dengan bantal. Dalam tidurnya, Dave senyum-senyum sendiri. Ternyata Dave sedang bermimpi bahwa dirinya sedang bersama Qi
“Jika dengan kepergianmu akan membuatmu bahagia, Maka aku rela kamu pergi.” Qila terus berlari tanpa arah, Qila sampai lupa dirinya tidak membawa dompet ataupun handphone. Disaat Qila terus berlari menuju rumah sakit, tiba-tiba Qila melihat ada abangnya yang sedang nongkrong bersama teman-temannya. Tanpa pikir lama, Qila menghampiri abangnya dan menarik tangannya. “Loh dek, lo ngapain disini? Nggak pake sendal lagi. Mana handphone lo, mana tas lo? Lo di rampok dek? Bilang sama gue mana rampoknya biar gue kejar dia dan gue habisin dia. Dia gak tau kalau gadis cantik ini ade gua.” Qila malah menangis mendengar serentetan pertanyaan dari abangnya. Qila sedih karena baru sadar bahwa dirinya tidak memakai sendal. “Loh kok nangis jangan nangis dek, tangan gue kotor abis benerin motor. Gue gak bisa hapus air mata lo.” “Abaang, jangan banyak nanya, sekarang abang anterin Qila ke rumah sakit!” “Lo ada yang luka sampe h
“Keberanianmu memberi kepastian adalah tanda keseriusanmu untukku, juga penghilang kebimbanganku apakah aku harus bertahan atau meninggalkan.” Semenjak kepergian Dave, Qila menjadi gadis yang pemurung. Dia lebih sering terdiam dan melamun, tidak seperti biasanya yang periang dan bawel tidak ketulungan. Sudah beberapa sahabat Qila mencoba menghibur Qila, namun Qila tetap murung. Sebelum Dave pergi, Qila memutuskan untuk LDR dengan Dave, Qila tidak ingin putus meski kini Dave jauh dari pandangan matanya. Qila yakin bahwa Dave bisa menjaga hatinya dan menjaga cinta mereka. Sudah satu minggu Dave belum sedikitpun mengabari Qila, Qila cemas dan berpiiran macam-macam. Hingga ada sebuah notif WA yang membuat Qila bahagia. Maaf aku baru bisa hubungi kamu, 1 minggu ini bunda ngelarang aku buat pegang hp. Maafin aku ya. Kamu jangan nakal disana, aku bakal jaga hati aku buat kamu. Aku kepikiran kam
At AusieSetelah sampai di bandara, Salsa menghubungi tantenya dan memberitahukan bahwa Salsa dan Qila sudah sampai di Ausie.“Tante, aku sudah sampai di Bandara.”“Kamu langsung ke Apartemen aja Sal, ajak Qila kesana kasian dia kecapean. Tante dan Om belum bisa pulang karena keadaan abangmu kritis.”“Iya tante, tapi setelah mengantar kak Qila ke Apart aku ingin melihat abang ke rumah sakit ya.”“Jangan Sal, kamu harus menemani Qila dan biarkanlah Qila istirahat jangan sampai dia tahu dulu bahwa Dave ada di Rumah sakit.”“Iya tan.”Wajah Salsa murung, Qila heran mengapa wajah adik sepupu Dave terlihat sangat sedih. Ada apa ? batin Qila terus meronta untuk bertanya namun dirinya tidak berani hingga akhirnya suara Salsa membuyarkan lamunan Qila.“Kak, kita ke Apart dulu ya untuk istirahat.”Qila hanya mengangguk dan menarik kopernya ke bagasi taksi, se
“Kepergian menimbulkan kehilangan dan kehilangan membawa kerinduan. Namun, rindu pada seseorang yang suda tidak ada adalah hal yang paling menyakitkan.”Semenjak kejadian itu Qila menjadi gadis yang benar-benar pemurung, Qila menjadi gadis yang dingin dan tidak pernah tersenyum, kepergian Dave seakan membawa separuh jiwa Qila. Tidak ada lagi Qila yang cerewet, periang dan murah senyum seperti dulu. Semua hilang, pergi bersama dengan kepergian Dave. Sudah satu tahun kepergian Dave, namun Qila masih merasa bahwa Dave hanya pergi ke Ausie, dan akan kembali ketika penyakitnya sudah sembuh. Qila selalu menyakinkan dirinya bahwa Dave akan pulang. Qila tidak pernah menerima siapapun yang datang karena Qila selalu berpikir bahwa dia harus menjaga hatinya untuk Dave yang sedang berjuang untuk melawan penyakitnya. Orang tua Qila sangat sedih melihat keadaan Qila yang sudah 1 tahun ini tidak pernah berubah, selalu menunggu Dave dan menantikan kehadiran Dave. Orangtu