Se connecter“Ya. Dia ada di dalam, kan?”
Adriana melihat dari kejauhan, Evelyn sudah menyerahkan tasnya pada wanita yang bertanya padanya untuk dibawakan.
“Ya, Nona, tapi sedang ada interview di dalam,” jawab wanita itu.
Menyadari Evelyn akan bergerak ke arahnya, Adriana dengan panik bergerak menuju arah berlawanan, memunggungi arah datang Evelyn. Semoga saja wanita itu tidak menyadari kehadiran Adriana di sana.
“Interview? Untuk posisi apa? Jarang ada yang interview langsung dengan ayahku.” Evelyn bertanya bingung.
“Sekretaris barunya, Nona.” Suara wanita yang mengikuti Evelyn terengah karena mengikuti langkahnya yang cepat.
“Oh, kau akan berhenti?” Evelyn akhirnya berhenti berjalan dan melihat ke arah wanita itu.
“Iya… saya akan menikah dan pindah keluar kota.” jawabnya canggung.
“Aku harus melihat langsung kandidatnya.” ucap Evelyn sambil kembali berjalan. Perlahan, ia mulai mendengus pelan. “Semoga sekretaris itu biasa saja seperti dirimu, dan bukan gold digger yang mengincar harta ayahku. Aku butuh orang yang tahu diri.”
Adriana yang sudah berbalik di ujung koridor memutar bola matanya. Wanita itu benar-benar berkepribadian buruk. Bagaimana bisa ia mengatakan hal seperti itu di depan wajah sekretaris ayahnya secara langsung?
Adriana mengintip dari balik tembok, hanya senyuman canggung yang terlihat di wajah sekretaris ayah Evelyn. Senyuman yang jelas mengatakan ia sudah sangat muak dengan perilaku Evelyn, tapi tidak memiliki kemampuan untuk melakukan apapun.
Bekerja di sekitar wanita itu pasti terasa begitu buruk. Tunggu… Adriana lupa memikirkan kemungkinan jika Evelyn ternyata bekerja di kantor milik ayah.
Adriana membeku sejenak, hingga suara sekretaris Victor yang tiba-tiba sudah berada di hadapannya menyedarkan Adriana.
“Apa yang anda lakukan di sini?”
Untuk sesaat, Adriana membeku, sebelum syok di wajahnya berubah menjadi senyuman canggung.
“Oh… saya… menyasar…” jawabnya gugup.
Sekretaris wanita itu menghela nafasnya, sementara Adriana baru menyadari kalau Evelyn sudah tidak berada di sana. Tampaknya, Evelyn sudah masuk ke ruang kerja ayahnya.
“Aku akan mengantarmu ke arah lift.”
Adriana mengangguk, menerima tawaran wanita itu. Ia melirik ke arahnya sesaat. Mencoba mencari kesempatan untuk bertanya tentang Evelyn.
“Apa yang tadi juga seorang kandidat lain?” tanyanya akhirnya, berpura-pura tidak tahu.
“Bukan.” wanita itu menjawab dengan nada malas. “Itu putri Tuan Victor.”
“Apa dia juga bekerja di sini?” tanya Adriana lagi, tidak ingin melewatkan kesempatan.
“Tidak.” wanita terdiam sejenak, terlihat berpikir. “Seharusnya iya. Tapi Nona Evelyn jarang ke kantor.”
“Oh…” Adriana mengangguk. Bagus, ia akan mencari cara untuk menghindar jika wanita itu sedang berada di kantor.
“Terima kasih.” Adriana tersenyum pada wanita itu saat ia akhirnya tiba di lift.
Setelah ini, ia akan menyiapkan rencananya dengan matang.
=
Victor Sterling.
Adriana tidak membuang waktunya lagi. Begitu ia sampai di rumahnya, yang pertama kali ia lakukan adalah mencari nama pria itu di internet.
Sebelumnya ia hanya fokus pada targetnya untuk menggoda siapa saja yang menjadi ayah Evelyn tanpa mempedulikan seperti apa rupa pria itu.
Sekarang ia merasa harus menggali lebih jauh.
Hal pertama yang Adriana dapatkan adalah fakta bahwa Victor sudah bercerai dari istrinya lebih dari lima belas tahun yang lalu. Tidak mengejutkan, bahkan itu kabar baik.
Tapi yang selanjutnya muncul dari portal berita benar-benar membuatnya terperangah. Nama pria itu beberapa kali muncul di portal gosip karena daftar wanita yang dikencaninya.
Aktris terkenal. Super model. Semua wanita-wanita yang terlalu tinggi jika dibandingkan dengan dirinya. Apa Adriana bahkan punya kesempatan?
