Share

Bab 6

Penulis: Nameless Witch
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-25 11:56:28

Namun hal itu tidak berlangsung lama sebab Anna segera mendorong tubuh Xavie kemudian mundur selangkah. Xavie tampaknya tidak terganggu dengan hal itu. Ketika Xavie masih terfokus memandang mata abu-abu milik wanita di hadapannya, Anna tanpa pikir panjang langsung menampar pipi Xavie dengan sekuat tenaga. 

Plak! 

Suara tamparan itu berdengung di telinga mereka berdua.

"Wow, tamparan yang bagus." Xavie mengabaikan komentar Anaemia yang ada di dalam kepalanya, saat ini ia masih memerhatikan mata milik wanita di hadapannya. Bahkan tamparan keras itu, yang membuat telinganya sampai berdengung kelihatannya tidak Xavie pedulikan.

Melihat mata abu-abu itu membuat Xavie merasakan sesuatu yang aneh, tidak diketahui. Akibatnya, Xavie akhirnya mengingat memori yang sangat ingin ia lupakan. Dalam ingatannya, langit berwarna hitam dan merah. Xavie berdiri di padang bunga berwarna warni memandang seorang wanita, wanita yang memiliki warna mata yang sama dengan dirinya, ungu pucat. 

Angin kencang menerpa lingkungan mereka, membuat kelopak-kelopak bunga terbang dan melayang tidak karuan. Wanita itu memiliki rambut sewarna pelangi yang panjangnya melebihi tinggi tubuhnya, kulit seputih salju dan wajah yang sangat-sangat cantik hingga tampak tidak manusiawi. 

Saat itu, wajah cantik wanita itu mendongak melihat langit di atas kepalanya. Ekspresi yang seharusnya tidak dimiliki oleh wanita itu muncul dan terlukis jelas dalam ingatan Xavie.

Wanita itu lekas menoleh ke arah Xavier lalu memandang dirinya. Waktu itu seolah terhenti, tatapan mata wanita itu terlihat begitu menyesakkan. Xavier terpaku sembari memegang dadanya yang terasa sakit. Bola matanya menatap lekat-lekat pada pemandangan di hadapannya. Terutama saat bibir wanita itu mulai bergerak tanpa mengeluarkan suara, dari jauh Xavie bisa tahu apa yang di ucapkan wanita itu.

"Xavie Asfáleia, aku menyesal melahirkanmu!"

Xavie kecil hanya terdiam, tidak tahu harus melakukan apa. Saat Xavie hendak berlari demi menghampiri wanita itu, tangan putih wanita itu bergerak dan seketika pandangan Xavie menghitam. 

"Kenapa aku masih mengingat memori ini?Seharusnya aku sudah menghapusnya. Kenapa? Apakah karena tatapan mata wanita ini?" Xavie bertanya-tanya dalam hati. Tanpa ia sadari, tangan kirinya kini mencengkeram dadanya yang terasa sesak. 

Di sisi lain, Anna terdiam menyaksikan ekspresi wajah pria di hadapannya. Meski sedikit berbeda dari ingatannya, Anna tahu pria ini adalah pria yang telah mencemarkan dirinya. 

"Pria ini! Pria berengsek ini!" Anna menatap Xavie seolah ingin membunuhnya. Dengan membawa kebencian dalam hatinya, Anna segera berlari melewati pria yang ada di hadapannya secepat yang Anna bisa tanpa menoreh sedikit pun kearah belakang. 

Xavie menyaksikan punggung Anna segera menghilang dari penglihatannya. Walau begitu, pandangan wajahnya masih melekat ke arah dimana Anna menghilang. Tiba-tiba Xavie menyandarkan punggungnya ke dinding lalu menjatuhkan tubuhnya. 

"Ibu," ucap Xavie dengan suara bergetar. 

Tangan kanannya yang tergeletak di lantai dengan perlahan mulai terangkat hingga mencengkeram erat dahi dan kedua pelipisnya. 

"Bocah! Berhenti! Apa yang ingin kamu lakukan?" tanya Anaemia dengan khawatir. Sebenarnya dia sudah dapat menebak apa yang akan dilakukan Xavie. 