“Haaahhh…” Adriana menatap langit-langit dengan kesal.
Rasanya ia ingin menyerah saja.
Ya, benar. Untuk apa ia mempertahankan kebencian yang sudah bertahan selama bertahun-tahun ini? Ia hanya perlu mengabaikan Evelyn, dan wanita itu pasti akan menyerah dan melupakan semuanya.
Adriana memejamkan matanya, tubuh dan pikirannya sudah lelah. Besok, ia tidak akan datang ke Sterling Industries.
Dan ia akan mengirimkan email pengunduran dirinya dari posisi sekretaris Victor Sterling begitu pagi datang.
Hingga ponselnya berbunyi. Adriana meraih ponselnya dengan malas, matanya masih setengah tertutup hingga ia membaca pesan yang muncul di sana.
[Lihat apa yang dibelikan oleh kekasihku, romantis, kan?]
Sebuah foto yang menunjukkan jari Evelyn yang dihiasi cincin berlian terlampir di sana. Dengan tangan seorang pria yang menggenggam miliknya.
Adriana mengenal tangan itu dengan baik, itu adalah tangan milik Darren. Pria yang sama yang pernah mengatakan bahwa ia tidak bisa hidup tanpa dirinya.
Seketika itu juga, Adriana kembali berubah pikiran. Ia bangkit dari posisi berbaringnya dan meremas ponselnya dengan kesal.
Masa bodoh dengan daftar wanita yang dikencani oleh Victor sebelumnya. Apapun harganya, ia akan memiliki Victor Sterling dan membuat Evelyn menyesal pernah bertatapan mata dengannya.
Tangan Adriana mulai bergerak cepat, mengetikkan pesan balasan untuk wanita itu.
[Selamat. Kuharap dia cukup untukmu, karena aku sedang mengincar sesuatu yang jauh lebih berharga darinya.]
Adriana memegang pipinya yang baru saja di tampar oleh Clara. Wajahnya perlahan terangkat, matanya menatap kesal ke arah wanita itu.Cukup sudah. Adriana sudah harus menghadapi sikap Evelyn yang tidak tahu malu, dan ia juga harus menghadapi sikap dingin Victor. Dan sekarang dia harus menghadapi satu wanita gila lagi?Tangan Adriana yang tidak memegang pipinya mengepal dengan keras.“Kau…” Clara baru saja akan membuka mulutnya lagi untuk memaki, tapi Adriana tidak memberinya kesempatan untuk menyelesaikan perkataannya. Adriana menjatuhkan tas kerjanya ke lantai basement dengan kasar, dan tanpa peringatan, tangannya mendarat di pipi Clara.PLAK!Suara tamparan itu terdengar lebih kuat dari yang Clara lakukan sebelumnya. Wanita itu melotot tidak percaya, jika tatapannya bisa membunuh mungkin Adriana sudah terkapar di lantai basement ini sekarang.“Kau menamparku?!” pekik Clara, suaranya melengking memenuhi basement yang sunyi.“Itu untuk menyadarkanmu dari delusi gila hormatmu, Nona Cla
Adriana tersentak saat mendengar panggilan itu. Dengan cepat ia menarik tangannya dari dasi Victor dan mundur dua langkah.Sayang? Tapi berita-berita di media itu tidak menyebutkan bahwa Victor sedang memiliki kekasih saat ini.Sial, bagaimana ini? Sudah terlalu jauh jika dia mundur sekarang. Adriana mengangkat wajahnya sedikit untuk mengintip. Wanita itu terlihat beberapa tahun lebih tua dari Adriana. Tapi wajahnya begitu cantik.Penampilannya juga begitu elegan, lengkap dengan suara yang begitu menenangkan. Apa ia juga seorang model atau aktris?“Apa yang kau lakukan di sini, Clara?” suara dingin Victor membuat Adriana sedikit terkejut, tidak menyangka bahwa pria itu akan merespon sebegitu dingin.“Apa maksudmu?” wajah wanita bernama Clara itu berubah sedih. Seperti tidak menyangka jawaban yang diberikan oleh Victor. “Kita kan sudah sangat lama sekali tidak bertemu. Aku hampir mengira kamu melupakanku.”Tidak ada jawaban dari Victor, tapi suasana penuh tekanan yang Adriana rasakan m