Meski begitu, suara kekhawatiran Anaemia sepertinya tidak didengarkan oleh Xavie. Mengetahui hal itu, Anaemia langsung berteriak keras. " BOCAH! TENANGKAN DIRIMU! PIKIRKAN KONSEKUENSINYA! APAKAH KAMU INGIN CACAT!?"

Teriakan itu menyadarkan Xavie dari sesuatu yang ingin ia perbuat. Tangannya yang mencengkeram kepalanya erat sedikit demi sedikit mulai melonggar. 

Melihat itu membuat Anaemia menghela napas lega. Tidak dapat di pungkiri bahwa dirinya benar-benar panik melihat Xavie yang biasanya tenang dan dingin menjadi seperti barusan. 

"Bocah, aku tak tahu ingatan apa yang ditinggalkan ibumu kepadamu, tapi apa pun itu,  jangan sekali-sekali mencoba menghilangkannya! Baik atau buruknya kenangan itu, semuanya berharga," tutur Anaemia. 

"Apa yang roh busuk seperti dirimu ketahui tentang diriku," bantah Xavie pelan setelah akhirnya cukup tenang. 

"Seorang bocah berumur delapan tahun yang merasa cukup pintar untuk memahami hubungan manusia." Dari nada suaranya, Xavie tahu Anaemia sekarang sedang tersenyum mengejek dirinya namun untuk saat ini Xavie memilih untuk mengabaikannya. 

"Sebagai orang yang telah hidup selama miliaran tahun, aku akan memberimu sebuah nasehat." Xavie diam mendengarkan Anaemia. "Sekarang larilah! Kamu tahu maksudku, bukan?" 

Mendengar itu, Kelopak mata Xavie terangkat. Tatapan matanya yang sayu kini mulai bersinar. Meskipun tubuhnya dan pikirannya di penuhi keraguan, Xavie bangkit lalu berlari mengejar Anna. 

"Sudah cukup!" kata Xavie kepada dirinya sendiri. Xavie tahu, ia tak akan pernah lepas dari perasaan mengganggu ini bahkan jika ia menghilangkan ingatannya. Sudah tiga tahun semenjak ia melupakan ingatan itu. Meski begitu, perasaan aneh itu tetap tidak menghilang dan semakin lama waktu berlalu perasaan itu malah semakin menguat. 

Jika Xavie tidak mengejar wanita itu sekarang, ia merasa dirinya tidak akan pernah mendapat ketenangan. Xavie tahu ini adalah kesempatannya untuk terlepas dari perasaan mengganggu ini dan mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang selalu menggerogoti pikirannya. Oleh karena itu, Tidak peduli apa pun yang terjadi, Xavie harus menemui wanita itu untuk mengkonfirmasi sesuatu. 

Matahari bersinar terang di atas kepala Xavie. Di sekitarnya, jalanan cukup renggang oleh para pejalan kaki, membuat Xavie leluasa untuk berlari dan mengejar keterlambatannya selama lima menit. 

Saat ini Xavie menggunakan intuisi dan indra supernya untuk mencari keberadaan Anna. Walau begitu, ia sepertinya cukup percaya diri untuk dapat menemukan wanita itu hanya berdasarkan hal itu saja. 

Sudah beberapa gang kecil terlewati, ketika Xavie memasuki gang kecil lainnya ia tiba-tiba di hadang oleh seorang polisi wanita. Xavie cukup terkejut namun dia yang tidak memiliki niatan untuk berhenti memutuskan untuk berlari melewatinya. 

Siapa sangka polisi itu cukup keras kepala. Dia menangkap tangan Xavie setelah pria itu melewati dirinya. Mau tak mau Xavie terpaksa berhenti lalu menoleh dan menatap wajah polisi wanita itu sengit. 

"Maaf atas ketidaknyaman ini tapi semalam terdapat insiden pembunuhan di daerah sekitar ini. Berdasarkan beberapa rekaman CCTV, anda berada di lokasi ini saat pembunuhan itu terjadi. Jadi, sebagai sak-" 

"Bukan urusanku!" Xavie menepis genggaman tangan polisi itu, membuat polisi itu terkesiap. Xavie lekas melanjutkan langkah kakinya dengan lebih cepat dari pada sebelumnya. Di sisi lain, polisi itu terdiam menatap punggung Xavie yang semakin kabur dari pandangan matanya. 

Beberapa menit kemudian polisi itu menghela napas lalu mengambil sebuah smartphone dari dalam sakunya dan menghubungi seseorang untuk melaporkan kejadian barusan.

"Saya menemukan saksi itu di tengah jalan tapi saksi kabur saat saya ingin menginterogasinya."

"Baik." 

"Akan saya laksanakan." 

Begitulah ucapan polisi wanita itu kepada seseorang di balik telepon. Usai mematikan hubungan telepon, polisi itu memandang ke arah dimana Xaviev melarikan diri lalu menghela napas kesal. 

***

Di suatu daerah yang di padati perumahan padat, saling berdempetan. Sebuah bangunan tua setinggi lima lantai berdiri di tengah-tengah perumahan. Dari lantai atas gedung itu, hamparan atap rumah terlihat seperti laut, tidak terukur. 

Angin menerpa tubuh Anna, mengakibatkan rambut hitamnya melambai-lambai tidak karuan. Di lantai paling atas dari bangunan tua itu, Anna berdiri tegak di tepinya sembari menundukkan kepala. Tatapannya kosong saat melihat jalanan di bawahnya. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
Anna, jangan bundir, plis
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Take this Witch CEO Lady (Indonesia)   Bab 30

    Pukul empat sore, Anna terbangun dari tidurnya yang nyeyak. Sudah lama sekali Anna tidak merasakan perasaan seperti itu, perasaan bahwa tubuhnya bisa menjadi sangat ringan dan santai seolah-olah beban yang selama ini di tanggungnya telah menghilang. Bahkan sekarang, Anna dapat mendengar Jiwanya mengatakan kepada tubuhnya untuk tetap berbaring dan bersantai terus seperti itu. Waktu Anna menutup kembali bola matanya, ingatan-ingatan mengenai apa yang telah ia lakukan sebelum akhirnya tertidur seketika tergambar dalam jelas di dalam kepalanya, bagai menonton siaran ulang televisi. Mengingat itu membuat Anna mendadak langsung membuka matanya, raut wajahnya mengatakan ketidakpercayaan dan kemaluan yang luar biasa hebat. Hanya mengingat kembali kejadian memalukan itu sudah membuat muka Anna memerah layaknya tomat. Bagaimana mungkin Anna bisa menangis di pelukan pria itu? Anna sangat yakin sekarang bahwa wajahnya yang dingin dan cuek sudah menghila

  • Take this Witch CEO Lady (Indonesia)   Bab 29

    Anna menundukkan kepalanya, melihat wastafel yang berada persis di depan mukanya. Di dalam kamar mandi yang sunyi, Anna mencoba menenangkan dadanya yang kembang kempis, bersamaan dengan mentalnya yang hampir hancur akibat ingatan mengenai insiden waktu itu kembali ke dalam kepalanya. Bagaimana Anna bisa berpikir bahwa dirinya baik-baik saja? Setelah apa yang telah ia lakukan. Anna melihat pantulan dirinya di dalam cermin dan Anna dapat melihat bahwa bibir bayangannya mengatakan "Matilah" kepada dirinya. Tidak kuat melihat bayangannya sendiri, Anna menundukkan kepalanya kemudian melihat wastafel berdesain sederhana itu kembali. Foto yang tadi ditunjukkan Xavie kepadanya adalah foto kedua orang tuanya di saat kedua orang tuanya masih bahagia. Benar! Kebahagiaan mereka hancur di tangan Anna sendiri, anak mereka sendiri. Memikirkan semua itu saat ini hampir membuat Anna gila. Rasa-rasanya semua perasaan positif yang terkumpul di dalam dirinya selalu tiga ha