Wajah Adriana memerah dengan hebat saat mendengarkan perkataan Victor.Adriana melupakan fakta bahwa pria itu berbeda dengan para pria muda bodoh yang begitu mudah digoda. Pria itu punya lebih banyak pengalaman, dan dia mungkin adalah predator sebenarnya di sini.Adriana masih berdiri di tengah ruangan itu, tapi Victor sudah kembali duduk di mejanya. Mengabaikan Adriana sepenuhnya dan memenuhi ruangan dengan suara keyboard.Adriana menunduk akibat rasa malu yang menyusup dalam dirinya. “Saya permisi dulu.”Adriana tidak menunggu jawaban dari victor dan segera keluar dari ruangan dengan gerakan terburu. Begitu pintu tertutup ia langsung menutup wajahnya dengan dokumen yang masih ia pegang.“Aaaaa…” Adriana berteriak pelan, ia ingin pulang. Ia bahkan ingin segera berhenti bekerja. Perkataan Victor benar-benar merusak kepercayaan dirinya.Kenapa ayah dan anak itu begitu mirip dalam hal seperti ini? Adriana sudah benar-benar berjalan dengan begitu lemas ke mejanya ketika lagi-lagi ponseln
Satu minggu pertama bekerja, Adriana memilih pakaian yang lebih sopan dari yang gunakan saat interview bersama Victor Sterling. Bagaimanapun, ia masih harus melakukan serah terima pekerjaan dengan Ammy, mantan sekretaris pria itu.Walau Adriana ingin segera melaksanakan rencananya, gerakan yang ia punya terbatas. Sebagian dirinya yang masih cukup ‘waras’ terus mengingatkan dirinya untuk bersikap profesional di mata orang lain.Ia berakhir hanya memberikan ‘sinyal-sinyal’ kecil seperti sentuhan tidak sengaja saat ia hanya berdua dengan pria itu. Yang berakhir benar-benar diabaikan.Tapi, perubahan Adriana terjadi dengan cepat begitu sekretaris Victor yang ia gantikan sudah tidak masuk kerja kembali.Adriana menatap pantulan dirinya di cermin toilet kantor. Belahan di blouse yang ia kenakan sedikit lebih rendah dari jarak aman yang biasa ia kenakan. Begitu juga rok pensil yang lebih ketat dari biasanya.Seseorang akan memanggil dirinya wanita penggoda. Jika bukan orang lain, setidaknya
“Ya. Dia ada di dalam, kan?”Adriana melihat dari kejauhan, Evelyn sudah menyerahkan tasnya pada wanita yang bertanya padanya untuk dibawakan.“Ya, Nona, tapi sedang ada interview di dalam,” jawab wanita itu.Menyadari Evelyn akan bergerak ke arahnya, Adriana dengan panik bergerak menuju arah berlawanan, memunggungi arah datang Evelyn. Semoga saja wanita itu tidak menyadari kehadiran Adriana di sana.“Interview? Untuk posisi apa? Jarang ada yang interview langsung dengan ayahku.” Evelyn bertanya bingung.“Sekretaris barunya, Nona.” Suara wanita yang mengikuti Evelyn terengah karena mengikuti langkahnya yang cepat.“Oh, kau akan berhenti?” Evelyn akhirnya berhenti berjalan dan melihat ke arah wanita itu.“Iya… saya akan menikah dan pindah keluar kota.” jawabnya canggung.“Aku harus melihat langsung kandidatnya.” ucap Evelyn sambil kembali berjalan. Perlahan, ia mulai mendengus pelan. “Semoga sekretaris itu biasa saja seperti dirimu, dan bukan gold digger yang mengincar harta ayahku. Ak
“Ehem.” Adriana berdehem pelan, merasa canggung dengan diam yang sudah berlangsung sejak ia masuk ke ruangan milik Victor Sterling.Pria itu masih membolak-balik resume miliknya, membaca dengan seksama. Adriana mulai merasa tidak nyaman dengan posisi duduknya, sehingga secara refleks ia menutupi pahanya yang tersingkap dengan tas.Tunggu. Bukankah ini justru bertentangan dengan tujuan Adriana datang kemari?Dengan perlahan, Adriana menurunkan tas itu dari pangkuannya. Adriana membiarkan helaian rambutnya jatuh menyapu bahu, kemudian menyisihkannya ke belakang telinga perlahan dengan ujung jari. Berada dalam kompetisi yang terus berjalan dengan Evelyn telah mengajarkan Adriana banyak cara menggoda seorang laki-laki. Dan diantara semuanya, cara halus itu selalu berhasil mencuri fokus.Adriana menarik tubuhnya lebih tegak, mengatur agar bahunya rileks, lehernya terekspos lebih jelas saat ia menoleh sedikit ke samping. Berpura-pura tertarik pada apapun yang berada di sudut ruangan. Tida