  • Take this Witch CEO Lady (Indonesia)   Bab 28

    Keesokan harinya Anna memutuskan untuk tidak bekerja selama tiga sampai empat hari. Setelah memikirkan baik-baik semua yang di ucapkan Xavie kepada dirinya, Anna mengetahui itu memang benar adanya. Jika Anna bekerja terlalu keras bahkan ketika ia sakit, mungkin ia akan masuk rumah sakit dan itu akan sangat merugikan perusahaannya. Untuk kali ini saja, Anna akan menuruti permintaan suaminya, Xavie. Pagi itu Anna tidak memimpikan mimpi mengerikan itu, jadinya ia bisa beraktivitas seperti biasa. Karena ia sudah memutuskan untuk bekerja dengan santai saat ia istirahat, Anna menelepon Yuli untuk datang ke apartemennya, menyuruhnya membawa dokumen dan berkas-berkas perusahaan yang tidak sempat ia lihat dan tanda tangani. Suara bel apartemennya terdengar, Anna tebak itu pasti Yuli yang sudah sampai ke rumahnya. Segera Anna berjalan menuju pintu masuk apartemennya kemudian membukanya. Tebakannya benar, Yuli dengan dandanannya yang sederhana tengah b

  • Take this Witch CEO Lady (Indonesia)   Bab 27

    Ekor mata Anna bergetar, kelopak matanya perlahan terbuka. Langit-langit bercat putih membosankan memasuki bidang penglihatan, Anna benar-benar sudah muak melihat langit-langit itu. Setiap bangun dari tidurnya, langit-langit itu selalu mengingatkannya akan mimpi buruknya. Walau mimpi buruknya kala itu tidak memasuki alam mimpinya, tetap saja buruk rasanya mengingat hal menakutkan itu. Kali ini Anna merasakan hal yang nostalgia. Benar, ini sudah kedua kalinya ia pingsan setelah berdebat panjang dengan suaminya mengenai masalah pekerjaannya. Anna tetap keras kepala mengabaikan tubuhnya yang sakit hanya untuk bekerja, tentu saja suaminya mencoba melarangnya tetapi itu saja tak dapat menghentikan Anna. Begitulah kedua kalinya Anna pingsan dan ia tanpa sadar merepotkan orang yang telah mengingatkannya. Itu hampir seperti menjilat ludahnya sendiri dan kelakuannya itu sudah terjadi sebanyak dua kali. Sungguh memalukan rasanya memikirkan hal tersebu

  • Take this Witch CEO Lady (Indonesia)   Bab 26

    "Malaikat? Tidak! Aku adalah seorang iblis," jawab Xavie, datar. "Tidak mungkin!" Mila kelihatan tidak percaya. "Seingatku, aku adalah orang yang baik. Aku selalu membantu orang-orang tua, ikut gotong royong membersihkan lingkungan, bahkan aku menjadi sukarelawan di sebuah panti asuhan. Apa kamu tidak salah?" "Salah?" Xavie tampak kebingungan dengan apa yang dikatakan Mila. "Benar, coba periksa kembali catatan kehidupanku! Kamu punya, kan? Pasti ada sebuah kesalahan. Tidak mungkin orang sepertiku masuk neraka," harap Mila kepada Xavie. "Apa kamu pikir aku adalah iblis yang akan menuntunmu masuk ke dalam neraka?" Xavie menghela napas, tidak habis pikir ada orang yang berpendapat sedemikian rupa. "Kamu bilang tadi aku boleh menyebutkan tempat ini adalah surga, bukan? Aku juga ingat bahwa aku sebelumnya terluka parah. Kamu juga mengatakan bahwa kamu adalah iblis. Bukankah semua itu dapat menjelaskan apa yang terjadi padaku sekar

  • Take this Witch CEO Lady (Indonesia)   Bab 25

    Di taman rumah sakit jiwa, cahaya matahari pagi menerpa kulit Glen Gracias yang saat itu tengah duduk di bangku panjang seorang diri. Angin sepoi-sepoi berembus membuat udara semakin segar. "Hey, apa kalian sudah mendengar berita?" tanya seorang perawat kepada perawat lainnya. "Berita apa?" perawat lain balas bertanya dengan penasaran. "Anna Gracias, CEO Gracias Company telah menikah!" jawab perawat itu. "Memangnya apa yang salah dengan hal itu?" tanya perawat lainnya sedikit aneh. "Kamu lihat pria di sana?" perawat itu menunjuk Glen Gracias yang duduk tak jauh dari posisi mereka saat ini. "Dia adalah ayah Anna Gracias," ungkap perawat itu kepada perawat lainnya. Tepat di belakang Glen Gracias, kira-kira sepuluh meter jauhnya. Terdapat tiga orang perawat yang sedang berbincang-bincang mengenai pasien di depan mereka. Glen Gracias, pasien yang para perawat itu bicarakan, kelihatannya sam

  • Take this Witch CEO Lady (Indonesia)   Bab 24

    Anna kembali ke panggung mimpi buruknya, cahaya lingkaran dari lampu sorot menyinari sosoknya yang menyedihkan. Perasaan takut yang familiar menyelimuti dirinya, menyiksa jiwanya yang duduk terpatung tanpa bisa menggerakkan satu pun jarinya. Seolah-olah, kegelapan yang mengitarinya merasa sangat terhibur dengan ketidakberdayaan dan kesengsaraannya. Ketakutan itu membuat Anna menangis tersedu-sedu hingga ingin menjerit namun tak peduli sebanyak apa Anna berusaha, suaranya tak pernah berhasil keluar lewat mulutnya. Ketika Anna meringkuk, menyembunyikan wajah dan pandangannya dari para penonton yang mengitarinya, perasaan hangat mendadak merasuk masuk ke sela-sela kulitnya sampai ke dalam jiwanya. Tapi perasaan itu hanya berlangsung sebentar sebab rasa dingin dengan segera merayap masuk ke dalam jiwanya, menggantikan perasaan yang hangat. Seorang wanita muncul dari kegelapan lalu menggantungkan dirinya sendiri. Sesaat setelah wanita itu tidak bergerak, mul

  • Take this Witch CEO Lady (Indonesia)   Bab 23

    Waktu Anna bertanya mengenai apa yang terjadi setelah dirinya pingsan, Yuli memberitahukan informasi yang sangat mengejutkan. Anna sedikit tidak percaya ketika Yuli mengatakan bahwa Xavie datang menjemputnya tepat sesudah dirinya pingsan."Benarkah?" tanya Anna kepada Yuli lumayan keras."Tentu," jawab Yuli sedikit heran dari seberang telepon. "Aku juga sangat terkejut ketika melihat Suami Nona yang sudah menunggu dibalik pintu ruang rapat. Orang seganteng itu belum pernah sekali pun kulihat didepan mataku. Di tambah lagi Suami Nona sangat bersahabat dan perhatian, aku jadi bahagia memikirkan pernikahan Nona."Penjelasan Yuli berhasil membuat Anna tertekan. Bahagia? Sejak bertemu pria itu dihari ulang tahunnya, berbagai masalah berduyun-duyun datang menghampirinya. Penjelasan Yuli juga berhasil membuat pikiran Anna bertanya-tanya tentang bagaimana Xavie bisa masuk ke dalam perusahaannya. Setelah merenung dan tidak berhasil menemukan jawaban, Anna menghembu

  • Take this Witch CEO Lady (Indonesia)   Bab 22

    Siluet Anna dengan cepat menghilang sebelum Xavie menunjukkan semua kekhawatirannya. Dirinya kembali memandang keluar jendela dengan mimik wajah yang berangsur-angsur pulih ke kondisi semula. Kemunculan Anna yang tiba-tiba sama sekali tidak membuat Xavie mengambil pusing, layaknya sebuah angin lalu. Tidak ada hubungannya dengan dirinya. "Semalam aku mendapatkan mimpi mengenai kehancuran kota ini di masa depan!" Tiba-tiba Xavie angkat bicara di dalam kepalanya. "Mimpi?" tanya Anaemia tidak percaya. "Hmm." "Apa kamu memiliki kemampuan melihat masa depan?" "Tidak!" "Kalau begitu, kenapa kamu terdengar seakan mimpimu akan menjadi kenyataan?" Anaemia tidak habis pikir. "Karena setahun yang lalu aku pernah mendapatkan mimpi yang akhirnya menjadi kenyataan. Apa kamu dapat menebaknya?" tantang Xavie dengan nada sedikit kesal. "Saat kita melakukan kontrak," jawab Anaemia percaya diri.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status